Seperti Teman Akrab
Seperti Teman Akrab
"Apa ini idenya?" tanya Chen Youran.
"Ya, pelayan-pelayan ini diatur oleh Sekretaris Feng," jawab Bibi Wu.
Chen Youran sedang memakan buah-buah yang sedang musim sambil menonton televisi. Tiba-tiba, dia terkejut ketika menerima panggilan dari Ji Wenqing. Meskipun mereka berdua sudah saling bertukar nomor telepon sebelumnya, tetapi mereka tidak pernah berhubungan satu sama lain.
"Nyonya Huo…" sapa Chen Youran.
"Aku sedang sendirian dan tidak ada yang dilakukan, sepertinya aku membutuhkan partner," kata Ji Wenqing yang berada di sebuah kafe di dekat Times Square.
Chen Youran sedikit mengecilkan suara televisi dan tertawa. Lalu, dia menjawab, "Kebetulan aku juga sedang merasa bosan. Kita bisa menjadi partner."
Kemudian, Ji Wenqing menyebutkan alamat sebuah tempat yang menjadi lokasi mereka bertemu. Keduanya pun menutup telepon. Chen Youran segera kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Kemudian, dia turun sambil membawa tas tangannya dan siap untuk pergi.
Melihat hal itu, Bibi Wu dengan cepat berkata, "Nyonya Muda, biarkan Xiao Li mengantarmu."
Chen Youran pun tidak menolaknya. Xiao Li mengantarnya ke tempat yang telah disepakati. Dari kejauhan, dia melihat Ji Wenqing yang sudah menunggu di luar mal. Dia pun segera keluar dari mobil dan dengan cepat berjalan mendekatinya.
"Nyonya Huo, maaf sudah membuatmu menunggu lama."
Hari ini, Ji Wenqing mengenakan mantel berwarna hijau tua yang dipadukan dengan sweater rajut dan rok panjang di bagian dalamnya. Dia tersenyum anggun dan berkata dengan lembut, "Aku juga baru saja sampai. Ayo masuk."
Jarang ada seseorang yang menemaninya belanja. Mereka berdua pun berjalan-jalan di mal cukup lama. Saat Chen Youran mencoba pakaian, Ji Wenqing berinisiatif sendiri memberikan pendapat, apakah itu bagus untuknya atau tidak. Mereka tidak merasa malu ataupun canggung lagi. Keduanya akrab seperti teman dekat sekarang.
Saat keluar dari mal, mereka membawa tas besar dan kecil di tangan mereka masing-masing. Keduanya sedikit merasa lelah setelah berjalan-jalan cukup lama, jadi mereka mencari kedai kopi untuk beristirahat sejenak. Melalui jendela kaca transparan, mereka melihat seorang pemuda bernyanyi sambil memainkan gitarnya di pinggir alun-alun.
Chen Youran memandang pemuda yang bernyanyi dengan satu tangan itu dan berkata, "Dulu saat di California, aku sering bertemu dengan orang-orang yang membuat sketsa dan bernyanyi. Ketika tidak ada kelas, aku pergi untuk mendengarkan pria bernama Abel bernyanyi di taman atau underpass kereta bawah tanah. Aku sering mendengarkannya selama seharian. Suatu saat, dia berinisiatif untuk berbicara denganku dan memberikan tanda tangannya untukku. Dia bilang dia akan terkenal di masa depan. Setelah dia menjadi terkenal, dia memintaku untuk menemuinya dengan membawa tanda tangan yang diberikannya. Dan dia akan berterima kasih kepadaku karena mau menjadi pendengar setia."
Ji Wenqing menyeruput kopinya, lalu berkata, "Dia memainkan gitar dengan tangan kiri. Ada serangkaian kata bahasa Inggris di sela jari jempol dan telunjuknya. Dan dia memakai topi yang tinggi."
"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Chen Youran sambil menatapnya dengan tatapan heran.
"Aku pernah ke California dan bertemu dengannya di kereta bawah tanah. Dia punya lagu yang bagus," jawab Ji Wenqing sambil tersenyum.
"Aku juga merasa lagunya bagus. Apa yang dia tidak punya hanyalah kesempatan. Cepat atau lambat, dia pasti akan bisa maju." Mata Chen Youran melengkung karena senyum. Matanya yang hitam dan cerah tampak berair. "Tato di tangannya adalah namanya."
Ji Wenqing mengeluarkan ponselnya dan mengubah profil suaranya menjadi sunyi. Dia mengangkat tangannya dan berpura-pura membaca pesan teks. Padahal, dia mengambil foto Chen Youran, lalu mencari nomor seseorang dan mengirimkan fotonya kepadanya.
Di sisi lain, Ji Jinchuan yang berada di luar kota sedang mendiskusikan rencana dengan orang yang bertanggung jawab atas proyek baru di ruang konferensi. Ponsel di sakunya tiba-tiba bergetar. Dia mengeluarkannya dan melihat ada pesan yang dikirimkan oleh Ji Wenqing. Kemudian, dia menekannya untuk melihat foto itu. Wanita di foto itu tampak tersenyum. Alisnya melengkung seperti bulan sabit dan mata hitam jernihnya, seolah dibasuh dengan air. Sementara pipinya yang indah bersinar dengan keindahan wajah yang berbeda.
Itu hanya diskusi biasa dan bukan pertemuan formal, jadi semua orang berdiskusi bersama. Sementara itu, dirinya pergi ke jendela dan menatap wanita di foto itu untuk waktu yang lama. Kemudian, dia mengirim pesan balasan ke Ji Wenqing.