Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Bertualang di Daneria



Bertualang di Daneria

3Emma menjadi banyak diam saat mereka makan siang. Ia merindukan teman-temannya dan kehidupannya di bumi. Sayangnya, ia tidak dapat berbagi isi hatinya kepada siapa pun. Hanya Haoran yang mengerti dirinya. Dan Haoran saat ini tidak ada di sisinya.     

Setelah makan siang, mereka lalu keluar gedung dan berjalan ke sebuah kendaraan berbadan lebar yang tidak memiliki roda. Warnanya biru metalik, terlihat sangat mengesankan.     

Bentuknya seperti mobil lebar, dengan empat pintu di kiri dan kanan, serta bagian yang terlihat seperti bagasi, juga atap berwarna transparan. Ada dua pasang kursi di kabin depan dan di belakang. Namun, tidak ada roda di bagian bawahnya, sehingga Emma menduga kendaraan ini dapat terbang.     

"Kita mau kemana?" tanya Emma saat melihat kendaraan itu.     

"Bertualang," kata Therius singkat. Ia membukakan pintu di samping kursi pengemudi untuk Emma dan memberi tanda agar gadis itu masuk.     

Dengan patuh Emma masuk ke kursi penumpang dan duduk dengan manis. Tanpa disuruh, Xion juga telah melompat masuk dan duduk di kursi belakang. Therius kemudian masuk ke kursi pengemudi dan segera menutup pintu.     

Bagian atap kendaraan terbuat dari kaca dan transparan. Begitu pintu ditutup, Therius memencet sebuah tombol dan atap kendaraan segera membuka ke samping seperti mobil convertible (beratap terbuka).     

"Ini keren sekali," komentar Emma. "Apa nama benda ini?"     

"Ini disebut travs. Kendaraan kecil untuk menjelajah jarak dekat," kata Therius. "Kalau di bumi, mirip dengan mobil. Tetapi bedanya, kita tidak menggunakan jalan darat karena di Daneria ini tidak ada jalan yang dibangun untuk kendaraan. Travs ini akan terbang."     

"Oh..." Emma tampak benar-benar kagum. Manusia sudah mulai memproduksi mobil terbang di bumi, tetapi masih belum banyak yang mengunakannya karena peraturan di masing-masing negara yang belum memungkinkan manusia berpindah ke transportasi udara. Apalagi harga kendaraan terbang masih sangat tinggi dan hanya segelintir orang yang dapat membelinya.     

"Kalian sudah siap?" tanya Therius.     

Emma dan Xion mengangguk bersamaan.     

"Aku siap," kata Emma.     

"Sebentar," Therius yang baru memasang sabuk pengamannya melihat Emma tidak mengenakan sabuk, karena gadis itu tidak melihat letaknya. Pemuda itu memiringkan tubuhnya dan menarik sabuk pengaman dari samping kursi Emma dan memasangkannya.     

Seketika tubuh Emma menegang ketika kepala pemuda itu maju ke depan dadanya dan meraih sabuk pengaman, lalu memasangkannya dengan trampil.     

"Aku bisa memasangkannya sendiri," protes gadis itu. "Aku bukan anak kecil yang tidak tahu cara memasang sabuk pengaman."     

"Sudah selesai," komentar Therius. Ia menarik tubuhnya dari samping dan kembali memusatkan pandangannya ke depan. "Sekarang kita berangkat."     

Emma membuang muka ke samping, tidak mau menunjukkan wajahnya yang memerah. Setelah melihat semua penumpang siap, Therius segera menyalakan travs dan mengemudikannya.     

Dengan gerakan sangat mulus, travs itu naik ke atas dan segera melesat meninggalkan pangkalan penelitian Akkadia. Emma menahan napas saat menyadari mereka sudah terbang di atas planet Daneria di ketinggian 50 meter saja. Dari ketinggian begitu, mereka dapat dengan jelas melihat keindahan planet di bawah mereka.     

Emma tidak mengucapkan apa-apa, tetapi dari ekspresinya yang dipenuhi antusiasme, Therius dapat melihat gadis itu sangat menikmati perjalanan mereka. Saat itu, Therius merasa bahwa momen yang mereka sedang alami terlalu indah untuk dirusak dengan kata-kata. Karenanya ia juga diam saja.     

Entah kenapa, pada saat yang sama, Xion pun berpikiran serupa. Pemuda yang biasanya banyak bicara ini juga sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun di sepanjang perjalanan.     

Atap travs yang terbuka membuat angin masuk ke dalam dan tanpa sadar Emma menghirup oksigen dalam-dalam dan mengisi paru-parunya.     

Ahh.. segar sekali. Xion benar saat mengatakan bahwa oksigen di planet ini sangat kaya!     

Emma lalu melayangkan pandangan ke bawah dan melihat bahwa pemandangan di bawah mereka sangat indah. Sejauh mata memandang, mereka melihat padang rumput yang hijau dan beberapa hewan besar yang mengingatkan Emma akan dinosaurus di buku-buku.     

Therius terus melajukan kendaraannya dengan kecepatan rendah sehingga mereka dapat menikmati keindahan di bawah mereka. Rasanya sungguh damai. Padang rumput yang demikian luas kemudian berganti dengan gunung-gunung yang berselimutkan salju di puncaknya.     

Setengah jam kemudian mereka melintasi lembah yang disebutkan oleh Xion, dengan bunga liar beraneka warna, dan di tengahnya mengalir sungai besar dengan air jernih yang berwarna seperti pelangi.     

Berkali-kali Emma menahan napas ketika ia menyaksikan keindahan demi keindahan yang tersaji di bawahnya.     

Setelah melintasi sungai yang cantik itu, travs melaju sedikit lagi dan kemudian mendarat di puncak sebuah tebing.     

Daneria adalah sebuah planet kecil yang mengorbit sebuah bintang berwarna kebiruan yang terletak sangat jauh darinya sehingga waktu siang di planet itu berlangsung cukup lama. Emma sudah merasa mengantuk setelah makan siang dan kemudian dibuat relaks saat duduk di travs dan menikmati pemandangan cantik di bawah mereka.     

"Kita berhenti di sini. Kulihat kau sudah mengantuk," kata Therius sambil mendaratkan travs di puncak tebing itu.     

Emma menguap tanpa dapat ditahan dan kemudian berkomentar, "Di sini siangnya berapa belas jam, ya?"     

"Di sini, satu hari berlangsung selama 40 jam, sehingga kita akan merasakan terang selama 20 jam dan gelap selama 20 jam," Therius menjelaskan. "Aku dan Xion dapat mengatur jam biologis kami dengan mudah, tetapi kurasa kau belum terbiasa."     

Emma menggeleng. Ia iri melihat kedua pemuda itu masih tampak segar. Hebat sekali kalau mereka dapat begitu saja menyesuaikan diri pada situasi di planet yang baru.     

Emma membuka pintu travs dan keluar dari sisinya. Ia lalu berjalan melihat-lihat ke sekitar mereka dan sesaat kemudian ia berdiri terpukau.     

Tebing tempat mereka berada dipenuhi savana dengan rumput-rumput hijau dan tinggi serta berbagai bunga liar yang cantik. Ada satu dua pohon besar yang tampak di sana-sini.     

Di bawah tebing, mereka melihat ada ngarai yang cantik sekali dengan air terjun mengalir dari tebing membentuk sebuah sungai yang mengalir jauh entah kemana. Di sisi tebing lain, ia melihat ada belasan air terjun besar kecil yang membuat suasana terlihat begitu magis.     

Ah.. Xion bilang di sini ada 20 air terjun? Ahhh... luar biasa!     

"Kita akan berkemah di sini," kata Therius sambil memberi tanda kepada Xion untuk membantunya mengeluarkan perlengkapan mereka dari bagasi travs.     

"Berkemah? Kau membawa tenda?" tanya Emma keheranan. Ia menjadi sangat bersemangat. "Apa yang bisa kubantu?"     

"Kau bisa duduk manis dan biarkan aku serta Xion yang mengatur semuanya. Kau tidak terbiasa dengan barang-barang dari Akkadia," kata Therius sambil tersenyum.     

Emma merengut dan membuang muka. Entah kenapa Therius akhir-akhir ini sering sekali tersenyum kepadanya. Sejak mereka membuat kesepakatan untuk mengadakan gencatan senjata dan berteman, sikap pemuda itu bertambah manis kepadanya.     

Emma tidak yakin ia akan dapat kembali bermusuhan dengan Therius setelah mereka tiba di Akkadia.     

Ahhh... Ia hanya dapat menarik napas panjang.     

Therius dan Xion mengeluarkan beberapa kotak dari dalam bagasi travs dan menaruhnya di tanah.     

"Ini kursi untuk bersantai," kata Therius. Ia mengambil sebuah benda kecil dari dalam kotak dan memencet sebuah tombol di sampingnya. Benda itu langsung mengembang terisi angin dan berubah menjadi sebuah sofa dengan permukaan beludru yang terlihat sangat empuk. Therius menaruh sehelai selimut di atasnya. "Ini untukmu beristirahat. Sofanya sangat nyaman."     

"Oh.. ini bagus sekali," komentar Emma. Ia segera menaruh tubuhnya di atas sofa itu dan memuji kenyamanannya. "Kau benar. Ini bagus. Kita tidak akan mendirikan tenda?"     

"Tidak, kita akan tidur di bawah langit," jawab Therius. Ia tersenyum sedikit dan menyapukan tangannya ke atas. Awan-awan yang berarak di langit dengan kandungan air di dalamnya tiba-tiba tersapu angin yang cukup kuat dan menjauh dari mereka. "Di sini tidak akan turun hujan."     

"Oh.. benar juga," Emma mengangguk.     

Ia baru pertama kali bepergian dengan orang-orang yang juga memiliki kekuatan ajaib seperti dirinya. Dengan adanya Xion dan Therius, perjalanan mereka tentu akan sangat mudah. Mereka dapat hidup dengan nyaman di mana pun.     

"Kau terlihat mengantuk. Kalau mau, kau tidur sebentar di sini, agar tubuhmu kembali segar," kata Therius. "Aku dan Xion akan turun ke dasar jurang dan menangkap ikan untuk kita makan."     

Emma sebenarnya ingin sekali turun menangkap ikan bersama mereka, tetapi ia sudah sangat mengantuk. Ia berkali-kali menguap lebar.     

"Hmm... tetapi langitnya masih sangat terang..." keluh Emma. "Aku sangat mengantuk tetapi aku tidak bisa tidur."     

"Oh... begitu ya?" Xion tampak melihat ke sekelilingnya dan kemudian menunjuk sebuah pohon besar yang ada di tengah sabana. "Kalau tidur di bawah pohon rindang itu, pasti kau akan merasa lebih nyaman."     

Emma mengikuti arah pandangan matanya dan mengangguk. "Sepertinya begitu, tetapi pohon itu terlalu jauh dan—"     

Belum sempat Emma menyelesaikan kalimatnya, Xion telah menggerakkan tangannya dengan santai dan tangan raksasa yang terbuat dari udara kembali muncul dan mencabut pohon raksasa itu hingga ke akar-akarnya.     

"Astaga...."     

Tidak lama kemudian pohon yang dimaksudnya telah melayang ke arah mereka dan Xion 'menggali' tanah di dekat Emma lalu menanam pohon itu kembali.     

Tiba-tiba saja suasana di sekitar Emma sudah menjadi teduh dan sinar terang dari matahari Daneria tertutup oleh daun-daunan pohon raksasa tersebut.     

"Sekarang kau sudah bisa tidur?"     

Emma menggigit bibirnya dan mengangguk. "Sudah."     

Astaga... mudah sekali bertualang bersama Xion dan Therius ini! pikirnya gembira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.