Presiden Mo Benar-benar Berubah
Presiden Mo Benar-benar Berubah
Qiao Mianmian jatuh ke pelukan Mo Yesi. Kedua tangannya secara naluriah ingin meraih sesuatu. Tapi begitu ia menyentuh otot dada yang terus menguasai pikirannya, tubuh pria itu terasa semakin panas. Yang Qiao Mianmian sentuh di telapak tangannya adalah kulit yang panas seperti dipanggang api.
Ketika Qiao Mianmian menekan tangannya, dengusan rendah terdengar di atas kepalanya. Sementara lengan yang melingkar di pinggangnya juga tiba-tiba menegang. Napas pria itu mulai berubah menjadi tengengah-engah.
Qiao Mianmian seperti terkena sengatan listrik, dan ia segera menarik kembali tangannya. Ia mendongak dengan panik dan tidak sengaja bertemu dengan mata pria yang menatapnya dalam. Saat ia melihat mata Mo Yesi yang menunjukkan nafsu yang tidak asing, kaki Qiao Mianmian tiba-tiba terasa lemas. Ia baru saja mengulurkan tangan untuk mendorong Mo Yesi, namun kedua tangannya digenggam dengan sangat erat.
Pria itu telah merencanakan sejak lama, bagaimana Mo Yesi bisa membiarkan Qiao Mianmian melarikan diri? Ia mencubit dagu Qiao Mianmian, kemudian mencium Qiao Mianmian dalam-dalam. Saat Qiao Mianmian ditindih di sofa dan tidak bisa melawan lagi, Qiao Mianmian akhirnya menyerah begitu saja. Beberapa menit kemudian …
"Tunggu sebentar ..." Qiao Mianmian dibuat kebingungan di tengah ciuman yang diberikan Mo Yesi. Ia hampir melupakan satu hal yang sangat penting. Ia meraih lengan Mo Yesi dan berkata dengan napas yang tidak stabil, "Ko ... kondom."
Qiao Mianmian awalnya berpikir Mo Yesi tidak mempersiapkannya. Jika seperti ini, ia bisa punya alasan untuk menolak Mo Yesi. Tapi tanpa diduga, begitu Mo Yesi mendengar kalimatnya, bibir tipis pria itu terangkat dengan ringan. Mo Yesi kemudian bangkit dan tangannya menyentuh tepi sofa. Dari sana ia mengambil sebuah kondom.
"..." Qiao Mianmian tidak bisa berkata-kata.
Mo Yesi mengangkat alis dengan bangga. Pria itu membungkuk lagi dan memasukkan kondom ke tangan Qiao Mianmian. Suara pria itu terdengar sangat rendah dan seksi. "Sayang, bantu aku membukanya."
Jantung Qiao Mianmian bagaikan berhenti berdetak saat menerima kondom tersebut. Ia membuka telapak tangannya perlahan dan menatap kondom yang dimasukkan Mo Yesi ke tangannya. Itu adalah kondom rasa stroberi dari merek tertentu dengan model ukuran terbesar.
*
Dua jam berlalu dan sekarang saatnya makan siang. Mereka tidak keluar untuk makan, sehingga Wei Zheng mengirimkan makanan untuk mereka.
Wei Zheng mengambil makanan di luar kantor dan mengetuk pintu. Saat presiden Mo datang untuk mengambil makanan, ia secara tidak sengaja melirik, dan kemudian melihat beberapa goresan merah di dada presiden Mo. Dilihat dari lukanya, tampak seperti goresan yang sangat baru. Sekilas tampak seperti luka cakaran.
Setelah menebak apa yang mungkin terjadi di ruangan itu, suasana hati Wei Zheng menjadi sangat sulit diungkapkan. Presiden Mo-nya ... benar-benar berubah. Kini dia bukan lagi Presiden Mo yang tidak memiliki nafsu, anti dengan lawan jenis, dan hanya fokus pada pekerjaan. Presiden Mo sudah berubah dan benar-benar tidak mampu menahan godaan.
*
Di dalam kantor.
Mo Yesi menutup pintu dan masuk ke ruang istirahat sambil membawa makanan yang dibungkus dari luar. Di tempat tidur single di ruang istirahat, Qiao Mianmian yang terbungkus jubah mandi sedang berbaring di tempat tidur. Ia terlihat sangat lelah dan tidur dengan mata tertutup.
"Sayang, makanlah dulu sebelum tidur."
Mo Yesi berjalan mendekat dan duduk di samping tempat tidur. Ia mengulurkan tangannya dan dengan lembut mengusap wajah Qiao Mianmian.
"Minggir. Kau benar-benar menjengkelkan."
Qiao Mianmian terlalu mengantuk dan juga merasa sangat lelah. Punggung, kaki, dan seluruh badannya terasa sangat sakit. Ia ingin menutup matanya dan tidak ingin bergerak. Dihadapkan dengan pelaku yang membuatnya seperti ini, ia secara alami tidak akan menunjukan wajah ramah.
Suasana hati Mo Yesi benar-benar meningkat dan terasa begitu cerah setelah puas meniduri Qiao Mianmian. Meskipun Qiao Mianmian bicara padanya dengan nada kesal, Mo Yesi tetap melembutkan suaranya dan membalas dengan sabar, "Sayang, kau harus patuh. Bangun dan makan terlebih dahulu. Jika kamu tidur dengan perut kosong, itu sangat tidak baik pagi tubuhmu."