Jangan Berpura-pura di Sini
Jangan Berpura-pura di Sini
Nyonya Gu lalu melanjutkan perkataannya, "Bahkan kalau kamu menangis sekarang, ayahmu tidak bisa melihatnya. Pengacara akan segera datang. Jangan berpura-pura di sini."
Gu Jinchen seolah baru saja bangun dari mimpi buruk. Sekarang dia berangsur-angsur bereaksi. Perlahan dia menjatuhkan pandangan matanya kepada Nyonya Gu seolah hendak memberi isyarat untuk membungkam mulutnya agar tidak terus mencibirnya.
Namun, di mata Nyonya Gu, tindakannya yang ambigu seperti itu disalahpahami maksudnya. Dia masih terus mencibirnya bahkan dengan kata-kata yang lebih sombong dan kejam dengan sedikit kebencian, "Kamu sama seperti ibumu yang tidak tahu malu. Dan secara otomatis kamu harus dibuang. Saat Gu Changcheng membuat surat wasiat, kamu akan keluar dari Keluarga Gu!"
Meskipun Nyonya Gu menikah dengan Gu Changcheng dengan cara perjodohan, tetapi dia jatuh cinta dengan sosoknya yang sangat tampan. Dia pikir mereka akan hidup bahagia dan memiliki keluarga yang harmonis. Namun, kemudian dia menemukan fakta bahwa semua itu hanyalah angan-angannya sendiri. Suaminya itu memang memberinya sebuah keluarga, tetapi ternyata dia mencintai orang lain, bahkan memiliki anak dengan wanita itu. Sosok Han Ningjing menghancurkan keluarganya dan mimpinya untuk menjadi seorang istri yang bahagia. Kebenciannya yang sudah dirasakan selama bertahun-tahun telah menghapus rasa cintanya kepada suaminya. Jadi, sekarang ini dia sangat membenci Gu Changcheng, Han Ningjing dan juga Gu Jinchen. Begitu dia melihat sosok Gu Jinchen, dia akan langsung teringat dan memikirkan penghinaan yang dideritanya. Ya, itu adalah penghinaan, batinnya.
Nyonya Gu adalah wanita terkenal, sementara Han Ningjing hanyalah seorang wanita dari level rendah. Menurutnya, wanita itu tidak sebanding dengan dirinya. Di alam bawah sadarnya, Han Ningjing telah merampas suaminya. Meskipun wanita itu telah mengenal satu sama lain dengan suaminya lebih awal darinya, tetapi dia adalah istri sahnya. Sementara Han Ningjing hanyalah cinta pertama suaminya.
Dua wanita terpenting dalam kehidupan Gu Jinchen adalah Han Ningjing dan Chen Youran. Dia tidak peduli jika Nyonya Gu menghina dirinya, tetapi dia tidak bisa terima jika wanita itu menghina ibunya. Dia lalu mengangkat kepalanya, matanya yang gelap tampak dingin dan menakutkan. Tatapannya terasa seperti embun beku yang seolah bisa membekukan siapa pun yang menatapnya.
Sebagai wanita terkenal, kata-kata Nyonya Gu sangat tidak menyenangkan. Chen Shuna pun mengerutkan kening dan berkata, "Nyonya Gu, kita semua belum tahu isi surat wasiat itu. Kenapa kamu sepertinya mengkhawatirkannya?"
Nyonya Gu hanya menatap Chen Shuna dan tidak berbicara sepatah kata pun. Kemudian, dia kembali menatap ke pintu ruang gawat darurat.
Gu Jinchen dan Gu Shikang duduk di deretan bangku yang sama saat ini. Suara berat Gu Shikang lalu menggema di telinganya, "Di antara kita bertiga, siapa yang paling diuntungkan dari surat wasiat?"
"Dia tidak akan bodoh untuk menentukannya," ucap Gu Jinchen. Wajah tegasnya terlihat jelas di bawah cahaya koridor. Tampaknya dia dipenuhi dengan rasa permusuhan, tetapi dia masih terlihat tenang.
Gu Shikang tersedak oleh ucapan Gu Jinchen dan menatapnya dengan ekspresi wajah yang masam. Bahkan walaupun Gu Jinchen menundukkan kepalanya, dia juga bisa merasakan kemarahan saudara tirinya itu. Bibir tipisnya memunculkan jejak pancaran provokatif.
Kemampuan Gu Shikang tidak cukup untuk mengurus perusahaan. Dia hanya ingin bekerja keras dalam perusahaan Keluarga Gu dengan hasratnya dan selalu membiarkan Gu Changcheng mengurus akibat buruk dari pekerjaannya. Apalagi Gu Shiqi, selain makan, minum, menyewa pelacur dan berjudi, tidak ada yang bisa dilakukan olehnya. Oleh karena itu, Gu Jinchen memiliki keyakinan yang kuat bahwa Gu Changcheng tidak akan dengan bodohnya menyerahkan perusahaan besar Keluarga Gu kepada dua putranya yang lain yang sama sekali tidak berjuang untuk meraih kesuksesan.
Di tengah malam, suasana rumah sakit sangat sepi dan hawanya terasa dingin. Wajah Gu Jinchen memang terlihat tenang, tetapi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Meskipun ayah kandungnya sendiri terbaring di ruang ICU saat ini, tetapi dia sama sekali tidak peduli pria itu akan selamat atau tidak. Sebaliknya, dia berpikir bahwa setelah malam ini, dia bisa pergi 'kepadanya'. Dia akan menceritakan semua ini padanya sambil memegang tangannya, memeluk dan menciumnya. Dia juga akan menggantikan waktu yang telah hilang di antara mereka selama tiga tahun ini.