Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia adalah Kejutan



Dia adalah Kejutan

2Ji Jinchuan melangkah menuju kedai teh tersebut. Lalu, dia menjawab dengan suara ringan, dingin dan tegas, "Bertemu dengan seseorang."     

Bertemu dengan siapa? Apakah itu ada hubungannya denganku? Untuk apa dia membawaku saat ingin bertemu dengan seseorang? Batin Chen Youran.     

Melihat orang yang bersamanya telah memasuki kedai teh, Chen Youran segera mengikuti langkah Ji Jinchuan yang berada di depan. Saat memasuki kedai itu, tampak seorang pelayan yang menyambut Ji Jinchuan dengan penuh hormat, "Presiden Ji, Tuan Besar Huo sedang menunggu Anda di lantai atas."     

Ji Jinchuan menganggukkan kepalanya dengan ringan. Dia berjalan menuju tangga dan mengganti sepatunya dengan bakiak yang sudah disediakan kedai teh untuk para tamu. Chen Youran juga mengganti sepatunya dengan bakiak dan mengikuti bosnya itu ke lantai dua.     

Di sebuah ruangan pribadi yang elegan di lantai dua. Ruangan itu tampak sangat antik dan dipenuhi oleh aroma wangi teh. Di balik tirai, terpantul bayangan pasangan yang bermadu kasih. Beberapa saat kemudian, terdengar suara batuk rendah. Chen Youran masih berjalan di belakang Ji Jinchuan. Sementara di balik tirai, duduklah seorang pria berusia 60 tahun dengan rambut yang sudah berwarna abu-abu dan kulit keriput di wajahnya, tetapi tubuhnya masih terlihat sangat sehat. Di depan pria tua itu, terdapat meja kecil dengan teko yang terbuat dari tanah liat ungu di atasnya. Ada air mendidih yang begitu panas di dekatnya. Selain itu, di sampingnya, berdiri seorang wanita yang mengenakan cheongsam dengan logo kedai teh di dadanya. Dia adalah salah satu pelayan kedai teh.     

Ji Jinchuan mengumpulkan rasa ketidakpeduliannya dan berusaha bersikap seperti biasa. Dia menyapa pria itu dengan suara yang sangat lembut, "Tuan Besar Huo..."     

Namun, Tuan Besar Huo tidak memandang Ji Jinchuan. Dia mengangkat kepalanya dan menatap ke jam tua yang tergantung di dinding. Lalu, dengan suara yang terdengar sangat dingin dan berat, dia berkata, "Terlambat dua menit."     

Mata Chen Youran melotot. Pria tua ini sama dengan Kakek Chen. Dia sangat memperhitungkan walau hanya terlambat dua menit, batinnya     

"Pengamatan Tuan Besar Huo mengenai waktu memang sangat kuat," kata Ji Jinchuan sambil duduk di hadapannya.     

"Anak muda, jangan anggap pak tua ini seseorang yang kuno. Sebagai pengusaha, sebaiknya jangan hanya memperhatikan kredibilitas, tetapi juga perhatikan konsep waktu. Mungkin dalam waktu dua menit, itu bisa membuatmu tertinggal dalam dunia bisnis. Kalau digambarkan pada meja operasi, itu mungkin soal hidup dan mati. Karena bisa saja kamu kehilangan nyawa dalam waktu dua menit saat berada di meja operasi," ujar Tuan Besar Huo yang mendengus dingin.     

Itu adalah sebuah gambaran. Lalu, Ji Jinchuan berkata dengan pelan, "Aku datang terlambat karena aku membawakanmu kejutan."     

Ji Jinchuan jelas-jelas datang dengan tangan kosong. Pria di hadapannya itu memang sudah tua, tetapi dia tidak buta. Dia pun berkata, "Aku ingin melihat kejutan apa yang kamu bawa."     

Kedua pria itu mengobrol satu sama lain, sehingga benar-benar membuat tubuh Chen Youran yang berdiri di satu sisi membeku. Dia hanyalah seorang yang asing, jadi dia hanya berdiri dengan canggung di samping Ji Jinchuan karena bingung harus berbuat apa.     

Ji Jinchuan menatapnya dan memberi isyarat agar Chen Youran duduk. Dia berlutut di sisi lain meja teh. Saat Tuan Besar Huo yang menyadari keberadaannya, pria itu bertanya, "Siapa dia?"     

Ji Jinchuan mengambil teko dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri. Setelah menyeruputnya, dia menampakkan ekspresi tidak puas dengan kemampuan pembuat teh di kedai ini. Dia mengerutkan kening dan meletakkan cangkirnya, lalu dia berkata, "Dia adalah cucu Tuan Besar Chen. Dia adalah kejutan yang aku bawakan untukmu."     

Chen Youran menatap Ji Jinchuan dengan ekspresi kebingungan di wajahnya. Sementara itu, mata tajam Tuan Besar Huo menatapnya. Tatapan mata pria tua itu setajam elang. Dia bahkan mati rasa dan merasa kulit kepalanya hampir mengelupas. Dia merasa sangat gelisah. Apa yang dilakukan Ji Jinchuan? Batinnya. Dia menatap Ji Jinchuan seolah mengisyaratkan pertanyaan itu dari matanya. Kemudian, dia menarik kembali pandangannya.     

"Dia?" Nada suara Tuan Besar Huo penuh dengan keraguan.     

Bibir tipis Ji Jinchuan mengeluarkan senyum ringan. Dia kembali menyeruput teh, kemudian menggoyangkan ringan cangkir di tangannya. Dia kembali menampakkan ekspresi tidak puas dan berkata, "Kemampuan menyeduh teh pelayan di sini perlu disempurnakan. Youran, buatkan Tuan Besar Huo secangkir teh."     

Chen Youran yang disebut namanya tertegun selama beberapa saat. Melihat tatapan kedua pria di sekitarnya menatap ke arahnya, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan lembut, "Aku perlu membersihkan tanganku dan membakar dupa terlebih dahulu."      

Statusnya di Keluarga Chen terlalu tidak berpengaruh untuk bisa menyenangkan Kakek Chen. Jadi, Tang Huiru pernah memaksanya untuk belajar kemampuan menyeduh teh untuk bisa menyenangkan kakeknya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.