Hadiah Ucapan Terima Kasih
Hadiah Ucapan Terima Kasih
Ji Jinchuan turun dari mobil. Dia berjalan melewati bagian depan mobil, membukakan pintu untuknya dengan sikap sopan dan wajahnya yang dingin sangat lembut. Dia berkata, "Keluarlah dari mobil."
Saat Ji Jinchuan membuka pintu untuknya, Chen Youran tersanjung dan menatapnya dengan heran. Lalu, dia pun keluar dari mobil untuk mengikuti perkataannya.
Ketika memasuki mall, mereka langsung disambut oleh para pemandu belanja. Pandangan mata para pemandu belanja tertuju pada sosok Ji Jinchuan, lalu menyapanya, "Selamat datang di toko kami. Kalau boleh saya tahu..."
Saat seorang pemandu itu belum selesai berbicara, dia disingkirkan oleh seorang pemandu lain yang berada di sampingnya. Pemandu itu berkata sambil memunculkan senyuman yang menawan, "Tuan, Nona, apakah yang bisa saya bantu?"
Namun, mata Ji Jinchuan tidak berhenti sedetik pun untuk melihat mereka. Pandangan matanya menyapu deretan pakaian bagian depan dan menunjuk ke salah satu gaun berwarna hijau, lalu berkata, "Ambil yang itu untuk dicoba."
Pemandu belanja yang terabaikan itu merasa malu. Dan dengan canggung dia berkata sambil sedikit tersenyum, "Baiklah, Tuan. Tolong tunggu sebentar."
"Apakah ada yang salah dengan pakaianku hari ini?" tanya Chen Youran sambil menatap pakaian yang dikenakannya saat ini.
"Ini adalah hadiah ucapan terima kasih," jawab Ji Jinchuan dengan ekspresi yang masih tetap terlihat sama.
Pemandu belanja tadi mengeluarkan gaun yang dipilih oleh Ji Jinchuan dari deretan gantungan. Giginya yang putih terbuka, dia membuat isyarat untuk mengajak Chen Youran sambil senyuman, "Nona, silakan lewat sini."
"Hadiah terima kasih macam apa ini?" tanya Chen Youran yang merasa kebingungan. Bagaimana bisa hadiah ucapan terima kasih berupa gaun? Bukannya kebanyakan orang mengundang makan atau bahkan berhutang budi dulu? Ataukah karena dia sudah terbiasa memberi kalung dan pakaian kepada wanita lain? Gumamnya dalam hati.
Ji Jinchuan dengan lembut membuka bibir tipisnya dan membalas, "Kamu tidak suka dengan hadiah yang aku berikan untukmu?"
Ji Jinchuan menganggap bahwa Chen Youran adalah wanita dengan penuh kesombongan. Dia berkata dalam hati, kalau aku memberikan beberapa dalam bentuk materi, apa dia akan menyukainya?
Chen Youran menekan rasa kesal pada bagian terdalam di hatinya. Mata hitam murninya tampak menyipit dan mulutnya membentuk lengkungan sarkastik, dia berkata, "Hadiah ucapan terima kasih darimu ini terlalu istimewa. Maaf, aku tidak bisa menerimanya."
Setelah mengatakan itu, Chen Youran berbalik untuk pergi. Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya menegang. Ji Jinchuan telah meraih lengannya. Dia pun terpaksa kembali menatapnya.
Dengan mata hitam gelap yang tampak seperti tinta pekat Ji Jinchuan berkata, "Pergilah untuk mencoba gaunnya terlebih dulu. Dan setelah itu, aku akan membawamu ke suatu tempat nanti."
Kekuatan Ji Jinchuan tidak besar, tetapi suhu di telapak tangannya terasa seperti besi solder yang sangat panas, sehingga membuat jantung Chen Youran bergetar. Dia melihat pemandu toko yang menatap mereka. Rasanya dia ingin segera berlari karena merasa malu. Dia pun bertanya, "Kamu akan membawaku pergi ke mana?"
"Cobalah gaunnya terlebih dahulu," ujar Ji Jinchuan sambil melepaskan genggaman tangannya.
Chen Youran ragu-ragu selama beberapa saat. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mengikuti pemandu belanja ke ruang ganti, mengambil alih gaun di tangan pemandu itu dan mencobanya.
Ji Jinchuan pun duduk di sofa yang ada di dekatnya. Lalu, dia mengambil majalah dan melihat isinya. Dia menundukkan kepalanya sedikit, ekspresi wajahnya tampak dingin, bahkan dapat dikatakan sangat dingin. Sementara bibirnya tipisnya membentuk garis lurus dan jari-jari panjangnya tampak indah.
Salah satu dari pemandu belanja memandang Ji Jinchuan yang sedang membaca majalah. Dia berkata sambil berpikir, "Kenapa aku merasa pria itu seperti tidak asing lagi, seolah aku pernah melihatnya di suatu tempat..."
"Jangan mengkhayal. Lihat pakaian pria itu yang tampak seperti orang kaya dan sangat mahal. Sikapnya sangat bermartabat dan elegan, tampangnya juga tidak seperti orang biasa. Bagaimana mungkin kamu bisa mengenalnya?" Pemandu belanja lainnya menatapnya dengan tatapan kosong.
Mendengarkan perkataan rekannya, pemandu tadi juga memiliki beberapa keraguan. Tetapi, dia benar-benar merasa bahwa wajah pria itu sangat akrab. Dia menggaruk kepalanya dan berkata, "Aku benar-benar merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat."