Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Awalnya Aku Menyukai Kecantikanmu, Tapi Tidak Hanya Itu Saja



Awalnya Aku Menyukai Kecantikanmu, Tapi Tidak Hanya Itu Saja

3"Jika aku menyukai seseorang, sudah sejak lama aku akan bergerak mengejarnya. Terus diam tanpa berusaha bukan gayaku," kata Mo Yesi dengan nada bangga.     

Qiao Mianmian terdiam, tak bisa menjawab.     

Dalam hal ini, Qiao Mianmian tidak bisa menyangkal. Mo Yesi memang orang yang proaktif. Jika tidak, mereka tidak mungkin menikah saat pertama kali mereka bertemu. Tampaknya, Mo Yesi benar-benar tidak pernah menyukai Shen Rou.     

Tapi Mo Yesi mengatakan bahwa ia menyukai tipe seperti dirinya. Qiao Mianmian tidak terlalu percaya. Bukannya ia tidak percaya pada dirinya sendiri, tapi awalnya ia menikah dengan Mo Yesi, bukan atas dasar saling suka. Qiao Mianmian menikah dengan Mo Yesi karena Qiao Chen. Sedangkan Mo Yesi ... karena penyakit anehnya itu.     

Awalnya, ini hanya pernikahan karena kebutuhan. Tapi perlahan-lahan, pernikahan karena kebutuhan pribadi ini telah berubah.      

Sejak awal Qiao Mianmian sudah bersiap-siap untuk bercerai kapanpun dengan Mo Yesi. Namun sekarang, pernikahan itu berubah menjadi pernikahan yang diharap-harapkan. Awalnya, Qiao Mianmian yang hanya merasa sebagai orang luar, mulai berubah dengan benar-benar menerima status bahwa ia sudah menikah. Juga menerima bahwa ia memiliki seorang suami bernama Mo Yesi.     

"Apa masih ada yang ingin ditanyakan?" Jari-jari panjang dan ramping milik pria itu menyentuh batang hidung Qiao Mianmian dengan lembut. "Kau boleh bertanya apapun padaku. Aku akan menjawab semuanya selain hal yang tidak aku tahu," lanjut Mo Yesi.     

Sikap terus terang Mo Yesi membuat Qiao Mianmian tidak ada keinginan untuk bertanya lagi. Selain penasaran dengan hal yang tadi, ia memang tidak ada pertanyaan yang ingin ditanyakan lagi. Qiao Mianmian lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak ada lagi yang ingin aku tanyakan."     

"Kau yakin?" Mo Yesi seolah menyayangkan hal itu. "Coba kau pikirkan lagi, apa benar-benar tidak ada yang ingin kau tanyakan lagi?"     

"Sepertinya ada satu pertanyaan ..."     

"Apa itu?" Mo Yesi terdengar bersemangat.     

"Mo Yesi, apa yang sebenarnya kau suka dariku?" Qiao Mianmian bertanya dengan serius. "Apakah kau jatuh cinta pada kecantikanku dan tertarik dengan penampilan luarku?"     

Lagipula, selain penampilan luarnya yang cantik, tidak ada hal lain yang menonjol.     

Mo Yesi tidak langsung menjawab, melainkan diam.     

Mo Yesi tiba-tiba teringat kalimat Qiao Mianmian pada Shen Rou barusan. Qiao Mianmian mengatakan kalau dirinya menikah dengan Mo Yesi karena wajah Mo Yesi. Mungkin saja Qiao Mianmian mengarang kata-katanya. Tapi sekarang, Mo Yesi masih sangat ingin tahu apa yang ia pikirkan.     

"Bagaimana denganmu?" tanya Mo Yesi balik.     

Qiao Mianmian terkejut. "Aku yang tanya duluan ..."     

Akhirnya Mo Yesi menjawab, "Iya, pada awalnya aku suka kecantikanmu, tapi tidak hanya itu." Mo Yesi melanjutkan, "Banyak hal detail yang sulit aku jelaskan. Tapi kau adalah tipeku. Saat pertama kali bertemu denganmu, aku langsung mengetahuinya."     

Mo Yesi sejak awal tidak pernah menyembunyikan perasaannya di depan Qiao Mianmian. Ini juga bukan pertama kalinya ia mengatakan bahwa dirinya menyukai Qiao Mianmian. Tapi saat ini, Qiao Mianmian tetap merasa tersentuh. Menghadapi pria seperti ini, mungkin jika Mo Yesi mengutarakan perasaannya seribu kali ataupun sepuluh ribu kali pun, ia masih akan merasa terharu. Siapa yang bisa menahan diri saat menghadapi pria yang begitu menggoda ini.     

"Aku sudah menjawabnya, sekarang giliranmu." Mo Yesi mencubit-cubit dagu Qiao Mianmian. Di luar, Mo Yesi terlihat sangat santai, tapi di hatinya tersembunyi perasaan gugup dan harapan yang sangat dalam.     

Mo Yesi dengan gugup menunggu jawaban Qiao Mianmian. Saat ini perasaannya sangat kacau balau. Ia takut Qiao Mianmian akan menjawab hal yang tidak ingin ia dengar, tapi juga sangat penasaran bagaimana jawaban Qiao Mianmian.     

"Aku ..." Qiao Mianmian membuka mulutnya dan baru mengucap satu kata, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.     

Terdengar suara Wei Zheng yang bicara dari luar, "Presiden Mo, apakah rapatnya akan dilanjutkan? Semuanya masih di ruang rapat menunggu Anda kembali."     

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang membuat hati Mo Yesi merasa amat tidak senang. Ia awalnya tidak ingin peduli dan membubarkan rapat, tapi Mo Yesi ingat masih banyak hal yang masih belum ia urus. Mo Yesi mengerutkan keningnya dengan sangat erat, lengan yang merangkul kuat di pinggang Qiao Mianmian perlahan mengendur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.