Ayo Kita Pulang…
Ayo Kita Pulang…
"Tidak mungkin!" Kakek Chen tidak percaya dengan perkataan Chen Shuna. "Kamu selalu melindunginya sejak dia kembali ke kediaman Keluarga Chen. Dan sekarang pun kamu menyembunyikan kebusukannya."
"Yang menggugat cerai adalah aku. Kamu bisa melampiaskan amarah kepadaku. Dan satu-satunya kesalahan Youran adalah…" Mata Gu Jinchen menyeringai dingin, lalu dia melanjutkan, "Dia terlahir di keluarga yang salah."
Setelah mengatakan itu, Gu Jinchen pergi dengan membawa Chen Youran. Mereka berjalan melewati puing-puing benda yang berserakan di lantai, lalu meninggalkan ruang kerja.
Saat ini, Ji Jinchuan melangkah masuk ke ruang tamu kediaman Keluarga Chen. Bibi Zhang langsung menyapanya dengan hormat. Dia melirik ke dalam ruang tamu, tetapi tidak melihat keberadaan Chen Youran, jadi dia bertanya, "Di mana dia?"
"Youran ada di ruang kerja lantai atas." Tang Huiru berkata dengan penuh semangat.
"Sudah berapa lama?" tanya Ji Jinchuan dengan suara yang dalam.
"Kira-kira sudah setengah jam," jawab Tang Huiru.
Begitu suara itu jatuh, kembali terdengar suara benda yang jatuh datang dari ruang kerja di lantai atas. Ji Jinchuan mengerutkan alisnya dan dengan cepat menaiki tangga. Ketika dia menginjakkan kaki di tangga terakhir, dia melihat Gu Jinchen menyeret Chen Youran keluar dari ruang kerja.
Melihat pria di pintu masuk tangga, Chen Youran tercengang. Ada suara gemuruh dari ruang kerja di belakangnya, tapi dia seolah tidak bisa mendengar apa-apa. Dia menatap pria yang tampak dingin itu lekat-lekat.
Gu Jinchen tidak menyangka Ji Jinchuan akan datang kemari. Setelah terkejut selama beberapa saat, dia kembali normal. Dia menatapnya dengan tenang sambil terus memegang lengan Chen Youran. Dia tidak melepaskan tangannya, seolah-olah masih memiliki hak yang samar.
Penglihatan Ji Jinchuan menyapu tangan Gu Jinchen yang memegangi tangan istrinya. Dia mendekati mereka dengan tenang dan menatap wajah pucat istrinya. Kemudian, dia bertanya, "Apa ada masalah?"
Chen Youran hanya menggelengkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya. Dia tidak berbicara sepatah kata pun.
"Masalahnya sudah berakhir?" tanya Ji Jinchuan lagi.
"Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa. Dia memintaku pulang hanya untuk memastikan suatu hal." Chen Youran menggigit bibirnya dan menutupi emosi di matanya dengan senyum dingin.
"Kalau begitu, masalahnya sudah selesai." Mata dingin Ji Jinchuan tampak seperti langit yang gelap. Dia menarik Chen Youran ke sisinya, lalu memeluk pinggangnya. Kemudian, dia berkata, "Ayo kita pulang…"
Gu Jinchen menoleh ke belakang dan memandangi punggung dua orang yang terus berjalan menjauh. Mereka berdua terlihat sangat serasi dan memesona. Hatinya terasa sangat sakit hingga tiba-tiba dia berkata, "Youyou…"
Begitu Chen Youran dan Ji Jinchuan mencapai tangga, mereka mendengar Gu Jinchen memanggil nama Chen Youran. Seketika Chen Youran menoleh dan menatap pria yang ada di sampingnya dengan wajah dan bibir pucatnya. Sorot matanya dipenuhi dengan pancaran kekhawatiran.
"Aku tidak apa-apa…" tutur Ji Jinchuan saat melihat kekhawatiran di mata istrinya.
Chen Youran merasa bahwa tangan yang sekarang memegang pundaknya seolah meningkatkan kekuatannya. Dia mengangkat matanya dan menatap Ji Jinchuan lekat-lekat. Wajah tampan pria itu masih terlihat sama, cool dan lembut. Dia pun berbisik di telinga suaminya, "Ayo kita pergi…"
Tang Huiru melihat mereka turun dari atas. Dia langsung memperhatikan tubuh Chen Youran mulai dari atas hingga ke bawah. Lalu, dia berkata dengan prihatin, "Apa kamu terluka? Bagian mana yang terluka?"
Hanya agar Tang Huiru tidak khawatir, Chen Youran mengangkat bibirnya dan berkata sambil tersenyum ringan, "Aku tidak apa-apa. Barusan kakek menjatuhkan sesuatu, tetapi tidak memukulku."
Tang Huiru melihat wajah putri keduanya itu yang menjadi pucat. Akan tetapi, tidak ada bekas pukulan atau apa pun di wajahnya, jadi dia bisa merasa lega dan berkata, "Syukurlah kalau begitu…"
Chen Youran mengerutkan bibir pucatnya dan melihat ke arah lantai atas. Dia pun berkata, "Kakek sedang marah besar sekarang. Bu, ibu… sebaiknya tidak usah naik ke atas."
"Ibu baik-baik saja. Dan juga ada kakakmu. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku," jawab Tang Huiru yang berbisik.
Chen Youran pun menganggukkan kepalanya. Setiap kali Kakek Chen marah, Chen Shuna selalu mempunyai cara untuk membuatnya kembali tertawa.
"Kami pulang dulu," pamit Chen Youran.