Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Aku Tidak Akan Percaya Ucapanmu Lagi



Aku Tidak Akan Percaya Ucapanmu Lagi

2Tangan besar yang sedang menggerayangi tubuh Qiao Mianmian itu seketika berhenti. Setelah beberapa detik, suara Mo Yesi terdengar lagi dengan sedikit menahan kesabaran, "Apa tubuhmu masih sakit?"     

Sebenarnya sudah tidak begitu sakit, hanya terasa tidak nyaman. Tapi perasaan tidak nyaman itu berlangsung cukup lama. Untungnya sekarang sudah lebih baik. Namun Qiao Mianmian sebenarnya takut Mo Yesi akan melakukannya terus. Sehingga Qiao Mianmian mengangguk sedih. "Iya, masih sakit."     

Jadi, lepaskan aku, ya? Qiao Mianmian benar-benar tidak ingin dirinya jadi tidak bisa turun dari kasur besok.     

Keheningan menyelimuti ruangan selama beberapa saat. Qiao Mianmian bisa mendengar embusan napas berat dari pria di belakang tubuhnya. Mo Yesi seperti sedang mencoba menahan sesuatu. Saat napasnya diembuskan, Qiao Mianmian merasa ada udara panas yang menerpa lehernya.      

Lengan yang melingkar di pinggangnya semakin erat. Setelah beberapa saat, terdengar suara pria yang parau di belakangnya. "Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu. Tapi aku tidak ingin membereskannya sendiri."     

Qiao Mianmian membuka mulutnya dan berniat menjawab. Tapi sebelum ia sempat mengatakan satu kata pun, tangannya sudah digenggam oleh pria itu dan perlahan berpindah tempat. "Sayang, bantu aku."     

"...." Qiao Mianmian dibuat tidak bisa berkata-kata.     

*     

Setelah satu jam, Qiao Mianmian memasang wajah serius sambil berbalik di atas tempat tidur dengan kesal. Kini posisi tubuhnya tengkurap, ia tidak ingin memedulikan orang lain.     

"Sayang, kau marah?"     

Di sisi lain tempat tidur, Mo Yesi memasang wajah puas. Ia mengulurkan tangan dan ingin memeluk Qiao Mianmian. Begitu tangannya terulur, suara 'plak' terdengar karena tangannya dipukul keras oleh Qiao Mianmian.     

"Mo Yesi, minggir, aku tidak ingin bicara padamu," kata Qiao Mianmian galak, seolah sedang melampiaskan amarahnya. Namun di telinga orang lain, nadanya malah terdengar menggemaskan.     

Mo Yesi jelas tahu mengapa Qiao Mianmian marah. Qiao Mianmian selalu berharap Mo Yesi menyelesaikan hubungan intim mereka dengan cepat, tapi Mo Yesi tidak mewujudkan keinginannya. Tidak hanya itu, Mo Yesi masih bisa bertahan selama satu jam ...     

Saat selesai, Qiao Mianmian hampir saja menangis. Ia mengatakan pada Mo Yesi kalau tangannya hampir patah.      

Apa yang Mo Yesi lakukan seolah sengaja mengintimidasinya dan membuat Qiao Mianmian lelah. Qiao Mianmian mengatakan bahwa Mo Yesi sangat jahat dan tidak merasa kasihan padanya sedikit pun.      

Tapi Mo Yesi ingat, saat Qiao Mianmian berlutut di kakinya waktu itu benar-benar memikat. Bagaimana mungkin Mo Yesi rela menyelesaikannya dengan cepat, bukan?     

"Sayang, apakah tanganmu masih kram? Aku akan memijat tanganmu," kata Mo Yesi yang kembali menempelkan wajahnya tanpa tahu malu.     

"Biarkan saja, dasar munafik."     

Qiao Mianmian memukul tangannya lagi. Ia sangat marah hingga tidak ingin bicara lagi dengan Mo Yesi. 'Dasar pembohong, aku tidak akan percaya pada kalimatmu lagi.'     

Katanya Mo Yesi akan menyelesaikannya dengan cepat. Tapi sebaliknya, mereka melakukannya selama satu jam. Tangannya hampir panas. Bahkan sekarang untuk mengambil ponsel saja Qiao Mianmian tidak mampu. Apalagi tangannya sekarang masih terus gemetar. Di masa depan, ia tidak akan percaya pada perkataan Mo Yesi lagi. Semua pria adalah bedebah.     

"Maaf, Sayang." Setelah didorong oleh Qiao Mianmian, Mo Yesi segera meminta maaf. Lagi-lagi ia menempelkan tubuhnya pada Qiao Mianmian dengan nakal. Mo Yesi benar-benar tidak memedulikan Qiao Mianmian yang meronta-ronta. Secara paksa, ia membawa tubuh mungil Qiao Mianmian ke dalam pelukan dan menahannya.     

Mo Yesi mencium leher belakang QIao Mianmian. Suaranya terdengar sedikit parau dan manja. "Aku tidak sengaja, lain kali tidak akan seperti ini. Tanganmu sakit, kan? Sini kemarikan tanganmu, aku akan memijatnya."     

Jika Qiao Mianmian mempercayai Mo Yesi lagi, ia sama saja dengan orang bodoh. Kapan Mo Yesi tidak mengatakan itu? Tapi kapan ia melakukannya? Sebenarnya yang membuatnya marah bukan karena masalah ini, tapi ... saat Mo Yesi hampir selesai, pria itu terlihat sangat bersemangat, dan kemudian ... malah dilanjutkan lagi!     

Begitu ingat masalah ini, Qiao Mianmian merasa sangat-sangat marah. Ia benar-benar tidak ingin memedulikan Mo Yesi lagi. Pria itu benar-benar menjijikan. Meskipun Mo Yesi menggendongnya ke bak mandi dan membersihkannya setelah itu, Qiao Mianmian tetap merasa kalau Mo Yesi tidak bisa dimaafkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.