Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Sangat Tidak Bertanggung Jawab



Sangat Tidak Bertanggung Jawab

1Tok tok tok.      

Terdengar suara ketukan di pintu.     

Mo Yesi mengangkat kepalanya dan mempersilakan seseorang untuk masuk. Setelah mendorong pintu kantor, Wei Zheng berjalan masuk dari luar. Ia masih melihat bos pria dan bos wanitanya masih saling berpelukan. Seketika, hatinya terasa hampa.     

Di masa depan, apakah Presiden Mo akan bekerja seperti ini? Apakah Presiden Mo yakin ini tidak akan memengaruhi efisiensi kerjanya?     

Wei Zheng mengambil beberapa langkah ke depan. Ia tetap menjaga jarak agar tidak terlalu mengganggu, lalu berhenti.     

"Tuan Mo, semua berita buruk tentang nyonya muda sudah dihapus. Topik terkait juga sudah dilarang. Kami baru saja menyelidiki dan menemukan bahwa fitnah dan pencarian panas tentang nyonya muda semuanya dioperasikan oleh perusahaan netizen bayaran yang sama.     

"Perusahaan netizen bayaran itu adalah sebuah perusahaan industri terbesar. Banyak komentar, suka, dan unggahan ulang para selebriti, serta topik terkait, semuanya dibeli dari mereka. Saya sudah mengatur seseorang untuk menyelidiki, jadi saya yakin hasilnya akan segera keluar. Sebentar lagi kita bisa tahu siapa sebenarnya orang yang memfitnah nyonya muda," kata Wei Zheng.     

"Bagus." Mo Yesi menganggukkan kepala. "Bukankah malam ini masih ada jamuan makan? Mundurkan jadwalnya, cari hari lain yang lebih bagus, segera ubah ke hari itu," perintahnya pada Wei Zheng.     

"..." Wei Zheng terdiam. Ia sudah tahu pasti akan jadi seperti ini. Jika ada nyonya muda di sini, mana mungkin Presiden Mo akan menghadiri jamuan itu?     

Sayangnya, sikap ini sangat tidak bertanggung jawab, sangat tidak bertanggung jawab!     

"Baik, Presiden Mo, saya akan segera menghubungi." Wei Zheng tak punya pilihan lain selain menurut. Saat berhadapan dengan Bos yang sedang terobsesi dengan kegiatan bermesra-mesraan dan tidak fokus bekerja, tidak ada yang bisa Wei Zheng lakukan selain menuruti kemauannya.      

Setelah Mo Yesi menjelaskan, pria itu mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat jam, kemudian menutup laptop. "Baiklah, sementara waktu kurasa tidak akan ada urusan lain. Kau boleh pulang sekarang."      

Wei Zheng tahu bahwa keberadaannya di ruangan itu sudah tidak berguna. Ia juga tidak berani tinggal di ruangan terlalu lama hingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Ia segera berbalik badan dan pergi.     

Mo Yesi berdiri sambil memeluk Qiao Mianmian dan berkata, "Sayang, kau ingin makan apa malam ini?"     

Qiao Mianmian menatapnya sambil tersenyum dan berkata dengan asal-asalan, "Hotpot? Apakah kau berani menemaniku?"     

Mendengar kata 'hotpot' membuat Mo Yesi sedikit mengerutkan alisnya. Tapi ia tetap tetap mengangguk dan berkata, "Oke."     

Qiao Mianmian tidak melewatkan reaksi Mo Yesi saat itu. Ia menahan senyum dan berkata, "Kau benar-benar ingin menemaniku pergi makan hotpot? Jika kau tidak ingin pergi, kau tidak perlu memaksakan diri. Aku bisa pergi makan bersama Luoluo lain hari."     

"Aku tidak terpaksa." Mo Yesi mengulurkan tangannya dan mencubit wajah Qiao Mianmian dengan lembut. "Kau sudah punya suami, jangan selalu minta temanmu menemani. Aku merasa, di dalam hatimu aku belum lebih penting dibandingkan Luoluo."     

Di separuh kalimat terakhirnya, pria itu berkata dengan nada sedikit getir dan sedih.     

"..." Qiao Mianmian terdiam.     

Tidak mungkin. Apakah Mo Yesi ... cemburu dengan Jiang Luoli? Jika Mo Yesi cemburu dengan pria lain, ia masih bisa memahami. Bagaimanapun, ada tingkat daya saing tertentu antara sesama jenis. Tapi, Mo Yesi malah cemburu dengan seorang wanita? Ya ampun, kecemburuan pria ini benar-benar semakin tidak masuk akal.     

*     

Keduanya keluar dari perusahaan Mo. Mereka akhirnya sudah berdiskusi dan pergi makan di sebuah restoran. Perusahaan Mo berada di tengah kota, dan restoran tujuan mereka juga berada di tengah kota. Kira-kira hanya butuh waktu sepuluh menit berkendara ke sana.     

Di tengah perjalanan, Mo Yesi menjawab sebuah telepon yang masuk. Setelah menutup telepon, ia mengubah rute di sebuah tikungan. Qiao Mianmian bertanya dengan bingung, "Bukankah kita akan makan di restoran all you can eat? Kenapa kamu ..."     

"Barusan ibu menelepon, meminta kita untuk pulang dan makan bersama." Mo Yesi menoleh untuk menatap Qiao Mianmian sekila dan menjelaskan, "Nenek juga bilang kalau dia rindu dan ingin bertemu denganmu. Dalam beberapa hari, kau akan pergi ke luar kota untuk syuting. Kurasa menunggumu kembali akan sangat lama. Jadi sebelum pergi, lebih baik kita pergi menjenguk mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.