Pemberitahuan Kritis dari Rumah Sakit
Pemberitahuan Kritis dari Rumah Sakit
Sementara itu, Tang Huiru masih terlihat marah. Chen Youran pun meraih tangannya dengan cara genit dan membujuknya dalam waktu yang cukup lama. Setelah berhasil membujuknya, dia tidak lagi melihat wajah ibunya itu cemberut. Dia lalu teringat lelucon yang dilihatnya di internet dan memberitahu ibunya soal lelucon tersebut. Akhirnya, dia pun berhasil membuat ibunya tertawa.
Meskipun amarahnya sudah hilang, tetapi Tang Huiru masih menyalahkan Chen Youran atas perilaku sembrono yang sudah dilakukannya. Kemudian, dia menasehatinya panjang lebar.
***
Malam itu, Gu Jinchen yang sedang tidur menerima telepon dari rumah sakit. Pihak rumah sakit memberitahu bahwa keadaan Gu Changcheng kritis. Dia pun segera mengganti pakaian tidurnya dan pergi ke kamar tidur utama di sebelah, lalu mengetuk pintu.
Chen Shuna sedang memeluk Gu Yiyi sambil setengah tertidur. Saat mendengar suara ketukan di pintu, dia bertanya dengan samar, "Siapa?"
"Ini aku…" Suara khas Gu Jinchen di luar sana menunjukkan nada yang tidak tenang. "Pihak rumah sakit baru saja menelepon. Ayo, kamu ikut pergi bersamaku."
Kondisi Gu Changcheng tidak kunjung membaik dalam beberapa hari terakhir. Kali ini, pihak rumah sakit menelepon di tengah malam, jadi sudah bisa dipastikan bahwa situasinya sedang genting.
Rasa kantuk Chen Shuna seketika hilang. Dia buru-buru memakai pakaiannya dan mengambil mantelnya. Kemudian, dia keluar kamar. Setelah berjalan sebanyak dua langkah, dia membalikkan badan dan berjalan ke tempat tidur. Dia membalut tubuh Gu Yiyi dengan selimut dan mencium wajah mungilnya. Setelah itu, dia pergi membuka pintu dan turun ke bawah.
Gu Jinchen sudah menunggu di ruang tamu lantai bawah. Pelayan rumah itu tinggal di lantai bawah, terlihat bahwa lampu kamar Bibi Wang menyala. Saat melihat Chen Shuna turun, Gu Jinchen bangkit dan langsung berjalan keluar.
"Aku sudah memberitahu Bibi Wang dan memintanya untuk menjaganya," ucap Gu Jinchen.
Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul satu tengah malam. Suasana malam sudah tampak gelap dan redup, jalanan pun tampak sepi. Hanya ada cahaya lampu kuning yang redup dari pinggir jalan. Mereka seolah berada dalam jurang dan tidak tahu harus pergi ke mana.
"Ada masalah apa?" tanya Chen Shuna.
"Gu Shiqi tertidur. Kalau perawat yang bertugas tidak mengetahuinya, aku khawatir Gu Changcheng bahkan tidak punya kesempatan untuk diselamatkan." Suara dingin Gu Jinchen terdengar sejuk di malam yang sunyi.
"Jadi, sekarang ini sedang dalam proses penyelamatan?"
Gu Jinchen hanya mengatakan berdeham ringan. Dia mengemudikan mobil dengan tidak terburu-buru dan sangat sabar. Saat menunggu lampu lalu lintas, dia mengambil sebatang rokok. Wajah tegasnya saat ini tampak setenang air. Tidak tampak sedikit pun emosi di wajahnya.
Namun, Chen Shuna mengetahui bahwa pada saat ini suaminya itu pasti bersemangat karena merasa senang, bukan merasa khawatir ataupun merasa sedih. Meskipun yang terbaring di rumah sakit adalah ayah kandungnya sendiri, tetapi Gu Jinchen selalu memikirkan tentang kematiannya sepanjang waktu.
Chen Shuna lahir dari keluarga terpelajar dan memiliki pendidikan keluarga yang baik, tetapi bahkan dia sendiri merasa bahwa ayah seperti itu benar-benar pantas untuk mati. Jadi, bisa dipastikan bahwa Gu Changcheng benar-benar gagal untuk menjadi seorang ayah.
Saat tiba di rumah sakit…
Gu Jinchen memarkirkan mobilnya, sementara Chen Shuna berdiri di pintu rumah sakit untuk menunggunya. Kemudian, kedua orang bersama-sama berjalan memasuki rumah sakit.
Di luar ruang ICU, semua orang sudah tiba di sana. Hanya Gu Jinchen dan Chen Shuna yang datang terlambat. Nyonya Gu dan Gu Shiqi dengan cemas menatap ke dalam ruang ICU. Sementara Gu Shikang sedang duduk di bangku dengan tampilan sedikit gelisah.
Gu Jinchen memiliki hubungan yang buruk dengan mereka semua. Jadi, dua kelompok orang yang bertemu itu saling mengabaikan satu sama lain.
Ketika Gu Shikang mendongak ke atas, Chen Shuna dengan sopan tersenyum kepadanya. Tetapi, pria itu malah membuang muka tanpa ekspresi. Berbeda dengan Nyonya Gu yang tampak gusar, Gu Jinchen malah tampak sangat tenang. Dia duduk di salah satu bangku, kedua kakinya tumpang tindih dan matanya menatap lampu merah di atas ruang ICU.
Ketika Nyonya Gu menoleh ke belakang, dia melihat bahwa Gu Jinchen menatap lampu di ruang ICU. Dia pikir pria itu merasa khawatir mengenai situasi di dalam. Dia pun berkata dengan sinis, "Biasanya mengangkat telepon ayahmu pun bahkan tidak mau. Sekarang saat dia sedang sekarat, berpura-pura menunjukkan kasih sayang seorang anak kepada ayahnya demi saham perusahaan. Sungguh mengerikan."