Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Tidak Menyangka Sampai di Titik Ini



Tidak Menyangka Sampai di Titik Ini

1"Kakak ipar, bukannya seharusnya kamu berbahagia untukku?" tanya Chen Youran sambil menatap mata Gu Jinchen. Entah mengapa, dia merasa mata pria itu seolah mengisyaratkan bahwa sedang mengalami pukulan yang begitu menyakitkan.     

"Bahagia?" Gu Jinchen menertawakan dirinya sendiri. Lampu jalan yang berwarna kuning redup tidak bisa menutupi wajah pucatnya. "Kapan itu terjadi?"     

"Dua hari yang lalu…" Chen Youran menatap Gu Jinchen dengan penasaran. Pria itu terlihat berbeda malam ini, sorot matanya seolah mengisyaratkan bahwa hatinya sangat sakit sekarang.     

Ucapan Chen Youran benar-benar mengalahkan pria di depannya. Gu Jinchen terhuyung mundur dan bersandar di mobil yang ada di belakangnya. Wajahnya bahkan lebih pucat dari sebelumnya.      

"Kamu…" ucap Gu Jinchen. Jantungnya berdebar-debar karena sakit dan seluruh paru-parunya terasa sesak hingga tidak bisa bernapas, seolah ingin menghancurkannya sedikit demi sedikit.     

"Apa kamu minum?" tanya Chen Youran. Kalau tidak, kenapa dia bisa terlihat begitu tidak normal? Batinnya.     

Setelah itu, Gu Jinchen berjalan ke arah Chen Youran dan memegangi bahunya. Dengan matanya yang gelap seolah menahan amarah, dia berkata, "Kenapa… Kenapa kamu tidak menunggu?"     

"Apa?..." Chen Youran menatap Gu Jinchen dengan tatapan kosong.     

Gu Jinchen tiba-tiba memeluk Chen Youran. Suaranya tadi terdengar serak dan bergetar. Itu terdengar menyedihkan dan menyakitkan. Sepanjang malam itu, hanya ada kesedihan yang dirasakannya.      

"Youyou, bagaimana kamu bisa begini… Bagaimana bisa?" Suara Gu Jinchen juga tercekat, bahkan hampir tidak terdengar.     

"Ada apa denganmu?" tanya Chen Youran yang bingung.     

Di dalam mobil tidak jauh dari sana, Ji Jinchuan diam-diam menatap dua orang di depannya. Dia mengeluarkan kotak rokok dari sakunya. Kemudian mengambil sebatang, menyalakannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ekspresinya tampak sedikit kesal. Dia tidak bisa mendengar percakapan Gu Jinchen dan Chen Youran dengan jelas. Dia hanya mendengar beberapa kata sesekali. Chen Youran membalikkan punggungnya ke arahnya. Dia tidak bisa melihat ekspresi wanita itu, tetapi ekspresi sedih Gu Jinchen terlihat dengan jelas. Dia lalu mengisap rokoknya. Mungkin karena mengisapnya terburu-buru, dia pun tersedak. Dia batuk beberapa kali, hingga asap keluar dari mulut dan lubang hidungnya, kemudian tertiup angin dingin dari jendela.     

Melihat bahwa Gu Jinchen tiba-tiba memeluk Chen Youran, Ji Jinchuan mencabut rokoknya dan membuangnya dari jendela. Dia membuka sabuk pengamannya dan mendorong pintu. Dia bersandar di kursinya dan menatap dua orang yang ada di depannya dengan bibirnya yang rapat.     

Gu Jinchen memeluk Chen Youran dengan matanya yang agak merah. Melihat fakta bahwa wanita yang telah dicintainya selama lebih dari 10 tahun telah menikah dengan orang lain, hatinya yang sedih terasa seperti suasana malam musim gugur ini, sepi dan kehilangan arah.     

"Youyou, aku tidak pernah menyangka kita akan sampai ke titik ini," tutur Gu Jinchen. Suaranya yang serak bergetar hebat.     

Hati Chen Youran tiba-tiba bergetar. Hawa dingin muncul dari kakinya dan menyebar ke seluruh anggota tubuhnya. Dia menatap pria yang sudah lebih dewasa serta matang di depannya dan menemukan bahwa dia tidak dapat melihat isi hatinya melalui penampilan luarnya. Dia juga tidak bisa menebak apa yang dipikirkan pria ini.     

"Ketika kamu menyerah kepadaku dan menikahi kakak perempuanku, apa kamu berharap aku tidak menyerah kepadamu?" ujar Chen Youran. Dia sangat marah sehingga dia tertawa dengan ketenangan yang dalam. Lalu, apa yang dia katakan selanjutnya bahkan lebih kejam.     

"Gu Jinchen, betapa egoisnya dirimu."     

Kata-kata Chen Youran terasa seperti pisau tajam yang tanpa ampun menusuk ke dalam hati Gu Jinchen. Dia merasakan sakit di seluruh tubuhnya.     

Tiba-tiba, Chen Youran ingin tertawa, tetapi tenggorokannya sepertinya tercekik oleh sesuatu dan dia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Kenapa dia merasa sangat sedih dan sangat putus asa? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Batinnya.     

Gu Jinchen menatap Chen Youran dalam-dalam. Mata merahnya seperti sedang menuduh sesuatu. Tetapi pada akhirnya, dia hanya membalikkan badan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian, dia berjalan ke mobilnya dengan langkah yang terhuyung-huyung. Dia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.     

Di malam yang sunyi, suara mobil terasa seperti tanda yang paling jelas. Seolah menandakan bagaimana dua orang yang pernah saling mencintai, kini saling menyakiti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.