Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Kenangan Abadi



Kenangan Abadi

3Neneknya selalu memberikan buah delima besar untuk Chen Youran. Dia memakan buah delima tidak seperti orang lain pada umumnya, yang memakan daging buah dan memuntahkan biji yang ada di dalamnya atau membuatnya menjadi jus, namun dia mengunyah bijinya bersama dengan buahnya.     

Suatu hari, Chen Youran makan terlalu banyak delima dan perutnya terasa sakit parah. Dia memegang Gu Jinchen dan berteriak, "Apakah aku akan mati?"     

Pada saat itu, Gu Jinchen baru berusia 12 tahun. Dan ketika mendengar kata 'kematian' pikirannya langsung kacau balau. Dia hanya mengetahui bahwa seseorang tidak akan pernah terlihat lagi setelah mereka meninggal. Dia juga hanya mengetahui bahwa harus pergi ke klinik kota ketika menderita kesakitan.     

Mendengar tangisan Chen Youran, neneknya pun membuka tirai dan masuk ke dalam. Setelah memahami situasinya, tangannya yang keriput menyentuh perutnya sambil berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja, terlalu banyak biji delima yang tidak bisa dicerna di dalam perutmu."     

Saat hujan turun, jalanan di Wuzhen tidak mudah untuk dilalui. Chen Youran suka melompati genangan air yang bergelombang dan berjalan melintasi jembatan biru. Sementara Gu Jinchen membawakan tas sekolahnya, dan selalu berteriak dari belakang, "Hei pelan-pelan! Hati-hati, awas jatuh!"     

Saat itu, Chen Youran yang selalu berpikir bahwa Gu Jinchen terlalu cerewet berkata, "Jinchen, kamu benar-benar menyebalkan."     

Usia Gu Jinchen dua tahun lebih tua dari usia Chen Youran. Neneknya juga selalu memintanya untuk memanggil pria itu dengan sebutan kakak laki-laki atau Kak Jinchen. Tetapi dia lebih suka memanggilnya Jinchen atau memanggil nama gabungannya, Chenchen.     

Pada saat itu,Gu Jinchen tidak memiliki nama marga Gu. Dia mengikuti nama marga ibunya, Han. Setelah kembali ke rumah Keluarga Gu pada usia 15 tahun, dia masuk ke dalam silsilah Keluarga Gu dan mengubah nama marganya.     

***     

Entah sudah berapa lama Chen Youran tidur, dia pun perlahan membuka matanya. Suhu air di dalam bak mandi bahkan sudah agak dingin. Saat mengingat bayangan mimpi barusan, sudut mulutnya sedikit naik. Saat-saat indah di Wuzhen mungkin adalah saat-saat paling bahagia di hidupnya. Di masa depan, itu semua hanya akan terkubur di lubuk hatinya yang paling dalam dan menjadi kenangan abadi. Dia pun bangkit dari bak mandi dan menyeka air di tubuhnya. Dia mengambil jubah mandi yang ada di sebelahnya, memakainya dan bersandar di dinding untuk berjalan keluar. Namun, dia terpeleset dan menjatuhkan botol sabun mandi cair.     

Pintu kamar mandi pun tiba-tiba didorong terbuka. Chen Youran mendongak dan melihat sosok Gu Jinchen berdiri di luar pintu kamar mandi dengan ekspresi yang sedikit bingung. Tetapi, pria itu seolah tampak lega melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada mantan kekasihnya itu.     

Chen Youran baru saja selesai mandi. Rambutnya yang masih basah tergantung di pundaknya, sementara pipinya yang cantik ditutupi dengan lapisan merah muda karena panas. Kerah jubah mandinya sedikit terbuka, sehingga memperlihatkan tulang selangkanya yang putih dan mulus. Jubah mandi itu juga tidak sampai menutupi lututnya sehingga dua kakinya yang ramping terlihat jelas. Pada saat ini, kondisinya bisa dikatakan acak-acakan. Dan mau tidak mau, dia merasa sedikit malu.     

"Aku baru saja mengalami sesuatu. Aku baik-baik saja," kata Chen Youran.     

Ekspresi Gu Jinchen tampak lega. Dia melangkah maju, lalu mengangkat tubuh mungil Chen Youran dari kamar mandi dan meletakkannya di sofa. Setelah itu, dia kembali ke kamar mandi dan mengambil alat pengering rambut. Dia menyambungkan alat itu ke colokan terdekat dan memberikan isyarat untuk mengeringkan rambutnya. Keduanya tidak pernah berada di posisi seperti sekarang ini. Jika orang lain melihatnya, mereka pasti akan salah paham, apalagi ini masih di dalam rumah Keluarga Chen.     

"Aku akan melakukannya sendiri," ucar Chen Youran sambil mengambil alat pengering rambut dari tangan Gu Jinchen.     

Chen Youran mengeringkan rambutnya, sementara Gu Jinchen berdiri di dekat jendela sambil merokok. Dia melihat bahwa pria itu saat ini sudah kecanduan merokok. Saat menolehkan kepalanya, dia tanpa sengaja melirik tasnya di atas meja. Itu adalah tas yang tertinggal di mobil Ji Jinchuan. Selain tas, ada bungkusan dari dokter. Itu adalah beberapa obat dan yodium.     

"Itu dikirim oleh asisten khusus Ji Jinchuan," kata Gu Jinchen yang melihat keterkejutan Chen Youran.     

Rambut Chen Youran sudah setengah kering, dia pun menyingkirkan alat pengering rambutnya. Keberadaan keduanya saat ini sudah sangat sensitif. Apalagi saat ini dia hanya mengenakan jubah mandi dan mereka hanya berdua di dalam kamar yang sama. Chen Shuna dan Tang Huiru juga ada di lantai bawah. Jadi, dia merasa sangat khawatir. Dia pun berkata kepada Gu Jinchen, "Sudah larut malam. Apa kamu dan kakak akan menginap malam ini?"     

Mungkin karena mereka sudah saling mengenal satu sama lain, saat Chen Youran hanya menatapnya, tetapi Gu Jinchen bisa menebak apa yang sedang wanita itu pikirkan. Belum lagi sorot mata hitam murninya yang tampak sedikit tidak berdaya saat ini.     

"Aku sudah meminta izin cuti selama seminggu untukmu kepada Presiden Ji. Istirahatlah dengan baik selama dua hari ini dan jangan bangun dari tempat tidur ataupun sering berjalan-jalan," kata Gu Jinchen dengan lemah.     

Setelah selesai berbicara, Gu Jinchen berjalan menuju pintu dengan langkah perlahan. Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu tertutup. Suara lembut itu dari pria itu seolah mampu mengetuk hati Chen Youran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.