Tidak Ingin Melewatinya Begitu Saja
Tidak Ingin Melewatinya Begitu Saja
"Kau pikir dengan menghindar dapat menyelesaikan masalah?" Nenek Mo semakin tidak puas, emosinya meningkat kembali.
Nenek Mo melanjutkan dengan napas terengah-engah, "Kau selalu mencari alasan untuk pergi setiap kali nenek mengungkit hal ini padamu. Nenek tahu kau merasa kalau nenek hanya wanita tua yang terus mengganggumu, sehingga kau tidak ingin nenek terus membicarakannya. Kalau kau ingin membuatku diam, segera bawa pulang menantu untukku. Jika kau sudah menemukannya, di masa depan aku juga tidak akan mengganggumu lagi."
"..." Mo Shixu terdiam.
Emosi Nenek Mo baru saja tenang, jadi Mo Shixiu tidak ingin membuat neneknya marah lagi. Ia tersenyum tidak berdaya dan berkata dengan suara yang lembut, "Nenek, mencari menantu untukmu bukan hal mudah seperti membeli makanan yang bisa dibeli dimana saja. Pasangan bukan sesuatu yang bisa kubeli kapanpun aku menginginkannya.
"Aku berjanji padamu, jika aku sudah menemukan wanita yang aku suka, aku pasti akan membawanya pulang dan mengenalkan pada nenek, ya?"
Meskipun Mo Shixiu tidak tertarik dengan hal seperti mencari seorang wanita dan berpacaran, tapi ia juga tidak pernah berpikir untuk terus melajang seumur hidup. Ia sama sekali bukan selibat, yang memiliki pemikiran untuk memilih hidup tanpa menikah.
Mo Shixiu hanya merasa, jika ia menikah itu artinya ia akan menghabiskan sisa umurnya bersama seorang wanita. Jadi ia tidak mungkin mencari wanita yang tidak disukainya untuk dinikahi. Seumur hidup begitu panjang. Ia tidak ingin melewatinya begitu saja. Bahkan jika pada akhirnya Mo Shixiu menikah bukan karena cinta, tapi istrinya juga harus seorang wanita yang ia cintai. Bukan seorang wanita yang sekadar tidak dia benci.
Nenek Mo tidak lagi memercayai kalimat Mo Shixiu yang asal-asalan ini. Ia sudah mendesak cucunya selama bertahun-tahun. Setiap kali, jawaban Mo Shixiu selalu saja sama. Tapi apakah cucu tertuanya pernah membawa pulang seorang gadis? Tidak, tidak sekali pun.
Sedangkan cucunya yang paling muda, sejak dulu tidak pernah menjanjikan apapun padanya. Ia juga tidak mengharapkan apapun terhadap cucunya yang kecil ini. Tapi sebaliknya, Mo Yesi malah tiba-tiba membawa pulang seorang menantu.
"Lupakan saja." Di dalam hati nenek Mo juga tahu bahwa kedua cucunya adalah orang yang sangat keras kepala. Jika ia mendesak mereka untuk menikah, hasilnya jelas tidak mungkin berhasil.
Dalam hal kecil, mereka bisa bergantung pada nenek Mo. Tapi untuk hal besar, mereka harus melakukannya sendiri. Nenek Mo tidak mendesak mereka menikah, ia hanya mengingatkan. Ia hanya berharap cucu tertuanya tidak hanya fokus pada pekerjaan. Sehingga jika ada waktu senggang lebih baik mempertimbangkan untuk mencari seorang pasangan. Ia hanya khawatir cucu tertuanya benar-benar lupa tentang ini.
"Lagipula, dari semua kalimat-kalimat yang kukatakan, tidak tahu seberapa banyak yang masuk ke telingamu. Aku hanya berharap, di sisa hidupku, aku sempat melihat kau menikah, memiliki anak, jadi aku juga tidak punya penyesalan. Huh. Aku sudah kenyang hingga perutku sedikit kembung. Mianmian, bisakah kau menemani nenek berjalan-jalan ke taman bunga?"
Setelah melihat nenek Mo hendak berdiri, Qiao Mianmian segera menyanggah lengan nenek Mo dan membantunya untuk berdiri perlahan. "Baik, aku juga kekenyangan dan ingin jalan-jalan. Kalau begitu aku akan menemani Nenek."
"Anak pintar."
Nenek Mo menarik tangan kecil Qiao Mianmian dan mengusap-usap punggung tangannya. Ia menoleh sambil tersenyum dan menggoda cucunya yang paling muda, "A Si, kau bisa bertemu istrimu setiap hari, jadi tidak akan kekurangan waktu bersamanya. kan? Jadi bolehkah nenek sementara waktu meminjam istrimu sebentar?"
Mo Yesi menaikkan sudut bibirnya. "Tentu saja tidak ada masalah."
"Kalau begitu kita bisa pergi. Mianmian, ayo pergi, nenek akan membawamu melihat-lihat pemandangan taman, aku akan memberitahumu ..."
Nenek Mo memegang tangan Qiao Mianmian dengan penuh kasih sayang, dan Qiao Mianmian juga balas memegang lengannya dengan penuh kasih sayang pula. Satu orang tua dan satu gadis muda, mereka berdua tampak berjalan-jalan di taman dengan gembira.
*
Setelah mereka pergi, kedua bersaudara Mo Shixiu dan Mo Yesi juga meninggalkan ruang makan.