Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Semakin Mengagumkan



Semakin Mengagumkan

1Hari biasanya, nenek Mo juga minum obat. Paman Zhang khawatir, begitu nenek Mo marah, tekanan darahnya akan naik dan bisa menyebabkan masalah. Paman Zhang pun segera memberikan obat dan air ke depan nenek Mo. "Nenek Mo, ayo, segera minum obatnya."      

Nenek Mo masih sangat marah. Ia terus menggebrak meja dan berkata, "Aku tidak ingin minum obat! Aku tidak butuh obat! Hari ini aku ingin marah hingga penyakitku kambuh. Lebih baik suruh Yuncheng pulang, supaya Yuncheng melihat istrinya yang dia manjakan berubah menjadi seperti apa!"     

Paman Zhang tahu begitu nenek Mo marah, beliau sama seperti anak kecil yang harus dibujuk baru akan membaik. Paman Zhang berpikir sejenak. Ia memberikan obat itu kepada Qiao Mianmian. Paman Zhang tersenyum dan berkata, "Nyonya muda kedua, lebih baik Anda yang membujuk nenek Mo untuk minum obat. Nenek Mo paling menyukaimu. Jika Anda membujuknya, nenek Mo pasti mau mendengarkanmu."     

Qiao Mianmian juga khawatir amarah nenek Mo menyebabkan penyakitnya kambuh. Apalagi, nenek Mo marah seperti ini demi melindunginya. Kalau jadi sungguhan kambuh, Qiao Mianmian merasa sangat bersalah dan menyesal.     

"Nenek, minumlah obatnya, ya? Kalau tidak, kami semua akan mengkhawatirkanmu." Qiao Mianmian mengambil cangkir berisi air hangat dan obatnya, kemudian berkata dengan lembut, "Aku rasa ibu sedikit salah paham padaku. Benar, aku yang tidak bisa menjelaskan dengan baik. Aku seharusnya berinisiatif menjelaskan pada ibu, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman seperti ini. Jika nenek sakit karena masalah ini, aku akan sedih dan juga akan merasa bersalah."     

Nenek Mo masih marah. Begitu ia mendengar suara lembut Qiao Mianmian, amarahnya seketika menghilang setengahnya. Ia memandang menantu yang berperilaku baik dan patuh di sebelahnya. Ia merasa bahwa Qiao Mianmian bisa semakin membuat orang-orang mencintainya.     

Menantunya yang baik itu membujuknya minum obat. Mana mungkin ia rela Qiao Mianmian terus memohon dan membujuknya. Ia segera mengambil air dan obat yang disodorkan, lantas segera meminumnya.     

Paman Zhang menatap Qiao Mianmian dan menghela napas lega. Pada saat yang sama, ia merasa nyonya muda kedua semakin mengagumkan.     

Nenek Mo terlihat memiliki temperamen yang baik. Tapi kenyataannya, tidak ada seorang pun di keluarga Mo yang tahu bahwa beliau begitu keras kepala. Beliau juga orang yang emosional. Saat sedang keras kepala, tidak ada orang yang bisa dengan mudah membujuknya.      

Sedangkan nyonya muda kedua ... Begitu nyonya muda kedua mengatakan beberapa kalimat, nyonya muda bisa membuat nenek Mo langsung mematuhi kalimatnya. Keterampilan ini bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki orang biasa. Ini juga menunjukkan bahwa nenek Mo begitu puas dan juga menyukai menantunya ini.      

Pemandangan seperti itu .... seharusnya ibu Mo juga bisa melihatnya. Tapi, mengapa ibu Mo melakukan sesuatu yang membuat semua orang tidak senang?     

Nyonya muda kedua telah menikah dengan keluarga Mo dan juga sudah mendapatkan pengakuan dari nenek Mo. Tuan muda kedua juga sangat mencintainya. Jika Ibu Mo bisa berpikir sedikit, seharusnya ibu Mo perlahan mencoba menerima dan menyukainya. Dengan begitu, keluarga akan terasa sangat harmonis. Apa gunanya menentang seseorang yang sudah diterima semua orang? Bahkan menentang saja tak mungkin membuat tuan muda kedua dan nyonya muda kedua bercerai, kan?      

Mengesampingkan hal-hal lain, tuan muda kedua bukanlah tipe orang yang tidak memiliki pendapat sendiri dan juga bukan orang bodoh. Kecuali jika beliau tidak menyukai nyonya muda kedua, beliau tidak mungkin menceraikan nyonya muda kedua demi orang lain.      

"Nyonya muda kedua sangat hebat." Paman Zhang adalah orang yang tahu diri. Setelah mengetahui posisi Qiao Mianmian di keluarga Mo, sikapnya menjadi semakin hormat dan rendah hati. "Nenek Mo mendengarkan perkataanmu. Jika kami yang membujuknya, mana mungkin akan berhasil."     

"Itu karena nenek menyayangiku." Qiao Mianmian memeluk lengan nenek Mo sambil mengayunkannya pelan, lalu berkata dengan suara lembut.     

Nenek Mo begitu baik padanya. Qiao Mianmian bukanlah orang yang tidak tahu sopan santun, sehingga ia pasti berusaha semakin mendekati nenek Mo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.