Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Perpisahan untuk Cinta



Perpisahan untuk Cinta

3Orang yang tidak tahu apa-apa, mungkin akan salah paham dan mengira bahwa seorang suami telah memergoki istrinya selingkuh dan saat ini sedang menginterogasi mengenai pengkhianatannya yang kejam. Tapi di antara mereka berdua, siapa yang mengkhianati siapa? Dan siapa yang meninggalkan siapa?     

"Kakak ipar, saat pulang kerja kamu tidak pulang ke rumah untuk menemui istri dan anakmu. Apakah kamu datang kepadaku untuk bertengkar?" cibir Chen Youran.     

Pada saat yang tepat, pintu bilik didorong terbuka dan pelayan masuk dengan membawa piring. Melihat suasana di dalam yang tidak tepat, dia merasa malu dan dilema.     

Gu Jinchen melepaskan genggamannya dan duduk. Dia menekan alisnya yang tebal dengan satu tangan dan mengencangkan bibir tipisnya. Sementara Chen Youran merasa ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan untuk kembali duduk.     

Pelayan tersebut membawa piring ke dalam dan menaruhnya di atas meja satu per satu. Mereka melirik kedua orang itu. Menurutnya, wajah kedua tamu itu sangat masam, sepertinya ada api dan asap yang tertinggal di udara. Setelah pelayan keluar dari dalam bilik, suasana menyedihkan di dalam bilik itu terasa menyesakkan. Dan dua orang yang berada di dalam bilik terdiam.     

Setelah hening selama beberapa menit, Chen Youran mengambil sumpit dan mulai makan. Meskipun saat ini dia sedang berada dalam suasana hati yang buruk, tetapi itu tidak mempengaruhi nafsu makannya. Terlebih lagi, ini sudah memasuki waktu makan malam. Setelah makan, kedua orang itu akan pulang dan makan malam ini akan menjadi perpisahan terakhir untuk mereka. Setelah keluar dari bilik hari ini, dia memutuskan untuk mengubur dalam-dalam cerita masa lalunya jauh di dalam lubuk hatinya dan tidak akan pernah mengingatnya lagi.     

Gu Jinchen mengeluarkan kotak rokok dari sakunya, mengeluarkan sebatang rokok dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia memegang korek api tetapi tidak menyalakannya, matanya yang gelap tampak khawatir.      

Chen Youran hanya makan beberapa suap. Kemudian, dia mengeluarkan tisu dan menyeka mulutnya. Dia berkata, "Aku sudah kenyang."     

Sejak awal sampai akhir, Gu Jinchen tidak menggerakkan sumpitnya sama sekali dan dia sedang memikirkan sesuatu. Ketika mendengar Chen Youran bersuara, mata gelapnya bergerak perlahan ke arah mantan kekasihnya itu. Lalu, dia melirik ke piring di atas meja. Melihat wanita itu tidak makan banyak, alisnya sedikit mengernyit. Bibirnya bergerak, tapi dia tidak mengatakan apa pun. Dia mengambil kunci mobil dan bangkit dari duduknya. Lalu, dia mengambil jas miliknya di gantungan dan meletakkannya di siku.     

"Ayo pergi," ajak Gu Jinchen.     

Chen Youran sebenarnya ingin mengatakan bahwa pria di hadapannya belum makan apa-apa. Tetapi, dia menjadi kesal pada dirinya sendiri karena merasa terlalu usil jika bertanya. Dia berpikir mungkin saja dikarenakan mantan kekasihnya itu punya istri yang berbudi luhur di rumah, jadi pria itu merasa tidak enak kalo makan di luar.     

Kedua orang itu satu per satu keluar dari dalam bilik. Di luar bilik, berdiri seorang pelayan yang menunggu atas permintaan. Gu Jinchen menyipitkan mata pada pelayan itu dan berkata, "Membayar tagihan."     

"Baik, Tuan Gu," kata pelayan itu.     

Setelah itu, Gu Jinchen mengantar Chen Youran pulang ke rumah Keluarga Chen. Dia berhenti di luar gerbang besi berukir itu karena dia tidak bisa mengantarnya masuk. Begitu Chen Youran keluar dari dalam mobil, mobil Chen Yaoting berhenti tepat di sampingnya. Jantungnya pun melonjak karena kaget dan dia langsung meraih tasnya.     

Ketika jendela mobil diturunkan, wajah serius Chen Yaoting muncul di depan mata Chen Youran. Menghadapi matanya yang dalam dan tajam, dia merasa bersalah seolah-olah telah melakukan sesuatu yang salah. Tanpa sadar, dia mengencangkan bibirnya dan menatapnya dengan gugup.     

Sementara itu, Chen Yaoting melirik Chen Youran dan melihat pria di kursi pengemudi. Sorot matanya menjadi semakin dalam dan tajam.      

Chen Yaoting adalah orang yang cerdas, jadi Chen Youran takut ayahnya itu bisa menebak apa yang terjadi di antara keduanya melalui gerak-gerik mereka. Dia akhirnya menemukan alasan dan berkata, "Aku bertemu kakak ipar saat berada dalam perjalanan pulang. Jadi, dia mengantarku pulang."     

"Ayah," kata Gu Jinchen yang akhirnya turun dari dalam mobil.     

"Ya, kenapa kamu tidak masuk dan duduk sebentar?" Chen Yaoting terlihat seperti biasa saja.     

"Tidak, Shuna sudah menungguku untuk pulang makan malam," ujar Gu Jinchen sambil tersenyum ringan.     

Benar dugaan Chen Youran sebelumnya, untungnya tadi dia tidak bergairah untuk bertanya. Saat ini, dia semakin mengencangkan bibirnya.     

"Ajak Shuna dan Yiyi ke sini saat kamu punya waktu luang. Ibumu selalu bertanya tentang Yiyi setiap hari," ujar Chen Yaoting setelah menganggukkan kepalanya.     

"Baik."Gu Jinchen menjawab dengan ringan.     

Setelah Gu Jinchen pergi, mata gelap dan tidak bergelombang Chen Yaoting menatap Chen Youran. Dan dari matanya yang dalam, tidak bisa ditebak emosi apa yang sedang dirasakannya. Sopir di dalam mobil itu kembali menyalakan mesin dan mengemudikan mobil masuk ke dalam rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.