Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Tidak Akan Membuatmu Merasa Kesepian dan Sendirian



Tidak Akan Membuatmu Merasa Kesepian dan Sendirian

3"Aku tidak merasa sedih." Qiao Mianmian mengangkat kepalanya sambil tetap terisak. Ia melihat pria di sampingnya yang mengusap air matanya, kemudian melihat ke arah wajah khawatir nenek Mo. Dadanya seperti tersetrum arus hangat hingga membuat hatinya penuh dengan kehangatan.     

Qiao Mianmian merasa tersentuh dan berkata, "Aku hanya merasa sangat bahagia. Nenek begitu baik padaku, sama seperti nenek kandungku sendiri. Aku barusan teringat pada nenekku, jadi aku tidak tahan dan menangis."     

Setelah Mo Yesi membawa Qiao Mianmian kembali ke rumah keluarga Mo untuk pertama kalinya, nenek Mo meminta seseorang untuk menyelidiki latar belakang Qiao Mianmian. Meskipun ia yakin penyelidikan cucunya tidak akan menjadi masalah, tapi ini adalah hal besar, yaitu pernikahan. Sehingga ia masih tetap meminta orang untuk menyelidiki dengan jelas.      

Secara alami, nenek Mo tahu nenek Qiao Mianmian sudah lama meninggal. Ibu kandungnya juga sudah lama meninggal. Pada saat ini, melihat gadis kecil itu menangis teringat neneknya membuat nenek Mo semakin merasa kasihan padanya.     

Nenek Mo mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Qiao Mianmian. Dengan suara lembut, ia berusaha menghibur, "Anak manis, ternyata kau merindukan nenekmu. Jangan menangis, nenekmu sekarang pasti baik-baik saja dan sudah damai di surga. Di masa depan, ada nenek yang akan menyanyangimu."      

Mo Yesi tidak menyangka Qiao Mianmian menangis karena ini. Ia juga ingat kalau nenek dan ibu Qiao Mianmian telah meninggal dunia. Ketika memikirkan kesulitan istrinya selama bertahun-tahun, akhirnya ia memeluk istri kecilnya dengan penuh kasih sayang, dan berusaha menghibur Qiao Mianmian seperti menghibur anak kecil. "Sayang, jangan menangis lagi. Meskipun nenekmu sudah tidak ada, tapi masih ada orang lain di sisimu yang menyayangimu.     

"Mulai sekarang, kau akan selalu merasa bahagia. Aku akan selalu berada di sisimu. Aku juga tidak akan membuatmu merasa kesepian dan sendirian lagi," kata Mo Yesi.     

Nenek Mo memandang pasangan muda itu dengan penuh kasih dan tersenyum puas.      

Sedangkan di atas meja makan, Mo Shixu yang asyik bekerja dan masih lajang, merasa sedikit tidak nyaman saat menyaksikan pemandangan yang romantis ini. Apa yang membuatnya tidak nyaman, ia juga tidak tahu. Ia hanya merasa matanya seperti tertusuk sesuatu.      

Dulu adiknya dulu bukan orang dengan sifat lembut seperti itu. Tidak peduli betapa cantik seorang wanita, adiknya bahkan tidak akan melirik mereka, apalagi melakukan hal-hal seperti memamerkan kasih sayang di depan banyak orang. Tapi sekarang ...     

Mo Shixiu benar-benar merasa sangat tidak nyaman mendengar adik laki-lakinya menghibur adik iparnya dengan kata-kata yang sangat lembut. Jika bukan karena ia melihat dan mendengar dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana mungkin ia akan memercayai hal ini?      

Adik laki-lakinya yang tidak pernah dekat dengan lawan jenis, sekarang sangat mencintai dan melindungi istrinya sampai seperti ini. Apakah keajaiban cinta benar-benar luar biasa? Sampai-sampai bisa mengubah seseorang dengan begitu drastis.     

Mo Shixiu sendiri tidak ingin jatuh cinta dan tidak ingin mencoba merasakan cinta, karena menurutnya ini hal yang sangat merepotkan. Ia juga tidak tertarik dengan hal itu. Ia tidak akan membuang waktu untuk hal-hal yang dianggapnya tidak berarti.     

"Mo Shixiu, apa kau iri?" tanya nenek Mo.     

Mo Shixiu yang sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba ia mendengar nenek Mo menyebutkan namanya. Akhirnya ia tersadar kembali dari lamunan, kemudian mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Nenek Mo. "Nenek."     

Wanita tua itu memandang cucunya yang luar biasa. Ketika ia memikirkan cucu tertuanya yang sempurna dalam segala aspek, tetapi sampai saat ini masih lajang, nenek Mo berkata dengan sedikit sedih, "Jika kau merasa iri dengan adikmu, cepat kau bawa pulang seorang menantu perempuan yang berperilaku baik. Selama masalah seumur hidup kalian seperti pernikahan sudah diselesaikan, tidak ada hal yang perlu nenek khawatirkan lagi."     

"..." Mo Shixiu terdiam.     

Mo Shixiu merasa sakit kepala mendengarnya. Lantas ia membalas, "Nenek, masih ada hal yang harus aku urus. Aku akan pergi ke ruang kerja sebentar."     

Setiap kali Mo Shixiu kembali, nenek Mo terus membicarakan tentang pernikahan. Mendengarnya, Mo Shixiu jadi sangat kesal meskipun tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah neneknya berhenti bicara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.