Dia Menyesal Telah Menikahinya
Dia Menyesal Telah Menikahinya
Bibi Wu melihat bahwa kehadirannya di sana tidak dibutuhkan, jadi dia diam-diam meninggalkan kamar dan menutup pintu untuk mereka.
Ji Jinchuan sengaja memilih baju tidur v-neck untuk Chen Youran. Jadi, area kulit yang melepuh di dadanya terbuka lebar, sehingga lebih mudah ketika mengoleskan salep. Chen Youran memandang wajah Ji Jinchuan yang tanpa ekspresi itu dalam diam. Akan tetapi, dia memandangnya dengan tatapan serius. Dia memperhatikan pria itu yang membubuhkan obat di kulitnya dengan lembut.
Saat ini, Ji Jinchuan mengenakan kemeja putih dengan dua kancing bagian atas yang terbuka. Bulu matanya hitam dan panjang. Wajahnya yang tampan menjadi semakin dingin karena menahan amarah sepanjang waktu.
Setelah terdiam pada posisi duduk dalam waktu yang cukup lama, Chen Youran merasa tidak nyaman. Dia sedikit menggerakkan tubuhnya. Lalu, Ji Jinchuan melirik ke samping dan segera meletakkan bantal di belakang punggungnya.
"Maaf, telah membuatmu khawatir sepanjang malam ini," bisik Chen Youran.
Ji Jinchuan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia menyelesaikan pekerjaannya mengoleskan salep dan bersiap untuk pergi. Namun, Chen Youran dengan cepat meraih lengannya. Entah mengapa, saat melihat wajah dingin pria itu, matanya tiba-tiba tertutup lapisan air.
Sayangnya, Ji Jinchuan tidak merespons perkataan Chen Youran. Dia hanya berkata, "Lepaskan…"
"Jangan marah…" ucap Chen Youran sambil menarik-narik baju Ji Jinchuan.
Setelah itu, Ji Jinchuan pun membalikkan badan dan menatap Chen Youran. Melihat mata wanita itu berkabut, tidak peduli seberapa besar amarah di dalam hatinya, dia tidak tega untuk marah kepadanya.
"Kamu adalah seorang wanita yang sedang hamil. Apa kamu tahu seberapa berbahayanya itu?" Suara dinginnya yang bercampur dengan sedikit rasa khawatir terdengar memesona.
"Aku tahu…" jawab Chen Youran. Untung suhu air tidak terlalu panas, jadi lukanya tidak terlalu parah. Tidak ada lepuhan kulit yang terkelupas, hanya sedikit kemerahan.
Kemarahan Ji Jinchuan dilampiaskan dengan mengepalkan kapas yang ada di tangannya. Dia lalu melemparkan kapas itu ke tong sampah dan pergi ke kamar mandi.
Ketika Ji Jinchuan keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangan, Chen Youran masih berada di posisi duduk sebelumnya dan menatapnya. Ji Jinchuan dengan cepat mendekatinya dan berkata, "Minumlah wedang jahenya."
Wedang jahe terlalu menyengat bagi Chen Youran. Namun, dia telah terjebak dalam hujan malam ini dan kesehatannya tidak boleh terganggu. Dia pun mengambil wedang jahe dan meminumnya dalam satu tarikan napas.
Kemudian, Ji Jinchuan mengambil alih mangkuk kosong di tangannya. Dia pun membantunya berbaring dan memasukkan tubuh Chen Youran ke dalam selimut.
Chen Youran meraih tangannya dan bertanya, "Kamu tidak tidur?"
Mata Ji Jinchuan tampak tenang dan dalam. Tidak terlihat emosi apa pun di dalamnya. Dia menjawab dengan nada yang ringan, "Aku memiliki beberapa surat untuk ditangani. Kamu tidur duluan saja."
Mendengar hal itu, Chen Youran mengusap tangan Ji Jinchuan dengan lembut. Dia lalu berkata dengan suara yang halus, "Tapi, aku kedinginan. Apa kamu kamu menemaniku agar aku bisa tidur dengan nyenyak?"
Lagi-lagi, Ji Jinchuan hanya diam dan menatap Chen Youran. Kemudian, dia melepas sandalnya dan berbaring di sampingnya. Dia meletakkan tangannya di pinggang ramping istrinya dan berkata dengan suara yang hangat, "Ayo tidur…"
Hari ini terlalu melelahkan, sehingga Chen Youran tertidur dengan cepat. Ponsel Ji Jinchuan yang berada di meja tiba-tiba berdering. Dia pun perlahan-lahan mengangkat selimut dan bangun dari tempat tidur. Dia kemudian membawa ponselnya dan pergi ke balkon.
Terdengar suara Xiao Cheng di ujung telepon berkata, "Presiden Ji, Nyonya Muda bertemu dengan Nyonya Gu sepulang bekerja. Kemudian, dia pergi ke perusahaan Keluarga Gu untuk mencari Presiden Gu. Presiden Gu dan Chen Shuna menikah karena suatu alasan."
"Apa itu?" tanya Ji Jinchuan. Sikap Chen Youran sangat tidak normal malam ini, dia pun sudah sedikit bisa menduga bahwa itu ada kaitannya dengan Gu Jinchen. Tidak disangka ternyata memang semua ini ada kaitannya dengan Gu Jinchen.
Xiao Cheng menceritakan fakta mengenai berita yang dia dapatkan dari investigasi yang dilakukannya. Ji Jinchuan hanya diam dan mendengarkannya dengan cermat. Selain suara Xiao Cheng, ada suara derak hujan yang seperti iringan musik saat ada pesta.
Setelah panggilan telepon berakhir, Ji Jinchuan menyalakan rokok. Lingkaran kecil merah seketika menyala di kegelapan. Dia bersandar di balkon dan menatap ke arah dalam kamar. Lampu tidur di dalam kamar menyala, dia dapat melihat istrinya sedang terbaring di tempat tidurnya. Namun, hati wanita itu sepertinya dipenuhi oleh orang lain.
Melihat sikap tidak normalnya malam ini, itu sudah menunjukkan kalau dia menyesal telah menikah denganku, kan? Batin Ji Jinchuan.
Ji Jinchuan menyesap dalam-dalam rokok di tangannya. Tiba-tiba, segumpal abu jatuh di tangannya sehingga menimbulkan semburan terbakar. Namun, dia sepertinya sedang hilang kesadaran atau mungkin benar-benar tidak peduli dengan itu.