Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Sudah Bertindak Terlalu Jauh



Aku Sudah Bertindak Terlalu Jauh

2Sedangkan sang wanita tampak cerah dan cantik. Wanita itu mengenakan gaun merah dengan kerah berbentuk V dan rambut keriting kastanye yang disampirkan di satu sisi. Riasannya yang halus dan bibirnya yang merah terlihat indah.     

Tubuh Chen Youran seketika menyusut, wajahnya berubah menjadi agak pucat, sementara bulu matanya yang hitam dan panjang bergetar lembut. Remote control di tangannya hampir dihancurkan olehnya. Dia kemudian mencari ponsel di dalam tas yang ada di sebelahnya. Mungkin karena dia tidak sabar dan ada terlalu banyak barang di dalam tasnya, jadi dia tidak bisa menemukannya. Dia menuangkan seluruh isi di dalam tasnya di sofa. Lalu, dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.     

Setelah satu menit berdering, terdengar suara manis dari ujung telepon, "Nomor telepon yang Anda tuju tidak dapat dihubungi. Silakan mencoba beberapa saat lagi."     

Melihat sosok pria dan wanita di televisi, wajah Chen Youran menjadi hitam dan cerah secara bergantian. Dia merasa seolah ada kabut hitam yang menyelimuti wajahnya. Sang wanita yang ada di samping sang pria memunculkan senyum di wajahnya. Wanita itu terlihat sangat memesona.     

Chen Youran menggenggam ponselnya dengan erat. Dia ragu-ragu sejenak sebelum melakukan panggilan telepon lagi.     

Di sisi lain, Chen Shuna baru saja keluar dari ruang rapat saat mendengar suara ponselnya berdering. Dia mengeluarkannya dan melihat itu adalah panggilan dari Chen Youran. Dia meletakkan ponselnya di telinganya dan berkata, "Youran?"     

Televisi di kamar hotel itu masih menyala. Mata Chen Youran juga masih tertuju pada dua orang yang sedang bersama. Dia lalu berkata dengan ragu-ragu, "Kakak…"     

Karena Chen Youran tiba-tiba meneleponnya, Chen Shuna mengira sesuatu telah terjadi padanya. Dia pun bertanya, "Apakah ada sesuatu yang terjadi?"     

Setelah mendengar suara lembut Chen Shuna, Chen Youran tidak bisa mengatakan apa yang ada di dalam hatinya, yang ingin dia katakan tadi. Dia pun hanya bisa menjawab, "Sebenarnya, tidak ada yang salah. Aku hanya merindukanmu, jadi aku meneleponmu."     

Chen Youran tidak hanya tiba-tiba meneleponnya, tetapi juga tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya merindukannya. Hal ini membuat Chen Shuna cukup terkejut. Meski terkejut, tetapi juga ada perasaan gembira di dalam hatinya. Selama bertahun-tahun, kedua saudara perempuan itu telah banyak berpisah. Dia mengetahui bahwa adiknya masih memiliki rasa sakit di dalam hatinya. Dan dia sendiri terus menyalahkan dirinya.     

"Aku dengar kamu pergi ke Jiangcheng untuk urusan bisnis. Apa kamu bisa terbiasa dengan situasi di sana?" tanya Chen Shuna.     

Akhir-akhir ini, tekanan dalam pekerjaan terlalu besar, Chen Shuna pun hampir merasa stres. Ketika Chen Youran mengatakan bahwa dia merindukannya, beban di pundaknya seolah mereda dalam sekejap. Bahkan nada bicaranya sudah tidak kaku lagi.     

Mendengar suara akrab yang telah memprihatinkannya, Chen Youran tertegun sejenak. Lalu dia berkata, "Semuanya baik-baik saja, kok."     

Chen Shuna bertanya tentang situasi dan kondisinya di Jiangcheng. Mereka mengobrol dengan santai. Setelah beberapa saat, mereka mengakhiri sambungan telepon tersebut.     

Kamera pada acara di televisi tersebut tampaknya telah berhenti menyorot sosok pria dan wanita tadi, yaitu pria yang terlihat tampan dan wanita yang terlihat cantik menawan. Chen Youran menggigit bibirnya dan mematikan televisi tersebut. Dia mengusap rambut basahnya dan merasa semakin kesal di dalam hatinya.     

***     

Di akhir acara kegiatan donasi amal, sejumlah besar jurnalis tetap tinggal di luar hotel. Hari ini, semua orang yang berasal dari kelas atas datang, jika mereka bisa mewawancarai satu atau dua orang di antaranya, baik itu untuk surat kabar maupun majalah, volume penjualan pasti akan cenderung naik.     

Gu Jinchen sudah menduga hal ini. Jadi, untuk menghindari wawancara wartawan dan pengambilan foto, dia keluar melalui pintu belakang bersama Bai Shiyan. Di sana, Asisten Zhang sudah mengambil mobil dan menunggu mereka. Melihat sosok keduanya, dia keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang. Gu Jinchen membungkukkan tubuhnya untuk masuk dan duduk di dalam mobil. Sementara Bai Shiyan menarik pintu lain dan ikut masuk ke dalam mobil.     

Gu Jinchen bersandar dengan lelah pada sandaran kursi. Dia mengangkat lengannya dan memegang alisnya. Wajah tampannya tidak terlihat dengan jelas di dalam mobil karena cahaya yang redup. Dia lalu mencium aroma parfum yang menyengat di ujung. Tiba-tiba, ada tangan lembut, seolah tanpa tulang yang menyentuh pelipisnya dan mengusapnya. Dia pun seketika membuka matanya yang awalnya tertutup, lalu menghalau tangan itu dengan tidak senang. Dia juga menatap Bai Shiyan lekat-lekat.     

Namun, Bai Shiyan malah terpana oleh tatapan mata Gu Jinchen yang dingin. Ada beberapa keluhan yang tampak di mata pria itu. Lalu, dia berkata dengan tatapan menyedihkan, "Aku melihatmu sepertinya kelelahan. Jadi, aku… Maafkan aku, aku sudah bertindak terlalu jauh."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.