Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Jangan Pergi, Tetaplah di Sini dan Temani Aku



Jangan Pergi, Tetaplah di Sini dan Temani Aku

3Pria itu berdiri di belakang Qiao Mianmian tanpa bersuara, menatapnya dengan tatapan santai. Sorot penuh hasrat di matanya terlihat tidak asing bagi Qiao Mianmian. Tangannya gemetar, kemudian wanita itu berpura-pura tidak melihat. Setelah Qiao Mianmian selesai mengoleskan produk perawatan kulit, ia bangkit dan langsung berjalan ke sisi tempat tidur. Di belakangnya, pria itu masih mengikuti sampai ke sisi ranjang tanpa bersuara.     

"...." Qiao Mianmian terdiam.     

"Mo Yesi, mengapa kau masih ada di dalam kamar? Apakah kau tidak pergi ke ruang kerja?" Qiao Mianmian berpura-pura tidak tahu pemikiran apa yang ada di dalam hati Mo Yesi. Ia merasa Mo Yesi yang seperti ini sangat konyol dan juga lucu.     

Tapi, lucu, sih, luc. Tidak peduli selucu apa tingkat Mo Yesi, selama Qiao Mianmian teringat dengan berapa ronde yang dilakukan Mo Yesi pagi tadi, kedua kakinya jadi gemetar. Qiao Mianmian merasa kedua pahanya mulai kesemutan lagi. Ia tidak boleh berhati lembut pada pria ini. Jika tidak, Qiao Mianmian jamin besok ia pasti tidak bisa merangkak turun dari tempat tidur.     

Nafsu yang terpantul di mata pria itu sangat-sangat kuat. Qiao Mianmian hanya melirik sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya. Ia mengambil ponsel dari laci di samping tempat tidur, kemudian menulis surel dan mulai mengunduh naskah.     

Tatapan Mo Yesi seperti menempel pada tubuhnya. Pria itu menatap Qiao Mianmian dengan penuh hasrat dan berbicara dengan suara parau, "Tidak ada urusan kantor yang harus aku selesaikan di rumah. Hari ini aku tidak terlalu sibuk."     

Mo Yesi hanya mengingatkan bahwa ia memiliki banyak waktu hari ini. Jadi ia bisa melakukan hal yang ingin ia lakukan.     

"Oh, benarkah?" Qiao Mianmian terus berpura-pura bodoh. "Kalau begitu kau bisa tidur lebih awal. Tidur lebih awal dan bangun lebih awal, itu sangat baik untuk tubuh. Aku masih harus melihat naskah sebentar. Jika kau mengantuk, tidur duluan saja. Jika kau tidak terbiasa tidur dengan lampu menyala, aku akan pergi ke ruang kerja sebentar.     

Merasa tatapan di tubuhnya semakin panas, Qiao Mianmian menelan ludahnya dengan gugup. Ia berbalik badan dan merasa sedikit panik. Ia ingin berjalan keluar.     

Tatapan Mo Yesi membuatnya sangat ketakutan hingga kakinya gemetar. Ia berjalan keluar dengan cepat, hampir seperti melarikan diri dari kejaran sesuatu. Tapi baru beberapa langkah, lengan pria yang kuat dan terasa panas itu sudah melingkar di pinggangnya. Pada detik berikutnya, tubuh pria yang meyalurkan hangat itu sudah melekat padanya.     

Mo Yesi memeluknya dari belakang. Kedua lengannya seperti besi yang melilit erat di pinggang Qiao Mianmian. Napas hangat milik Mo Yesi sengaja ditiupkan ke belakang leher Qiao Mianmian. Pria itu menundukan kepalanya dan mengusap-usap leher Qiao Mianmian dengan lembut.      

Suara parau yang dikeluarkan Mo Yesi terdengar sangat seksi. "Sayang, apakah menurutmu naskah lebih tampan daripada aku? Kau rela meninggalkan suamimu yang baru menikahimu dan pergi sendiri ke ruang kerja? Jangan pergi. Tetaplah di sini dan temani aku." Mo Yesi merajuk.     

"Bukankah kau tadi mengatakan kalau menyukai wajahku? Kalau begitu sekarang aku akan membiarkanmu memperhatikan wajahku dengan baik hingga puas, oke?" bisik Mo Yesi pelan tepat di samping telinga Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian merasa telinganya sangat nyaman. Suara pria itu terlalu menawan dan menggoda. Ia hampir tidak bisa menahan diri.     

Dasar Mo Yesi pria nakal tidak tahu malu. Demi mencapai tujuannya, pria itu bahkan menggunakan trik ini untuk merayunya. Qiao Mianmian jelas-jelas tahu Mo Yesi sengaja merayunya. Menghadapi seorang pria tampan seperti suaminya ini, Qiao Mianmian sama sekali tidak bisa menahan godaan yang indah itu.     

"Mo Yesi ..." Ia merasa tangan pria di pinggangnya semakin erat, suara Qiao Mianmian bergetar. "Aku ... Aku benar-benar harus membaca naskah ..."     

"Ya." Pria itu melepaskan satu tangan dari pinggang Qiao Mianmian dan perlahan mengangkat tubuhnya. Suaranya menjadi semakin dalam. "Kerjakan saja keperluanmu, tidak perlu memedulikanku.     

"...." Qiao Mianmian tidak membalas.     

Apakah ia bisa mengabaikan Mo Yesi yang seperti ini? Tapi jika kegiatan itu diteruskan, bagaimana mungkin ia bisa membaca naskah dengan tenang?!     

"Mo Yesi, aku benar-benar lelah hari ini." Suara Qiao Mianmian bergetar lagi, bahkan dengan terdengar seperti sedang menangis. Mendengarnya terasa sangat menyedihkan. "Tubuhku juga masih sakit. Kau ... kau bereskan sendiri, oke?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.