Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Mungkin Rasanya Sama



Mungkin Rasanya Sama

2Setiap hari saat sepulang sekolah, hal yang pertama kali dilakukan oleh Chen Youran adalah datang ke taman untuk melihat pohon yang masih kecil. Dia menyiramnya dengan hati-hati dan juga menyingkirkan serangga yang mengganggu. Jika dia menyiramnya terlalu banyak, dia takut pohon itu akan mati. Jika dia menyiramnya terlalu sedikit, dia juga takut pohon itu akan mati. Jadi, dia menyiram dengan hati-hati agar takarannya pas.     

Di bawah perawatannya yang cermat, pohon itu bertahan dan tumbuh lebih baik dari hari ke hari. Terakhir kali, ukurannya menjadi sebesar pergelangan tangan. Pada hari ulang tahunnya yang ke-18, Chen Youran dan Gu Jinchen mengukir nama mereka di pohon. Lalu, Gu Jinchen menambahkan kata 'bersama selamanya' di bawah nama mereka. Saat itu, Chen Youran benar-benar berpikir bahwa mereka akan bersama selamanya. Menikah, punya anak, bekerja bersama, mencuci pakaian dan memasak. Hingga akhir hayatnya, pria itu akan tetap mencintai dan memanjakannya.      

Chen Youran berpikir bahwa dalam beberapa tahun setelah dia pergi ke luar negeri, tidak akan ada yang merawatnya dan kemungkinan besar pohon itu akan mati. Namun, dia tidak menyangka bahwa pohon itu masih hidup. Ketahanannya sangat kuat. Dia pun berjalan beberapa langkah ke depan. Dia melihat tulisan di pohon tebal itu masih ada. Dia lagi-lagi tidak menyangka bahwa setelah bertahun-tahun, tulisan itu masih ada.      

Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria di telinganya, "Kamu masih ingat dengan tempat ini."     

Di tempat ini, kata-kata tersebut seolah menunjukkan memori kebersamaan mereka. Chen Youran memejamkan mata dan menurunkan pandangannya. Dia menutupi emosi di matanya dengan bulu mata hitam panjangnya.      

"Aku hanya berjalan-jalan," tutur Chen Youran. Aku tidak sengaja datang ke sini. Aku tidak ada niat datang untuk melihat pohon delima ini. Dan aku tidak ingin mengingat masa lalu, batinnya.     

Gu Jinchen mengambil dua langkah ke depan dan berdiri berdampingan dengan Chen Youran. Dia menatap pohon yang penuh dengan buah di depannya. Kemudian dia berkata, "Dalam tiga tahun setelah kamu pergi, tidak ada yang memakan buah delima ini. Jadi, aku selalu meminta Bibi Zhang untuk memetiknya dan memberikannya kepada orang."     

Chen Youran adalah satu-satunya orang di Keluarga Chen yang menyukai buah delima. Dan rasa sukanya meningkat ketika dia tinggal di Wuzhen. Mendengar hal itu, dia hanya diam saja.      

Kemudian, Gu Jinchen memetik dua cabang yang bengkok dan berbalik untuk menyerahkannya kepada wanita yang ada di belakangnya. Chen Youran pun menatap buah delima merah dan besar di tangannya dan menekan bibirnya dengan erat. Karena menggigitnya terlalu keras, bibirnya berubah menjadi memutih.     

Sampai saat ini, Chen Youran belum mengulurkan tangannya untuk mengambil buah delima itu. Akan tetapi, Gu Jinchen langsung menaruhnya di tangannya sambil berkata, "Cobalah, mungkin rasanya sama dengan yang ada di Wuzhen."     

Mendengar kata Wuzhen, mata Chen Youran sedikit masam. Dia mengepalkan benda di tangannya dan berbalik tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

Melihat punggung mantan kekasihnya yang terus menjauh saat matahari tenggelam, mata Gu Jinchen menjadi gelap. Dia membalikkan badan dan kembali melihat ke arah pohon delima yang berubah warna menjadi jingga karena paparan sinar matahari yang terbenam. Muncul senyum suram di bibirnya. Lalu, dia mengangkat tangannya untuk membelah daun-daun dan mengusap dua nama yang terukir berdampingan dengan rapi. Nama dan kata-kata di pohon itu tidak hilang seiring berjalannya waktu. Sebaliknya, malah menjadi semakin jelas.     

Hal itu dikarenakan dalam tiga tahun terakhir, pada setiap hari ulang tahun Chen Youran, Gu Jinchen akan datang ke sini untuk mengukir tulisan tangannya lagi. Saat mengukir tulisan itu dengan sebilah pisau, dia akan selalu berucap dalam hatinya, Youyou, tunggu aku menjemputmu.     

***     

Chen Youran berjalan kembali di sepanjang jalur batu berwarna biru. Saat dia kembali ke ruang tamu, Chen Shuna dan Kakek Chen telah menyelesaikan obrolan video mereka.     

Melihat Chen Youran memegang dua buah delima merah di tangannya, Tang Huiru berkata sambil tersenyum, "Rasanya masih sama seperti sebelumnya. Aku suka makan ini. Kamu dan Jinchen menanamnya sebelumnya…"     

Menyadari dirinya telah mengatakan sesuatu yang salah, Tang Huiru berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Setelah makan malam, aku akan meminta Bibi Zhang mengambilkan lebih banyak untukmu dan untuk membawanya pulang untuk dimakan di rumah."     

"Itu yang aku suka dari dulu," jawab Chen Youran. Dia sudah lama tidak memakannya. Dia bahkan tidak bisa mengingat rasanya.     

Bibi Zhang keluar dari dapur dan berkata, "Nyonya, makan malam sudah siap."     

"Aku akan memanggil mereka," tutur Chen Youran. Dia pun meletakkan buah delima ke dalam piring buah dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Setelah itu, dia pergi ke ruang bermain catur dan kartu.     

Saat ini, Ji Jinchuan dan Chen Yaoting masih bermain catur. Pertarungan begitu sengit di atas papan catur. Dilihat dari situasinya, Ji Jinchuan berada di atas angin. Chen Yaoting sendiri harus berpikir sejenak setiap akan memilih langkah selanjutnya.     

Ji Jinchuan kemudian memegang tangan Chen Youran yang dingin dan bertanya, "Kamu dari mana saja?"     

"Pergi memetik buah delima," jawab Chen Youran dengan tenang dan sambil tersenyum dangkal di sudut mulutnya.     

"Ayo makan," tutur Chen Youran lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.