Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia Marah Padaku



Dia Marah Padaku

3"Mau ke rumah sakit…" Ji Jinchuan menjawab dengan suara ringan.     

Lu Jingnian terkejut dan bertanya, "Kamu sakit?"     

Ji Jinchuan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Kakek Chen. Tetapi, ketika mengingat bahwa Lu Jingnian memiliki sepasang anak wanita yang sering menangis di depannya, kata-kata yang sudah sampai di ujung mulutnya berubah menjadi, "Menemani istri periksa kehamilan."     

Suara Ji Jinchuan di ujung ponsel terasa seperti cangkir yang jatuh tepat di telinga Lu Jingnian. Kemudian, dia bertanya dengan heran, "Apa kamu sudah menikah? Kamu bahkan akan memiliki anak? Dengan siapa?"     

"Chen Youran," jawab Ji Jinchuan. Dia menekuk bibirnya dan alisnya tampak dangkal. Nada bicaranya jauh lebih santai dibandingkan dengan biasanya. "Kamu hanya mendapatkan akta nikah saja, belum ada resepsi pernikahan. Kamu harus menyiapkan amplop merah nanti."     

"Wanita itu…" Lu Jingnian sudah bisa menduga sebelumnya. Namun, dia tidak menyangka bahwa tindakan teman baiknya itu begitu cepat. Tidak hanya sudah memiliki akta nikah, tetapi juga akan memiliki anak. "Begitu lebih baik… Akhirnya, kamu kembali ke kehidupan normal juga. Bagaimana perasaanmu setelah sudah menjadi suami dan akan menjadi calon ayah?"     

"Cukup senang." Ji Jinchuan mengangkat bibirnya perlahan. Kemudian, dia melanjutkan perkataannya, "Banyak hal terjadi akhir-akhir ini. Dia sedang marah padaku."     

"Dia berani marah padamu? Sepertinya hubungan kalian berdua cukup baik," cibir Lu Jingnian.     

Setelah telepon terputus, Ji Jinchuan sudah tiba di rumah sakit. Dia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Tiba-tiba, ada telepon dari Xiao Cheng.     

"Presiden Ji, ada seseorang yang mengirim beberapa foto ke majalah Nanyu. Itu semua adalah foto-foto Nyonya Muda."     

Kalau itu adalah foto biasa, Xiao Cheng akan menanganinya sendiri. Tetapi, dia menelepon dan berbicara dengan sangat hati-hati. Itu pasti bukan foto biasa, batin Ji Jinchuan.     

"Kirim ke e-mail saja," kata Ji Jinchuan sambil terus berjalan. Orang-orang yang datang dan pergi di pintu rumah sakit terlalu ramai. Ketika dia menjawab telepon, semua orang sepertinya memandang ke arahnya. Dia pun pergi ke taman bunga untuk sementara waktu sambil terus memegang ponselnya. Tidak ada e-mail masuk yang belum dibaca. Setelah beberapa menit, dia membukanya kembali dan seketika ada e-mail baru masuk di dalamnya. Dia menekan tombol buka untuk melihatnya. Dan seketika wajahnya berubah menjadi gelap dalam sekejap.     

***     

Chen Youran meninggalkan rumah sakit pada pukul 8 dan kembali ke vila Ji Jinchuan. Bibi Wu bertanya padanya apakah dia sudah makan atau belum. Dia langsung menggelengkan kepalanya. Bibi Wu kemudian membawa makanan ke meja makan, sementara dia duduk di kursi. Mungkin karena mencium terlalu banyak aroma disinfektan di rumah sakit hari ini. Perutnya sedikit terasa tidak nyaman. Dia kemudian kembali ke kamar setelah makan hanya sebanyak dua suap.     

Setelah mandi, Chen Youran mengeringkan rambutnya. Dia kemudian pergi tidur setelah mengoleskan produk perawatan ke kulit wajahnya. Entah berapa lama sudah dia tidur, tiba-tiba dia merasa haus. Dia pun bangkit dari tidurnya dan menggosok-gosok matanya. Saat sadar sepenuhnya, dia menemukan bahwa posisi di sebelahnya kosong. Ji Jinchuan biasanya akan pulang malam saat ada jadwal makan malam bersama rekan kerjanya. Dia pun berpikir bahwa dirinya hanya tidur sebentar, jadi dia tidak menganggap hal ini serius. Dia lalu turun ke bawah untuk mengambil air minum.     

Tidak ada seorang pun di ruang tamu saat ini. Bibi Wu sudah tidur dan mematikan semua lampu. Chen Youran mengambil cangkir air dan pergi ke dispenser. Kemudian, dia mengisinya dengan air hangat dan meminumnya dalam jumlah cukup banyak sampai-sampai terdengar suara tenggorokan kering yang dibasahi dengan air. Setelah minum, dia mengambil segelas lagi untuk dibawa naik ke atas. Ketika dia mencapai tangga, jam dinding berbunyi dengan cukup keras. Dia melihat ke belakang dan waktu pada jam dinding sudah menunjukkan pukul 01.00.     

Kenapa dia belum pulang hingga larut malam begini? Batin Chen Youran.      

Sejak ada dirinya, Ji Jinchuan jarang berkumpul dengan rekan kerjanya hingga malam begini. Bahkan jika ada kegiatan pun, pria itu tidak pernah pulang melebihi jam 11 malam. Apa yang terjadi? Batinnya lagi.     

Chen Youran kembali ke kamar dan mengambil ponselnya yang terletak di meja samping tempat tidur. Dia mencari nomor telepon Ji Jinchuan. Saat ini, dia melupakan fakta bahwa mereka berdua sedang marahan, kemudian dia pun menghubunginya. Tidak ada yang menjawab untuk panggilan pertama dan kedua. Pada saat percobaan ketiga, telepon hanya berdering selama beberapa detik, kemudian panggilannya langsung dialihkan. Dia terus menelepon tanpa henti, tetapi Ji Jinchuan mematikan ponselnya setelah panggilan terakhir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.