Momen Paling Menyenangkan
Momen Paling Menyenangkan
Nyonya Gu yang awalnya menggonggong seperti anjing gila seketika berubah menjadi tenang. Melihat Gu Jinchen keluar dari kamar pasien, dia dan kedua anaknya segera melangkah maju dan bergegas masuk ke dalam ruangan.
Setelah perawat yang bertugas pergi, hanya tiga orang yang tersisa di koridor yang sepi, Gu Jinchen, Chen Shuna dan Pengacara Zhang. Chen Shuna menatap suaminya dengan cemas. Sementara Gu Jinchen mengangkat bibirnya dan memberikan senyuman kepadanya. Senyuman yang tampak sedingin malam yang gelap.
Tidak lama kemudian, datang suara tangisan dari kamar pasien. Bukan hanya tangisan yang memilukan, tetapi juga tangisan yang merupakan kesedihan nyata. Gu Jinchen berdiri dengan kaku dan tidak bisa menggerakkan langkahnya sama sekali. Dia mengetahui bahwa pria yang baru saja meraih tangannya dan yang selalu ingin dipanggilnya dengan sebutan 'ayah' telah pergi. Meskipun dia sangat membenci pria itu, tetapi dia merasa darahnya seolah mengalir di sekujur tubuhnya setelah mengetahui kepergiannya untuk selamanya. Jadi, dia meneriakkan kata 'ayah' sesuai dengan apa yang ingin dilakukannya.
Semua orang memasuki kamar pasien, namun hanya Gu Jinchen yang berdiri di koridor luar. Dia menatap dinding yang ada di depannya dengan tatapan linglung. Wajah tegasnya tampak dipenuhi dengan kesedihan, kemarahan, kebencian dan kelegaan yang bergabung menjadi satu.
Gu Changcheng baru saja meninggal. Istri dan dua putranya yang lain yang selama ini selalu dibelanya tidak sedang membicarakan generasi penerus perusahaan. Sebaliknya, mereka segera meminta surat wasiat kepada Pengacara Zhang.
Pengacara Zhang pun membacakan isi surat wasiat di hadapan mereka. Gu Changcheng mewarisi istrinya rumah utama Keluarga Gu dan beberapa surat berharga lainnya. Gu Shikang dan Gu Shiqi masing-masing mewarisi 5% saham dan sebuah vila. Sementara sisanya dari 100% yang sudah dikurangi 30% seluruhnya menjadi milik Gu Jinchen.
Gu Changcheng meraih tangan Gu Jinchen saat berada di kamar pasien dan memberitahunya bahwa perusahaan Keluarga Gu diserahkan kepadanya, jadi dia sudah mengetahui lebih dulu apa isi surat wasiat itu. Saat ini, dia tidak memiliki banyak ekspresi dan bahkan tidak menggerakkan matanya sama sekali.
Ketika Nyonya Gu mendengar isi surat wasiat itu, dia tertawa terbahak-bahak dan air matanya jatuh. Dia berkata pada dirinya sendiri, "Bahkan sampai mati pun kamu masih memikirkan wanita jalang dan anak haramnya itu. Gu Changcheng, kamu benar-benar sangat kejam."
"Aku juga bekerja banyak untuk perusahaan Keluarga Gu. Kenapa dia bisa mendapatkan bagian begitu banyak?" Gu Shikang berkata dengan berapi-api.
Sementara Gu Shiqi meraih kerah Pengacara Zhang dan berkata, "Apakah kamu telah disuap oleh Gu Jinchen? Surat wasiat ini palsu, kan?"
"Hahaha…" Terdengar suara tawa rendah di ruangan yang sunyi. Sangat rendah seolah-olah itu adalah tawa yang jatuh dari langit. Ketika semua orang memandang Gu Jinchen, mata ringannya menatap mereka satu per satu hingga akhirnya berhenti pada Nyonya Gu. "Memangnya kenapa kalau kamu istri sahnya? Walaupun kamu istri sahnya, tetapi kamu melahirkan dua anak yang memiliki pikiran dangkal dan tidak berkembang dengan baik. Dia bahkan merasa menyesal telah menikahimu hingga akhir hayatnya."
Di kamar pasien, Gu Changcheng memberikan pengakuan bahwa salah satu hal yang paling disesalkan yang telah dilakukannya dalam hidupnya adalah meninggalkan Han Ningjing dan menikahi wanita yang sama sekali tidak dicintainya. Jika dia memiliki kesempatan untuk memilih lagi, dia tidak akan pernah meninggalkan Gu Jinchen dan ibunya.
Meskipun ada suara tawa, tetapi juga ada suara tangis di akhir perkataan Gu Jinchen. Dia berjalan keluar dari rumah sakit satu demi satu langkah. Saat dia sudah tenang dan kembali bersemangat, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya. Kemudian, dia menekan nomor telepon Chen Youran. Dia adalah pria dewasa yang sudah berusia 25 tahun, tetapi ketika memutar nomor telepon Chen Youran, tangannya gemetaran. Ya, itu gemetar yang hebat. Mungkin gemetar karena saking gembiranya.
Dalam tiga tahun terakhir, tidak ada yang lebih membuat Gu Jinchen bahagia selain menunggu momen berharga ini tiba. Setelah tiga tahun merencanakannya, akhirnya dia mencapai tujuannya. Sekarang ini, dia sudah memiliki kemampuan untuk melindungi wanita yang sangat dicintainya itu. Setelah ini, dia berpikiran bahwa mereka akan hidup bersama dalam damai.
Gu Jinchen berdiri di tangga dan melihat langit yang gelap di luar. Dia ingat bahwa saat ini hari masih sangat pagi. Dia melihat jam di layar ponselnya, rupanya waktu menunjukkan sudah pukul tiga pagi.