Pacarmu Begitu Tampan, Siapa yang Rela Putus Dengannya
Pacarmu Begitu Tampan, Siapa yang Rela Putus Dengannya
Setelah Mo Yesi mengingatkan, Qiao Mianmian melihat jam. Saat ini ia baru ingat kalau masih belum menukar boarding pass-nya. Ia mengeluarkan kartu identitas dan ingin pergi menukar boarding pass, tapi ia mendengar Mo Yesi berkata, "Berikan kartu identitasmu padaku, aku akan membantumu menukarkannya."
"Baiklah."
Qiao Mianmian mengeluarkan kartu identitasnya dan memberikan pada Mo Yesi. Mo Yesi menerimanya, kemudian mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Qiao Mianmian dan berkata dengan nada rendah, "Tunggu aku disini, jangan pergi sembarangan."
"Oke." Qiao Mianmian mengangguk.
Setelah Mo Yesi pergi, Nana tidak bisa menahan keinginan bergosip dalam dirinya. Ia segera menarik tangan Qiao Mianian, lalu bertanya dengan penuh semangat dan bahagia, "Mianmian, dia ... apakah dia adalah pacarmu?"
Qiao Mianmian tidak menyembunyikan hal ini dari Linda, jadi secara alami ia juga tidak akan menyembunyikan ini dari Nana. Nana adalah asistennya. Di masa depan, waktu yang mereka habiskan bersama akan sangat banyak. Bahkan jika ia tidak mengatakannya, Nana sendiri juga dapat melihat dan menilai.
"Iya." Qiao Mianmian mengangguk sambil berkata, "Dia adalah pacarku."
"Wah keren." Wajah Nana yang bersemangat berubah menjadi merah. Ia menoleh ke arah Mo Yesi yang sudah berjalan menjauh, sambil menatap punggung ramping Mo Yesi dan berkata dengan penuh semangat, "Kakak Mianmian, pacarmu sangat tampan, super-super tampan. Ya Tuhan, aku bersumpah, dia adalah pria paling tampan dari semua pria tampan yang pernah aku temui.
"Kakak Mianmian, apakah dia juga aktor yang ditandatangani oleh perusahaan?"
"... Bukan," jawab Qiao Mianmian.
"Bukan?" Nana tertegun, lalu bertanya, "Kalau begitu, apakah dia aktor dari perusahaan lain?"
"... Juga bukan."
Qiao Mianmian melihat Nana masih ingin terus bergosip. Ia mengusap-usap dahinya sambil merasa sedikit lucu, "Dia bukan aktor. Dia bukan orang yang berada dalam lingkaran kita."
"Apa?!" Wajah Nana terlihat tidak percaya. "Dia bukan aktor? Dengan penampilannya yang seperti itu, apakah dia tidak ingin berkecimpung di industri hiburan?"
Qiao Mianmian menggeleng-gelengkan kepala. "Dia tidak memiliki rencana seperti itu."
"Sayang sekali. Aku berani menjamin, jika dia ingin berkecimpung di industri hiburan, dengan wajahnya yang begitu tampan, dia pasti bisa begitu terkenal. Kakak Mianmian, aku akhirnya tahu mengapa kau rela kehilangan satu kesempatan untuk tanda tangan kontrak, daripada kau harus putus dengan pacarmu."
".... Kenapa?" tanya Qiao Mianmian.
Mata Nana berbinar cerah, "Pacarmu begitu tampan, siapa yang rela putus dengannya? Jika kehilangan satu kali kesempatan untuk tanda tangan kontrak, di masa depan masih akan ada lagi. Tapi jika putus dengan pacar yang begitu tampan, di masa depan juga belum tentu mendapatkannya lagi."
"..." Qiao Mianmian tidak bisa membalas kalimat Nana.
Sekarang Qiao Mianmian menyadari, Nana mirip dengan Jiang Luoli. Mereka sama-sama tergila-gila pada penampilan.
*
Tidak butuh waktu lama untuk mengganti boarding pass. Kini sudah waktunya mereka check in.
Mo Yesi menemani Qiao Mianmian ke pintu pemeriksaan tiket. Saat ia menunduk menatap Qiao Mianmian, sorot yang terpancar di matanya tampak semakin tidak rela melepas istrinya. Ia mengulurkan tangan dan merapikan rambut yang ada di depan dahi Qiao Mianmian. Mo Yesi ia menunduk dan mencium lembut di antara alisnya. "Sayang, kau harus menjaga dirimu baik-baik, jangan membuat aku mengkhawatirkanmu."
"Iya."
Saat perpisahan semakin dekat, keengganan di hati Qiao Mianmian semakin kuat. Ia mengulurkan tangan, merangkul pinggang Mo Yesi, dan menempelkan wajahnya di dada pria itu. "Kau juga harus menjaga dirimu baik-baik."
"Baiklah. Setelah mendarat, segera telepon aku."
"Iya."
"Sebelum turun dari pesawat, pakai pakaian lebih tebal. Di sana begitu dingin, jangan sampai masuk angin."
"Iya."
"Jika kau merindukanku, telepon aku kapanpun. Ponselku akan aktif selama 24 jam."
"Iya."
"Selain itu juga, kau harus ingat, kau sudah memiliki suami. Jangan main-main dengan anak muda yang tampan."
"... Iya "
"Sayang, setiap hari aku pasti akan sangat merindukanmu, kau juga pasti merindukanku setiap hari."
"Iya."
"Baiklah, kau boleh pergi ke pemeriksaan tiket."
Mo Yesi mengakhiri nasehatnya yang panjang.