Aku Sangat Mencintaimu (2)
Aku Sangat Mencintaimu (2)
Ketika mereka berada di Amerika Serikat, Lin Mo'an berkata akan membawa Lin Xia kembali ke Kota A. Chen Youran pun mengusulkan untuk menemaninya kembali saat ini.
Hidup Chen Youran telah memasuki jalur normal. Lin Mo'an merasa khawatir Chen Youran akan bertemu dengan seseorang atau memikirkan sesuatu ketika kembali ke Kota A nanti. Jadi, dia menasihatinya beberapa kali untuk tidak ikut. Namun, temannya itu masih bersikeras untuk ikut kembali.
Pada awalnya, Lin Mo'an berpikir bahwa Chen Youran kembali untuk Ji Nuo. Setelah mereka benar-benar kembali ke Kota A, dia menyadari bahwa itu bukan hanya untuk Ji Nuo, tetapi juga untuk Ji Jinchuan.
Bulu mata melengkung Chen Youran sedikit bergetar. Air mata di bagian bawah matanya perlahan naik dan membasahi bulu matanya yang tebal. Dia berkata, "Tapi, aku tidak bisa melupakan betapa tidak berperasaannya dia pada saat itu."
"Kamu bisa…" Lin Mo'an bangkit dan maju, memegangi bahu Chen Youran yang gemetar. "Selama kamu mengabaikan kebencianmu padanya, kamu bisa menerimanya lagi."
Chen Youran menggelengkan kepalanya dengan sedih. Tenggorokannya terasa tercekik, yang membuat suaranya sedikit serak, "Aku kembali, tetapi Fang Yaqing juga kembali. Aku tidak pernah lebih baik dari Fang Yaqing di hatinya. Aku tidak ingin membuat kesalahan lagi. Aku tidak ingin mengalami hidup seperti kematian lagi."
Kemudian, Chen Youran meraih tangan Lin Mo'an, matanya tampak berlinang air mata. Dia mengulangi lagi perkataannya dengan sedih, "Aku tidak ingin mengalami hidup seperti kematian lagi."
Tangan Lin Mo'an bergerak menuju kepala Chen Youran, kemudian mendekapnya yang sedang berada di luar kendali ke dalam pelukannya. Dia pun menghiburnya dengan kembut, "Oke, oke, ada aku di sini. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."
Chen Youran menekan kepalanya ke perut Lin Mo'an. Bahunya terus gemetar dan jari-jarinya yang memegang erat pakaian Lin Mo'an menjadi pucat karena terlalu kencang.
Setelah suasana hati Chen Youran berangsur-angsur stabil, Lin Mo'an melepaskannya dan berkata, "Sudah larut… Saatnya istirahat."
Chen Youran menganggukkan kepala. Dia bangun dengan wajah pucat, pergi ke lemari pakaian untuk mengambil piyama, dan pergi ke kamar mandi. Lin Mo'an yang merasa khawatir menunggu di kamarnya. Setelah Chen Youran keluar dari kamar mandi dan naik ke tempat tidur, Lin Mo'an kembali ke kamarnya sendiri.
Chen Youran berbaring, memejamkan matanya, dan pergi tidur. Di dalam tidurnya, dia bermimpi bahwa seorang anak sedang memanggilnya ibu. Gadis kecil itu datang kepadanya dengan langkah yang bersemangat. Dia mengulurkan tangan untuk memeluknya. Namun, wajah anak itu yang semula terlihat baik-baik saja tiba-tiba berubah menjadi genangan darah.
Tepat ketika Chen Youran dalam kesedihan, genangan darah itu berubah menjadi bentuk manusia lagi. Namun, itu bukan manusia yang memiliki hidung dan mata seperti barusan, melainkan seorang pria yang penuh dengan darah. Pria penuh darah itu mendekatinya selangkah demi selangkah dan membuka mulutnya seolah akan memakannya.
Chen Youran seketika terbangun, kemudian dia duduk. Rambutnya basah oleh keringat dan beberapa menempel di lehernya. Dadanya naik turun dengan hebat. Tidak ada cahaya di kamar yang gelap itu. Dia kemudian meletakkan tangannya di tombol lampu di samping tempat tidur. Wajahnya yang lembut kini seputih salju, dia terlihat seperti hantu.
Suara yang sangat menyedihkan di dalam mimpinya bergema di benak Chen Youran. Suara anak kecil yang memanggilnya ibu berulang kali. Tangannya menutupi wajahnya dan dia tiba-tiba menangis. Air mata merembes dari jari-jarinya dan jatuh di atas selimut.
Chen Youran mengalami mimpi buruk ini selama lima tahun, terutama selama periode ketika dia baru saja kehilangan anaknya. Setiap hari, dia akan memimpikan anak yang belum berbentuk itu. Dia ternyata masih tidak bisa melupakannya setelah bertahun-tahun. Jadi, entah bagaimana dia bisa dengan mudah memaafkan Ji Jinchuan atas apa yang telah dia lakukan.
Setelah menangis, Chen Youran mengambil ponsel di meja samping tempat tidur dan melihatnya. Saat ini, sudah pukul tiga pagi, tapi dia tidak merasa mengantuk.
Chen Youran pun turun dari tempat tidur tanpa alas kaki dan pergi ke jendela. Dia melihat pemandangan malam di luar dan menghela napas panjang. Jantungnya, yang melompat dengan kecepatan tinggi, berangsur-angsur menjadi tenang. Lampu di atasnya menyelimutinya dari atas ke bawah, membuat sosoknya yang kurus terlihat semakin kurus dan juga menunjukkan sedikit kesepian.