Yang Paling Aku Inginkan adalah Kamu (7)
Yang Paling Aku Inginkan adalah Kamu (7)
Chen Youran merasa seperti ada suhu yang sangat panas yang membakarnya dan menyebabkan tubuhnya gemetaran. Jari-jarinya yang berada di dada Ji Jinchuan mengencang dan dia mencengkeram pakaiannya.
Ji Jinchuan mencium kulit Chen Youran yang halus dan berkata dengan samar, "Youyou, yang paling aku inginkan adalah kamu."
Jika yang tadi terasa seperti halusinasi pendengaran bagi Chen Youran, tetapi sekarang dia benar-benar mendengarnya dengan jelas. Hatinya seperti dicengkeram oleh tangan yang tidak terlihat. Cengkeraman itu perlahan-lahan terasa semakin kencang. Entah kenapa dia merasa sedih dan juga merasakan sakit yang tak ada habisnya.
Chen Youran tiba-tiba mendorong Ji Jinchuan menjauh dan melompat keluar dari pelukannya. Punggungnya membentur ujung meja teh. Dia pun meringis kesakitan dan wajahnya menjadi pucat. Ji Jinchuan mengulurkan tangan untuk membantunya, tetapi Chen Youran menghindarinya. Dia meraih tas di lantai dan bergegas menuju ke pintu untuk keluar.
"Youyou…" teriak Ji Jinchuan.
Namun, Chen Youran seolah tidak mendengar apa-apa. Ketika dia melewati gantungan baju di dekat pintu, dia menarik mantelnya dan bergegas keluar dari ruang tamu tanpa melihat ke belakang. Gantungan baju terguncang dan bergoyang dua kali, kemudian secara bertahap kembali berdiri diam dengan tegak. Suasana di ruang tamu pun menjadi sunyi.
Ji Jinchuan melihat ke arah pintu ruang tamu. Matanya yang dalam menjadi gelap dan bulu matanya perlahan turun. Dia duduk di sana untuk waktu yang lama.
***
Ketika mobil melaju keluar dari Teluk Nanhai, Chen Youran menginjak pedal gas ke bawah hingga batas akhir. Mobil itu melesat keluar seperti anak panah yang terlepas dari tali. Dalam benaknya, terdapat suara lembut dari Ji Jinchuan yang terus terngiang-ngiang.
'Youyou, yang paling aku inginkan adalah kamu…'
Jendela mobil tidak tertutup rapat, menyisakan celah selebar jari. Angin dingin berembus di telinga Chen Youran. Udara dingin mengalir ke dalam mobil, menyusup ke kulitnya, dan menyebar ke dalam hatinya. Seluruh hatinya menjadi dingin tanpa suhu hangat sedikit pun.
Ciiiittttt!!
Di malam yang sunyi, suara rem yang berdecit terdengar sangat keras dan jelas. Porsche merah tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Tubuh Chen Youran yang hampir terlempar ditarik kembali oleh sabuk pengaman.
Chen Youran mengangkat tangannya dan menyentuh dadanya. Di dalam pakaiannya, dia jelas merasakan detak jantungnya yang sedikit cepat. Jari-jarinya mengencang sedikit demi sedikit, mengepalkan pakaian di dadanya. Bukannya perasaan ini seharusnya sudah mati? Kenapa aku masih merasakan sakit? Batinnya.
***
Lin Mo'an menggosok matanya, meletakkan buku medis di tangannya, dan melihat arloji di pergelangan tangannya. Dia kemudian mengambil ponsel di atas meja dan hendak menghubungi Chen Youran.
Namun, dari luar pintu, terdengar suara seseorang membuka kunci. Pintu kemudian didorong terbuka dan Chen Youran masuk ke dalam rumah. Lin Mo'an menatap wajah wanita itu yang pucat dan bertanya dengan suara hangat, "Ada apa dengan ekspresi wajahmu yang muram itu?"
Chen Youran mengumpulkan pandangan matanya yang terasa masam, menarik bibirnya, dan tersenyum enggan. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak apa-apa. Anginnya terlalu kencang dan membuatku merasa tidak nyaman."
"Kalau begitu, kembalilah ke kamarmu dan istirahatlah." Lin Mo'an mengambil alis tas Chen Youran dan meletakkannya di sofa.
Chen Youran mengangguk dan perlahan memasuki kamar. Setelah pintu tertutup, dia bersandar pada panel pintu dan duduk di lantai.
Lin Mo'an berdiri di luar pintu kamar Chen Youran. Dia menatap pintu yang tertutup itu dan mengerutkan kening. Bagaimana mungkin aku bisa tertipu oleh kebohongan tingkat rendah seperti itu? Dilihat dari penampilannya barusan, sepertinya aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, batinnya.
Memikirkan hal-hal yang telah terjadi pada Chen Youran sebelumnya, Lin Mo'an selalu merasa tidak nyaman. Jadi, dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu. Chen Youran segera menyeka air dari sudut matanya ketika mendengar suara ketukan pintu itu. Dia bangkit dari lantai, menekan tombol lampu di dinding, kemudian membuka pintu.
Lin Mo'an memandangnya dan berkata, "Aku meminta Sekretaris Jia untuk menyelidiki masalah malam itu, tetapi tidak ada yang bisa ditemukan. Tidak peduli apa orang itu memang berniat menyakitimu atau tidak, kamu harus tetap lebih berhati-hati di masa depan."