Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Jawab Pertanyaanku, Mianmian



Jawab Pertanyaanku, Mianmian

0"Baik, Presiden Mo."     

Saat Wei Zheng pergi, ia menatap Qiao Mianmian dengan sedikit khawatir. Mo Yesi kelihatannya sangat marah, mungkin sebentar lagi akan bertengkar dengan nyonya muda. Tapi, dengan munculnya berita antara nyonya dan mantan tunangannya seperti itu, sangat wajar jika Presiden Mo juga marah.     

Jika posisi Mo Yesi diganti oleh pria manapun, mereka tidak mungkin masih bisa bersikap murah hati atau acuh tak acuh setelah melihat berita seperti itu. Apalagi, Presiden Mo begitu memedulikan nyonya muda. Jika ia yang berada di posisi Presiden Mo, ia juga tidak dapat menahan amarah. Mungkin, dia akan marah dan segera membuat perusahaan Su bangkrut.      

Memikirkan kemungkinan itu saja, sepertinya Su Ze ditakdirkan mati. Sebelumnya saat Su Ze mengirimkan bunga untuk nyonya muda, itu saja sudah membuat Presiden Mo sangat marah. Sekarang, malah masih melakukan hal seperti melamar nyonya muda di depan umum. Dapat di katakan, ini sama saja dengan cari mati.     

Kali ini, tampaknya Su Ze benar-benar membuat Presiden Mo marah. Meskipun, setelah tadi ia memberitahu masalah ini pada Presiden Mo tidak ada ekspresi apapun di wajah Presiden Mo. Wei Zheng tidak melihat ada kemarahan di wajah Mo yesi, malah tampaknya seperti sangat tenang.      

Tapi, ia sudah bekerja bertahun-tahun di sisi Mo Yesi. Wei Zheng paham benar, dalam situasi seperti ini, semakin Mo Yesi diam, pria itu akan jadi semakin mengerikan setelah amarahnya meledak. Dilihat dari sisi manapun, Su Ze ditakdirkan mati.     

Setelah Wei Zheng pergi, Wei Zheng menutup pintunya dengan lembut. Setelah Wei Zheng benar-benar pergi, Mo Yesi baru mengaitkan kesepuluh jarinya, mengisyaratkan Qiao Mianmian untuk lebih mendekat sedikit. Aura yang menguar dari seluruh tubuhnya terasa begitu mengintimidasi. Sorot yang terpancar di matanya juga terlalu dingin. Meskipun kelihatannya sikap pria itu tetap normal seperti biasa, secara keseluruhan orang tersebut menunjukkan aura dingin yang mengatakan, 'Jangan mendekat.'     

Saat ini, Qiao Mianmian sedikit tidak berani mendekat pada Mo Yesi. Ia berdiri diam di tempat selama beberapa detik. Dalam beberapa detik ini membuat sorot mata Mo Yesi semakin dingin. Aura 'jangan mendekat' di tubuh Mo Yesi juga terasa lebih kuat. Bahkan Qiao Mianmian ingin balik badan dan kabur dari kantor.     

Melihat Qiao Mianmian yang masih tidak bergerak, Mo Yesi mengulurkan tangan dan menarik Qiao Mianmian dengan paksa ke dalam pelukannya. Qiao Mianmian memekik ketika kepalanya menabrak dada Mo Yesi yang kuat dan berisi. Ia dipaksa duduk di paha Mo Yesi. Sebelum Qiao Mianmian sempat mengangkat kepalanya, terdengar suara yang begitu dalam di atas kepalanya. "Pergi kemana kau hari ini?"     

"Sebelum kau datang mencariku, apa yang kau lakukan?" tanya Mo Yesi.     

Ada sedikit nada bahaya yang tersembunyi dalam suara tenang pria itu. Qiao Mianmian dapat mendengarnya. Ia meronta, mengerutkan kening, dan menyeru pelan, "Mo Yesi, lepaskan aku!"     

Pria itu memiliki lengan seperti besi dan sedang melingkari pinggangnya dengan erat. Kekuatan lengannya begitu kuat seperti hampir memotong pinggangnya. Itu membuat Qiao Mianmian sangat tidak nyaman.     

"Sayang, kau belum menjawab pertanyaanku." Mo Yesi mengulurkan tangan, mencubit dagunya. Pria itu menggunakan sedikit kekuatan untuk membuat Qiao Mianmian mengangkat kepala dan menatapnya. Tidak ada emosi apapun dalam suaranya yang dingin. "Kemana kau pergi sebelum datang ke perusahaan Mo? Apa yang kau lakukan?"     

"Mo Yesi." Qiao Mianmian masih berusaha membuat pria itu melepaskan dirinya.      

Meskipun tenaga yang Mo Yesi keluarkan tidak terlalu besar, Qiao Mianmian masih merasa kesakitan hingga wajahnya memucat, matanya juga sedikit memerah. Ia menggigit sudut bibirnya dan melotot ke arah Mo Yesi. "Lepaskan aku, dasar bajingan. Kau membuatku kesakitan."     

Mo Yesi baru sadar setelah melihat mata Qiao Mianmian yang memerah. Amarah yang memenuhi dadanya berkurang setengah. Lengan yang melingkar di pinggang wanita itu sedikit mengendur, tapi ia masih memeluk Qiao Mianmian dengan dominan dan kuat, tidak melepaskan sepenuhnya.     

"Jawab pertanyaanku, Mianmian." Pria itu gigih dengan pertanyaannya dan mengulangi lagi, "Kemana kau pergi sebelumnya?"     

"Mo Yesi, apakah kau sudah melihat berita buruk tentangku?"     

Qiao Mianmian menatap Mo Yesi selama beberapa detik. Sebuah tebakan muncul dari dalam hatinya. Ia pun langsung bertanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.