Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Sekarang Kakinya Melunak Begitu Melihatnya



Sekarang Kakinya Melunak Begitu Melihatnya

2Mo Yesi memakaikan mantelnya pada tubuh Qiao Mainman. "Malam hari terasa lebih dingin, pakai ini."     

Mantel Mo Yesi tampak sangat besar pada diri Qiao Mianmian. Saat ia memakannya, ia merasa seperti seorang anak kecil yang mencuri pakaian orang dewasa. Tapi, begitu mantel ini dipakai, tubuhnya terasa jauh lebih hangat. Dalam napasnya, semuanya dipenuhi oleh aroma yang akrab dan mendominasi pada Mo Yesi, yang membuatnya merasa sangat nyaman.     

"Bagaimana denganmu?" Qiao Mianmian mengangkat kepalanya dan menatap Mo Yesi.     

Tapi Qiao Mianmian justru melihat Mo Yesi sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Di mata Mo Yesi, tampaknya ada kilatan api, dan cahaya di matanya sedikit gelap, sedikit dalam, sedikit ...     

Dipandang seperti itu oleh Mo Yesi membuat Qiao Mianmian merasa tidak nyaman, hingga detak jantungnya berdetak semakin cepat. Ia mengulurkan tangan untuk menarik lengan jas yang agak terlalu panjang, memperlihatkan tangannya yang putih lembut. Qiao Mianmian berkata sambil berkedip, "Ada apa, apakah ada yang salah?"     

Tatapan Mo Yesi sedikit menakutkan. Qiao Mianmian merasa ngeri karena ditatap oleh binatang buas itu. Ia tiba-tiba ingat malam sebelum ia datang ke Kota F. Saat Mo Yesi menekannya di tempat tidur, Mo Yesi menggunakan tatapan seperti itu. Tapi malam itu, matanya tidak begitu dalam, dan api di matanya tidak begitu panas. Tiba-tiba kakinya menjadi sedikit lemas.     

"Uhuk, uhuk, sepertinya ada sebuah danau di depan, ayo kita jalan-jalan ke tepi danau!"     

Setelah Qiao Mianmian selesai berbicara, ia berbalik dan berjalan ke depan dengan cepat. Langkahnya begitu tergesa-gesa dan panik, seolah-olah ada raksasa yang mengejarnya di belakang.     

Deg!     

Ia sangat takut. Ia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan setidaknya dua jam sebelum kembali! Mo Yesi, pria ini ... benar-benar mengerikan. Kakinya melemas begitu ia melihat Mo Yesi.     

Di belakang, pria yang masih berdiri di tempat sambil memandangi sosok mungil yang telah melarikan diri di depannya, kini tersenyum ringan. Matanya bersinar dengan sedikit kepastian. Istrinya benar-benar lucu. Dia pikir kalau ingin melarikan diri, lantas dapat benar-benar melarikan diri?      

Barusan saat melihat Qiao Mianmian memakai mantelnya, Mo Yesi tiba-tiba memiliki sebuah ide. Ia memutuskan untuk menerapkan ide itu dengan baik saat kembali malam ini. Hanya memikirkannya sudah membuatnya tidak sabar.     

 *     

Qiao Mianmian berjalan di bawah angin malam yang dingin di sepanjang danau selama lebih dari satu jam. Ia jalan hingga membuat perutnya sedikit sakit, baru berhenti. Mo Yesi ikut berhenti bersamanya, ia menatap Qiao Mianmian dengan senyum di bawah matanya. "Sayang, apakah kau masih ingin jalan-jalan? Kau masih harus pergi melapor ke kru besok pagi. Sekarang sudah tidak terlalu dini, bisakah kita kembali?"     

Awalnya Qiao Mianmian masih ingin bertahan. Tapi ia ingat masih harus bangun pagi besok hari. Jika ia terus berjalan seperti sekarang, ia mungkin tidak akan tidur nyenyak malam ini. Terlebih lagi, sekarang kakinya terasa sangat sakit dan lemas, sedikit pun tidak ingin lanjut berjalan. Ia mengeluarkan ponsel untuk memeriksa jam, dan merasa bahwa sekarang seharusnya lebih aman.     

Mo Yesi tahu bahwa Qiao Mainmian harus bangun pagi-pagi besok, jadi Mo Yesi pasti tidak akan tega memaksanya bercinta. Ia merasa lebih tenang setelah memikirkan hal itu. Qiao Mianmian mengangguk dan berkata, "Ya, ayo kita pulang."     

"Kita sudah berjalan begitu lama, apakah kakimu tidak sakit?" Mo Yesi menatapnya yang sudah tidak bertenaga. Ia mengulurkan tangan dan mengusap-usap kepala Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan menyedihkan. "Iya, kakiku sedikit sakit."     

"Kalau begitu apakah kau masih ingin jalan-jalan lagi?" Mo Yesi menghela napas tak berdaya dan merasa sangat geli. Ia mengusap bagian atas kepala Qiao Mianmian lagi, dan berkata dengan nada memanjakan hingga membuat Qiao Mianmian tidak bisa berbuat apa-apa, "Sayang, apakah kau begitu takut padaku? Agar aku tidak menyentuhmu, kau mengajakku berjalan ke tepi danau selama ini, sampai dirimu sendiri kelelahan seperti ini. Apakah perlu bertindak sampai seperti ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.