Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Perasaan Tidak Sabar dan Juga Debaran Jantung



Perasaan Tidak Sabar dan Juga Debaran Jantung

2Suasana bar sangat panas dan mengasyikan, ada juga suasana sepi yang ambigu di mana-mana. Lampu-lampu indah di sana berkedap-kedip terus menerus, sementara suara musik terdengar menggelegar dan memekakan telinga.     

Di kursi tempat bermain kartu, Wenbin dan yang lainnya sudah sedikit mabuk, hanya Ji Jinchuan yang sadar. Di bawah cahaya lampu kerlap-kerlip, tampak ada sedikit kebingungan pada sepasang mata yang cerdas dan dalam itu saat ini. Dalam beberapa hari terakhir, tidak hanya dia, tetapi Xiao Cheng juga menyadari suasana hatinya yang tidak sabar. Perasaan yang tidak sabar itu terlihat saat dia kembali ke hotel dan kamarnya selalu gelap.     

Sejak malam pertama, setiap kali Ji Jinchuan kembali ke hotel, ruangan kamarnya selalu gelap. Namun, di dapur selalu ada makanan yang telah disiapkan oleh Chen Youran. Sekitar empat atau lima hari kemudian, perasaan tidak sabar itu berubah menjadi perasaan kehilangan, seolah-olah ada bagian di dalam hatinya yang kosong.     

Ji Jinchuan dengan kesal meminum anggur pada gelasnya dalam satu tegukan. Kemudian, dia bangkit dan mengambil mantelnya yang ada di sebelahnya. Lalu, dia berkata, "Kalian lanjut bermain saja. Aku pergi dulu…"     

Ji Jinchuan menutup telinga terhadap teriakan Wenbin dan orang lain di belakangnya. Dia lalu keluar dari dalam bar dan Xiao Cheng mengikutinya dengan cepat. Setelah itu, mereka kembali ke hotel.     

***     

Sesampainya di hotel, Ji Jinchuan membuka pintu kamar presidential suite miliknya. Rupanya, lampu di ruang tamu masih menyala. Dia tertegun sejenak, lalu mendorong pintu dan masuk ke dalam ruang tamu. Tanpa sadar, dia mencari sosok itu. Ruang tamu yang besar itu tampak kosong dan sunyi. Bahkan suara jarum jam hampir bisa terdengar dengan jelas.     

Ketika Ji Jinchuan memasuki ruangan, jantungnya tiba-tiba berdetak beberapa kali. Dia berjalan ke sofa, tetapi tidak ada wanita yang tidur di atasnya. Jantungnya seolah terasa mati dan berhenti berdetak. Dalam beberapa saat, detak jantungnya kembali menjadi stabil. Rasa kehilangan yang dia rasakan begitu jelas.     

"Apa kamu sudah kembali?" Tiba-tiba, terdengar sebuah suara.     

Ji Jinchuan membalikkan badan. Di depan pintu dapur, ada sosok Chen Youran yang masih mengenakan celemek. Di tangannya ada semangkuk mie goreng yang mengeluarkan kepulan asap panas. Sepertinya, makanan itu baru saja keluar dari panci.     

Mata Ji Jinchuan tampak hitam dan berat, sehingga membuat Chen Youran yang menatapnya merasa bulu kuduknya sedikit merinding. Dia menjilat bibirnya dan berkata, "Aku… Aku tidak cukup kenyang saat makan malam. Jadi, aku datang ke sini untuk membuat makanan."     

Ji Jinchuan menatapnya selama beberapa saat. Padahal, hatinya baru saja tenang, tetapi ketika mendengar suara Chen Youran, dia merasa seolah jantungnya kembali berdebar kencang.     

Melihat Ji Jinchuan hanya diam, Chen Youran merasa bingung. Dia pun berkata, "Makan malammu ada di dapur."     

Wajah Ji Jinchuan tampak tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Sorot matanya memancarkan cahaya samar yang ambigu. Di hanya berdeham ringan, lalu melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa. Kemudian, dia menarik dari di lehernya untuk melonggarkannya.     

Chen Youran kemudian pergi ke dapur dengan membawa mie goreng di tanganya. Dia mengeluarkan makanan dari lemari dapur dan meletakkannya di meja ruang makan. Lalu, dia kembali ke dapur dan mengeluarkan mie yang baru saja dimasaknya. Saat mengeluarkan mie, dia merasa ragu-ragu. Dalam beberapa hari terakhir, Ji Jinchuan tidak begitu peduli kepadanya. Saat dia merenungkannya, dia tidak merasa telah menyinggung pria itu.     

Mengenai sikap ketidakjelasan Ji Jinchuan, Chen Youran tidak yakin apa alasannya. Tetapi, dia berpikir bahwa pria itu tidak ingin melihatnya. Jika pria itu tidak ingin melihatnya, maka dia tidak memiliki alasan untuk menyinggungnya lebih dulu. Entah jika mungkin dia melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Dia pun menjadi takut makan di dapur, jadi dia pergi ke ruang tamu dengan membawa mie goreng dan mencari program hiburan untuk ditonton. Dia pun akhirnya makan sambil menonton televisi.     

Ji Jinchuan melepas arloji di tangannya serta melepas dua kancing lengan kemejanya. Kemudian, dia menyingsing lengan bajunya, menarik kursi ruang makan dan duduk untuk makan. Diam-diam, matanya melirik wanita di ruang tamu. Rambut wanita itu selalu meluncur ke bawah dari sisi kanan, sehingga menghalanginya untuk makan. Jadi, wanita itu mendorong rambutnya ke belakang telinganya, sehingga memperlihatkan daun telinganya yang putih dan bulat serta sebagian kecil lehernya yang putih. Chen Youran tampak cekikikan ketika melihat saat-saat menarik pada program hiburan. Karena tubuhnya menghadap ke samping, Ji Jinchuan hanya bisa melihat pancaran lembut dari sisi sampingnya dan sudut mulutnya yang terbuka lebar.     

Ikan di Jiangcheng adalah yang paling terkenal lembut dan hanya memiliki sedikit duri. Chen Youran memasak ikan rebus berwarna coklat malam ini, tetapi makanan itu tidak ada rasanya bagi Ji Jinchuan. Entah mengapa, selain kegembiraan yang dirasakan pada hari pertama, dia menjadi lebih mudah tersinggung di sisa hari lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.