Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Letakkan Saja, Aku Akan Membukanya Nanti



Letakkan Saja, Aku Akan Membukanya Nanti

3Mo Yesi berbicara sambil mengeluarkan dua kotak berisi syal yang dibungkus dengan rapi di dalam tas belanja. Setelah melihat ini, paman Zhang segera melangkah maju dan mengambil kotak itu. Paman Zhang kemudian menyerahkannya satu kepada nenek Mo dan satu kepada ibu Mo.     

"Ya ampun, Mianmian masih membelikan kami hadiah." Nenek Mo mengambil kotak itu dengan senang sebelum melihat apa yang ada di dalamnya. Nenek Mo merasa sangat senang.     

Saat Ibu Mo melihat paman Zhang menyerahkan kotak itu padanya, ia menunduk untuk melirik. Begitu melihat logo di atas kotak itu, ibu Mo sudah bisa menebak apa yang ada di dalamnya. Sorot ketidakpuasan melintas di matanya. Ia mengulurkan tangan dan bahkan tidak tertarik untuk membukanya. Ia pun melempar kotak itu ke samping dengan asal.     

Di sisi lain, nenek Mo tetap membuka kotak di tangannya. Saat ia melihat ada sebuah syal sutra di dalam kotak, ia mengeluarkannya dengan senang hati dan memuji, "Apakah syal sutra ini Mianmian yang memilihkannya untukku? Syal ini benar-benar sangat indah. Menantuku rupanya punya selera yang sangat bagus, nenek sangat menyukai hadiah ini."      

Terlihat jelas jika nenek Mo benar-benar sangat sedang dan menyukai hadiah yang Qiao Mianmian berikan. Qiao Mianmian akhirnya bisa mengembuskan napas lega setelah mengetahui hal itu.      

Untungnya, nenek Mo tidak merendahkan hadiah yang Qiao Mianmian berikan karena harganya tidak terlalu mahal. Tetapi saat Qiao Mianmian melihat ke sisi lain, ia melihat Ibu Mo masih belum membuka kotak itu. Saat ibu Mo langsung melemparkan kotaknya ke atas sofa, suasana hati Qiao Mianmian jadi sedikit kacau. Ia tahu Ibu Mo tidak menyukainya. Ia sudah tahu sejak pertama kali dirinya datang ke rumah keluarga Mo.     

Qiao Mainmian mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak terlalu peduli. Toh, masih ada nenek Mo dan Mo Yesi yang mau menerimanya, itu sudah cukup. Apalagi, ia tidak tinggal bersama dengan Ibu Mo. Jika Ibu Mo menyukainya atau tidak, pengaruh terhadap dirinya juga tidak besar.      

Tapi sayangnya, Qiao Mianmian masih sedikit kesulitan mengabaikan sikap buruk ibu Mo padanya. Bagaimanapun, Ibu Mo adalah ibu Mo Yesi. Jika memungkinkan, Qiao Mianmian masih tetap ingin mendapatkan pengakuan dari Ibu Mo. Doa dari para orang tua juga sangat penting untuk hubungannya dengan Mo Yesi.     

Mo Yesi melihat ada kekecewaan di mata Qiao Mianmian, sehingga ia mengikuti arah pandang Qiao Mianmian pada kotak yang dilemparkan oleh Ibu Mo di samping. Setelah terdiam beberapa saat, Mo Yesi melepaskan pegangan tangannya, lalu berjalan dan mengambil kotak itu. Kemudian, di bawah tatapan kaget Ibu Mo, Mo Yesi menyerahkan kotak itu pada ibunya. "Ibu, kau juga buka dan lihatlah. Mianmian memilih hadiah ini cukup lama."     

Ibu Mo melihat ke kotak yang diberikan kepadanya. Bibirnya mengencang dan ia mengerutkan kening. Namun ia tidak segera mengulurkan tangan untuk mengambil kotak itu. Ia berkata dengan acuh tak acuh, "Letakkan saja, aku akan membukanya nanti."      

Mo Yesi merapatkan bibir, masih mempertahankan tangannya yang terulur menyodorkan kotak berisi syal pada ibunya. "Nenek sudah membukanya. Ibu bisa membukanya sekarang. Mianmian sangat khawatir kalian tidak suka hadiah yang dia pilih, jadi buka sekarang dan lihatlah. Katakan sesuatu padanya supaya dia tenang."     

Bibir ibu Mo menegang. Sorot penuh amarah terpantul di matanya.     

"Wen Pei." Nenek Mo mengembalikan syal sutra itu ke dalam kotak dan meminta pelayan untuk menaruhnya ke dalam kamarnya, menyimpan dengan baik.     

Nenek Mo menoleh dan melihat ibu Mo masih terdiam tidak bergerak di sana. Ia mengerutkan kening dan berkata dengan tidak puas, "Dia sudah menyodorkan kotak itu ke hadapanmu dan kau masih tidak menerimanya? Kau ingin membiarkan A Si memegang hadiah itu berapa lama? Buka dan lihat isi kotaknya sekarang. Itu bukan hal yang butuh usaha ekstra."     

Ibu Mo tidak ingin mengambilnya dan lebih tidak ingin membuka untuk melihat isinya. Ia sama sekali tidak peduli pada syal yang harganya jutaan yuan. Apalagi, syal sutra itu diberikan oleh orang yang tidak ia sukai. Ia bahkan tidak punya keinginan untuk membukanya.      

Tapi nenek Mo sudah angkat bicara, dan ia tidak pernah berani membantah ucapan nenek Mo. Mematuhi perkataan nenek Mo sudah menjadi kebiasaannya yang mendarah daging. Meskipun ia enggan, ia tetap mengulurkan tangan dan mengambil kotak tersebut, lalu membukanya di depan umum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.