Aku Sukarela Melakukannya
Aku Sukarela Melakukannya
"Suamiku, Nona Shen masih belum menutup teleponnya." Qiao Mianmian mengingatkan dengan baik hati, "Bukankah kau seharusnya bertanya pada Nona Shen ada urusan apa mencarimu? Aku rasa dia sampai meneleponmu di tengah malam, seharusnya ada suatu hal yang sangat penting."
Mo Yesi seperti baru ingat bahwa ia masih harus mengangkat telepon. Ia menatap Qiao Mianmian dengan dahi sedikit mengernyit. Ia tidak menurunkan volume bicaranya dan bertanya dengan normal, "Apakah kau tidak keberatan?"
"Apa yang harus membuatku keberatan?" Qiao Mianmian berkata dengan murah hati, "Kau dan Nona Shen hanya berteman. Menelepon teman sendiri merupakan hal yang sangat wajar. Cepat angkat teleponnya."
"Kau benar-benar tidak keberatan?"
"Iya, lagi pula kau juga bukan berbicara dengan wanita lain di belakangku. Apa yang harus membuatku merasa keberatan?" Qiao Mianmian menggunakan isyarat mata untuk mendesak Mo Yesi. "Kau jangan membuat Nona Shen menunggu hingga cemas, cepat angkat saja."
Mo Yesi melihat bahwa Qiao Mianmian tidak keberatan, ia baru mengangkat ponselnya.
"Sudah larut malam, ada apa mencariku?" Mo Yesi berbicara dengan nada sangat dingin.
Di ujung telepon yang lain, suara Shen Rou bergetar, jelas terdengar bahwa dia sedang menahan sesuatu. "A Si, apakah Qiao Mianmian sekarang mengendalikanmu dengan begitu ketat? Apakah kau perlu mendapatkan persetujuannya baru mengangkat telepon dari orang lain? Bukankah kau paling benci orang lain mengendalikanmu dan ikut campur dalam urusanmu? Mengapa sekarang kau ..."
Shen Rou masih belum selesai berbicara, namun sudah disela oleh Mo Yesi dengan dingin, "Kau salah paham, dia tidak pernah mengaturku sejak dulu, juga tidak pernah membuat permintaan seperti itu padaku."
"Kalau begitu, kau ..."
"Aku sukarela melakukannya. Kau sebenarnya ada urusan apa?"
"Aku ... aku dengan bibi Mo tadi sudah bicara. Kau memblokir nomor ponselnya, dia sangat marah. A Si, aku ingin membujukmu ..."
"Kau meneleponku untuk masalah ini?" Mo Yesi memotong pembicaraan Shen Rou dengan tidak sabar.
"A Si, aku ..."
"Jika hanya untuk masalah ini, kalau begitu tidak ada hal baik yang perlu kita bicarakan. Sudah larut malam, Mianmian sudah mengantuk, aku harus menemaninya tidur. Ya, sampai di sini saja."
Mo Yesi lebih dulu mematikan teleponnya setelah selesai berbicara. Setelah menutup teleponnya, ia meletakkan ponselnya di atas laci.
Ia memeluk Qiao Mianmian dan berjalan ke samping meja, melirik makanan yang masih belum disentuh di atas meja. Mo Yesi sedikit mengernyitkan dahi. "Menagapa kau belum memakannya? Apakah tidak sesuai dengan seleramu?"
"Bukan, aku ingin menunggu dan makan bersama denganmu."
"Bukankah kau sudah menjerit kelaparan?" Mo Yesi mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Qiao Mianmian. Ia duduk dengan lengan di pinggang Qiao Mianmian, kemudian mengambil sumpit dan mencicipi udang. Setelah merasa bahwa udangnya tidak terlalu panas, ia baru menyuapkannya ke mulut Qiao Mianmian.
Mo Yesi mengerutkan kening, namun tatapan matanya penuh dengan kasih sayang yang sangat dalam. "Karena kau sangat lapar, makan saja lebih dulu, untuk apa menungguku?"
Qiao Mianmian membuka mulutnya dan memakan udang yang disuapkan oleh Mo Yesi. Makanan take away yang Mo Yesi pesan dikirim dari restoran terbaik. Rasanya benar-benar luar biasa. Semua makanan dikemas dalam termos penghangat, sehingga tidak dingin sama sekali. Dagingnya sangat empuk dan lezat, langsung menggugah selera makan Qiao Mianmian. Begitu memakan satu ekor, perutnya langsung berbunyi.
Mo Yesi mengambil satu sumpit makanan dan menyuapkan ke mulut Qiao Mianmian. "Kau bahkan lapar sampai seperti ini, masih saja menungguku. Apakah kau bodoh?"
Qiao Mianmian membuka mulutnya dengan patuh, setelah mengunyahnya beberapa kali, ia akhirnya menelan makannya. Ia juga mengambil sumpit, mengambil makanan dan menyuapkannya ke mulut Mo Yesi.