Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Di Masa Depan, Kau Tidak Boleh Bersikap Galak Padaku



Di Masa Depan, Kau Tidak Boleh Bersikap Galak Padaku

0Meskipun Mo Yesi sama sekali tidak pernah menganggap keberadaan Su Ze, tapi ia masih merasa tidak nyaman. Begitu ia memikirkan hubungan Su Ze dengan Qiao Mianmian dulu, hatinya seperti ditusuk sesuatu.      

Tapi bagaimanapun, ia tidak bisa menganggap remeh Su Ze, yang juga mantan tunangan Qiao Mianmian. Jadi, saat ia melihat berita itu di internet, ia tidak bisa mengontrol perasaannya untuk tidak cemburu. Ia juga tidak bisa mengontrol munculnya perasaan panik dan takut di dalam dadanya.     

Ia sangat takut Qiao Mianmian melunak, kemudian mengangguk dan setuju rujuk dengan Su Ze. Meskipun ia tahu kemungkinan ini sangat kecil, tapi Mo Yesi masih sedikit khawatir. Begitu berada di depan Qiao Mianmian, ia seperti tidak memiliki kepercayaan diri.     

"Sayang, aku tidak mencurigaimu. Aku hanya ... tidak suka melihat kau bersama dengannya." Ia harus mengakui, setelah mendengar penjelasan Qiao Mianmian, hati Mo Yesi menjadi lebih tenang. Aura mengintimidasi yang menguar dari tubuhnya juga perlahan menghilang. Kelembutan yang ada di mata hitam pekat miliknya pun kembali. Sorot matanya yang mengarah pada Qiao Mianmian tidak lagi dingin, tapi ada kelembutan dan kasih sayang yang akrab.      

Qiao Mianmian menghela napas lega, merasa bahwa Mo Yesi yang ia kenal akhirnya kembali. Barusan, pria itu benar-benar membuatnya takut. Qiao Mianmian menggigit bibirnya, kemudian mengulurkan tangan untuk merangkul leher Mo Yesi. Ada sedikit keluhan dan ketidakpuasan dalam suaranya yang lembut, kemudian ia menatap Mo Yesi dengan sorot menuduh. "Mo Yesi, kau barusan galak sekali, membuatku sangat takut.     

"Besok-besok, kau tidak boleh galak lagi padaku. Jika kau bersikap galak lagi, aku akan mengabaikanmu," kata Qiao Mianmian memberikan peringatan.     

"Maaf, sayang."     

Ketika kecemburuannya muncul, Mo Yesi tidak bisa mengendalikan temperamennya sendiri. Pada saat ini, amarahnya sudah menghilang, ia sudah kembali normal dan tahu bahwa yang ia lakukan barusan tidak benar hingga membuat Qiao Mianmian ketakutan.     

"Maafkan aku, ya?" Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian dengan erat. Ia menunduk dan menatap Qiao Mianmian dalam, kemudian perlahan menghela napas. "Aku juga ingin bersikap seolah tidak peduli, tapi aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Begitu melihat dia bersama denganmu, hatiku terasa sangat tidak nyaman.     

"Sayang, dia satu-satunya pria selain aku yang pernah memilikimu. Aku juga sudah mengatakan pada diriku sendiri, itu adalah masa lalumu, aku tidak seharusnya terlalu kepikiran, tapi aku benar-benar ..."     

"Sudahlah, aku tahu." Sebelum Mo Yesi menyelesaikan kalimatnya, Qiao Mianmian sudah mengulurkan tangan dan menutup mulut Mo Yesi. "Aku juga tidak marah. Hanya saja, aku tidak suka sikapmu barusan. Itu membuatku merasa ... sedikit asing. Aku takut. Jadi, besok-besok, terlepas dari apapun yang terjadi, kau jangan memasang wajah seperti itu lagi padaku, ya?"     

"Baiklah." Mo Yesi mengalah.     

Pria itu pun mengangkat wajahnya, kemudian ia menunduk dan perlahan mencium dahi Qiao Mianmian. "Aku janji. Di masa depan tidak akan terjadi hal seperti ini."     

Setelah masalah selesai dibicarakan, perasaan tidak senang di dada Mo Yesi pun berlalu dengan cepat. Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian. Setelah selesai mengurus dua buah dokumen paling akhir, ia menggosok alis dan mematikan laptop. Mo Yesi lalu menelepon Wei Zheng untuk masuk ke kantor.     

Begitu Wei Zheng mendorong pintu, ia melihat Presiden Mo rupanya sedang memeluk seorang wanita yang duduk di depan meja kantornya. Awalnya Wei Zheng menghentikan langkahnya, kemudian berjalan dengan ekspresi iri hati.     

Presiden Mo sekarang, bukan Presiden Mo yang begitu serius seperti sebelumnya. Ia sudah berubah. Pria itu sekarang berubah menjadi seorang yang kecanduan dengan wanita. Bahkan saat bekerja pun bisa bersikap begitu intim. Cinta benar-benar hal yang mengerikan, karena ternyata bisa mengubah orang menjadi seperti ini.      

Jika Wei Zheng tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahkan ia tidak akan percaya apabila bosnya yang dulunya dingin dan bahkan menganggap wanita sebagai racun, bisa berubah menjadi seperti ini ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.