Ia Mengatakan: Sayang, Aku Mencintaimu
Ia Mengatakan: Sayang, Aku Mencintaimu
Saat Qiao Mianmian berjalan sampai ke sisi Nana, Nana berkata dengan iri, "Wah, Kakak Mianmian, hubunganmu dengan pacarmu sangat baik. Jelas sekali kalau pacarmu sangat-sangat mencintaimu. Kau sangat beruntung memiliki seorang pacar yang begitu tampan dan mencintaimu."
Mo Yesi masih berdiri di tempat dan tidak pergi. Qiao Mianmian menoleh untuk melihat Mo Yesi. Di aula yang begitu besar, di sekitar mereka banyak orang yang lalu lalang. Tapi, sosok Mo Yesi paling menarik perhatian orang lain. Orang-orang yang lewat di samping Mo Yesi, baik pria maupun wanita, semua melirik ke arahnya. Orang-orang di sekitar Mo Yesi semua sedang memperhatikan Mo Yesi, tapi di mata Mo Yesi, hanya ada seorang Qiao Mianmian.
Mo Yesi menaikkan sudut bibirnya begitu melihat Qiao Mianmian menoleh. Ia melambaikan tangan, dan bibirnya juga bergerak-gerak. Dari kejauhan, Qiao Mianmian tidak mendengar dengan jelas apa yang Mo Yesi katakan. Tapi, ia mengerti, dari gerak bibirnya, Mo Yesi sedang mengatakan, 'Sayang, aku mencintaimu.'
Saat ini, mata Qiao Mianmian tiba-tiba lembab. Ia benar-benar merasa enggan untuk berpisah. Ia ingin berbalik badan dan berlari kembali ke sisi Mo Yesi.
"Kakak Mianmian, kau menangis?" Nana melihat mata Qiao Mianmian yang merah. Ia juga menoleh melihat Mo Yesi yang masih berdiri di tempat, kemudian berbisik bertanya, "Apakah kau tidak rela meninggalkan pacarmu? Aku lihat, dia sepertinya juga tidak rela meninggalkanmu. Hubungan kalian benar-benar sangat baik, membuat aku sangat iri pada kalian.
"Kakak Mianmian, apakah ini pertama kalinya kau berpisah dengan pacarmu?"
"Tidak." Qiao Mianmian mendengus dan memaksa menarik kembali air mata dari sudut matanya. "Sebelumnya, kami juga pernah berpisah. Tapi pada saat itu tidak pergi ke luar kota."
Apalagi, saat itu mereka juga tidak berpisah dalam jangka waktu tiga bulan.
"Tidak heran." Nana mengungkapkan bahwa ia mengerti. "Tapi jarak kota F dan Kota Yun juga tidak terlalu jauh, dia juga bisa datang menjengukmu. Apakah pacarmu bekerja?"
"Iya."
"Kalau begitu, saat akhir pekan dia bisa mengunjungimu. Jika seperti ini, setiap minggu kalian bisa bertemu. Hmm, harusnya dia juga punya penghasilan besar, kan?"
"Iya, lumayan," jawab Qiao Mianmian.
"Kalau begitu seharusnya tidak masalah. Dia bisa menanggung uang tiket setiap minggu."
"..." Qiao Mianmian tidak bisa berkata-kata.
Penghasilan Mo Yesi lebih dari sekadar tiket pesawat mingguan. Bahkan uang tiket setiap hari pun, dia juga mampu menanggungnya.
"Kakak Mianmian, apa pekerjaan pacarmu?" Nana bagaikan seorang bayi yang penasaran, ia terus bertanya tanpa henti. "Dia membuka perusahaan sendiri atau bekerja dengan orang lain? Seharusnya dia membuka perusahaan dan menjadi bos, kan? Aku rasa, menilai dari temperamennya, dia bukan seperti orang yang bekerja pada orang lain."
"Iya, dia membuka sebuah perusahaan kecil."
"Perusahaan kecil?" Nana tertegun, kemudian ia mengerutkan dahi dan berkata, "Aku merasa dari temperamen dan aura pacarmu bukan seperti orang yang membuka perusahaan kecil."
Qiao Mianmian dibuat tertawa oleh kalimat Nana. Ia tidak tahan untuk bertanya, "Kalau begitu, dia terlihat seperti melakukan pekerjaan apa?"
"Aku merasa dia seperti seorang presiden perusahaan yang super kaya dan mendominasi." Nana terus berpikir dan menjawab dengan sangat serius, "Seperti pewaris sebuah perusahaan besar atau semacamnya. Seperti pemain dalam drama, anak dari keluarga konglomerat."
Melihat Qiao Mianmian tertawa, ia menekankan perhatiannya lagi dengan begitu serius. "Sungguh, benar-benar terlihat seperti itu. Mungkinkah, dia sebenarnya adalah tuan muda kaya atau semacamnya, kemudian demi mencari cinta sejatinya, jadi menyembunyikan identitas aslinya darimu, lalu mengatakan padamu bahwa dia membuka sebuah perusahaan kecil?"
Kali ini, Qiao Mianmian benar-benar tidak bisa menahan tawanya.
"Nana, apakah kau biasanya sangat suka membaca novel CEO yang mendominasi?"