Jangan Bergerak, Biarkan Aku Memelukmu Sebentar Lagi
Jangan Bergerak, Biarkan Aku Memelukmu Sebentar Lagi
Qiao Mianmian mengangguk. "Baiklah, tapi kau mengutus pengawalmu untuk menjagaku, bagaimana denganmu ..."
"Aku tentu tidak hanya punya dua orang pengawal."
Mo Yesi tahu bahwa Qiao Mianmian mengkhawatirkannya. Hatinya terasa sangat hangat, kelembutan keluar dari matanya yang hitam pekat. "Jangan mengkhawatirkanku. Demi kau, aku juga akan menjaga diriku dengan baik."
Bertatapan dengan tmata Mo Yesi, membuat Qiao Mianmian tidak tahan dan hanyut terbawa ke dalam kelembutan di mata Mo Yesi.
*
Mereka sampai di lokasi syuting.
Qiao Mianmian dihimpit dan dicium oleh Mo Yesi di dalam mobil untuk waktu yang lama, baru akhirnya Mo Yesi melepaskannya turun dari mobil. Qiao Mianmian baru saja turun dari mobil dan baru melangkah beberapa kali tapi sudah mendengar suara langkah kaki mendekat di belakangnya. Ia hanya menoleh dan ditarik ke dalam pelukan oleh orang di belakangnya.
Qiao Mianmian merasakan napas yang sangat akrab, ia mengangkat kepalanya dengan curiga. "Mo Yesi, kenapa kau ..."
"Hmm ..."
Sebelum ia selesai berbicara, pria itu mengatupkan rahang dan menciumnya dengan agresif dan kuat. Bibirnya menjadi merah dan bengkak. Barusan, Qiao Mianmian sudah dan dicium oleh Mo Yesi sampai lidahnya mati rasa. Kali ini, pria itu menciumnya lagi dengan agresif. Ia agak tidak tahan dan memegang kerah kemeja Mo Yesi, meregangkan rahangnya, dan mengeluarkan erangan dari bibirnya.
Ciuman Mo Yesi sangat dalam dan bertenanga. Mo Yesi membuka bibir dan giginya dengan kuat, menghisap lidah Qiao Mianmian dengan sangat ganas. Ciuman ini bahkan lebih bergairan daripada saat di dalam mobil.
Qiao Mianmian menahan paksaan dari Mo Yesi sambil mengulurkan tangan ke dada Mo Yesi dan mencoba mendorongnya. Tempat ini adalah pintu masuk ke lokasi syuting. Siapapun bisa lewat kapan saja. Ia tidak ingin dilihat oleh orang lain sedang berciuman dengan seorang pria di sini. Tapi, semakin ia ingin mendorong Mo Yesi, lengan pria yang berada di pinggangnya menjadi semakin kuat.
"Uh, Mo Yesi ..."
Qiao Mianmian mencoba memberontak. Ada apa dengan pria ini? Mengapa tiba-tiba ...
Qiao Mianmian bisa merasakan ada yang tidak beres dengan Mo Yesi. Ciuman ini juga terlalu aneh. Tapi, semakin ia mencoba melepaskan diri dari pelukan Mo Yesi, semakin kuat pria itu akan menahannya. Mo Yesi bahkan menggigit bibirnya seperti sedang menghukumnya.
Qiao Mianmian mengerutkan kening karena kesakitan, ia merasa sangat panik.
Ada suara decit dari mobil yang tiba-tiba mengerem di belakangnya. Roda bergesekan dengan tanah, membuat suara yang tajam. Apakah ada orang yang datang?
Qiao Mianmian semakin panik. Ia membuka matanya dan mendorong pria yang sudah kehilangan kendali itu dengan sangat keras. Ia sedikit marah, lalu terburu-buru mengigit bibir Mo Yesi dengan kencang. Mo Yesi merasa kesakitan, sehingga tangan yang ada di pinggangnya akhirnya seidkit terlepas.
Qiao Mianmian segera mendorong Mo Yesi menjauh. Ia menutup bibirnya yang dicium dengan ganas, lantas dengan marah melototi Mo Yesi dengan bibir merah yang sama dengannya, dan berkata dengan kesal, "Mo Yesi, apa yang kau lakukan? Ada apa denganmu."
Pria itu tidak berbicara. Ia hanya berjalan ke arah Qiao Mianmian dan mengulurkan tangan untuk menarik Qiao Mianmian ke dalam pelukannya lagi.
Begitu Qiao Mianmian ingin meronta, telinganya digigit oleh Mo Yesi. Pria itu menggigit daun telinga berwarna merah mudanya dan berbisik dengan agresif, "Jangan bergerak, biarkan aku memelukmu sebentar lagi."
"Mo Yesi, kau ..."
Qiao Mianmian hanya ingin bertanya ada apa dengannya, lalu tatapan matanya melewati Mo Yesi. Saat ia melihat Tu Yilei berdiri tidak jauh di belakang, ia tercengang, sampai Qiao Mianmian menelan lagi kalimat di mulutnya. Ia hanya penasaran mengapa Mo Yesi tiba-tiba berubah begitu aneh. Ternyata karena ...
Mo Yesi seharusnya sudah sejak tadi melihat Tu Yilei.