Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Yang Paling Aku Inginkan adalah Kamu (6)



Yang Paling Aku Inginkan adalah Kamu (6)

0Chen Youran melirik dengan santai dan melihat wajah Ji Jinchuan membeku untuk sementara waktu. Pria itu mungkin memikirkan hal yang sama dengannya. Dia berkata dengan suara rendah, "Ayahmu akan menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu di masa depan."     

"Di masa depan, aku tidak hanya akan ditemani oleh ayahku, tetapi juga Ranran." Ji Nuo berkata dengan gembira.     

Mata Chen Youran berpindah dari wajah Ji Nuo ke Ji Jinchuan. Pria itu batuk sesekali, tetapi Ji Nuo ada di pangkuannya. Pria itu terlihat mencoba menahan agar tidak batuk.     

Dia tidak pernah sakit sebelumnya. Sekarang dia hanya terserang flu, ini sudah beberapa hari, tetapi dia belum pulih sepenuhnya hingga hari ini. Apa daya tahan tubuhnya sangat buruk? Batin Chen Youran.     

Melihat wajah tampan Ji Jinchuan, Chen Youran memikirkan apa yang dikatakan Xiao Cheng. Pandangannya berangsur-angsur kabur.     

Baik saat di penjara atau setelah dibebaskan dari penjara, dikombinasikan dengan upaya Ji Jinchuan untuk mengambil Ji Nuo selama perceraian, Chen Youran terus berpikir bahwa Ji Jinchuan menikahinya hanya karena anak itu. Namun, setelah mendengar kata-kata Xiao Cheng hari ini, dia tiba-tiba menjadi tidak yakin.     

Seperti yang dikatakan Xiao Cheng, jika Ji Jinchuan benar-benar menginginkan anak, entah berapa banyak wanita yang mau melahirkan anak untuknya. Dan lagi, Ji Jinchuan pernah membunuh anak laki-laki yang sudah berusia 5 bulan di kandungan seorang wanita. Chen Youran pun tiba-tiba menjadi bingung.     

Ji Jinchuan memperhatikan bahwa Chen Youran menatap dirinya dan menoleh ke arahnya. Ekspresi linglung melintas di wajah cantik itu. Dia menatapnya sejenak dan bertanya, "Apa yang salah?"     

Chen Youran tanpa sadar mengeluarkan kalimat, "Apa yang kamu inginkan?"     

Mendengar ini, mata hitam Ji Jinchuan tampak sedikit dalam. Dia mengangkat Ji Nuo dari tubuhnya dan melirik Bibi Wu. Bibi Wu mengerti maksud tatapannya dan berkata, "Tuan Kecil, ayo kita kembali ke kamar."     

Namun, Ji Nuo menolak, "Tidak, aku ingin menonton televisi dengan ayah dan juga Ranran."     

Teriakan Ji Nuo yang mengatakan 'tidak' cukup keras dan menarik Chen Youran kembali ke pikirannya. Dia menatap bocah kecil yang cemberut terhadap Ji Jinchuan dan berkata, "Anak baik kenapa cemberut begitu?"     

"Ayah tidak mengizinkan aku menonton televisi." Mulut kecil Ji Nuo berkerut dan matanya berkedip beberapa kali.     

Chen Youran melirik jam di dinding dan kembali menatap wajah si kecil. Dia berkata, "Anak-anak hanya bisa menonton televisi selama satu jam setiap hari. Sekarang sudah hampir satu jam berlalu. Sudah waktunya untuk kembali ke kamar dan tidur."     

"Tapi, aku masih ingin melihatnya sebentar lagi," kata Ji Nuo.     

"Anak yang baik harus patuh." Wajah Chen Youran tampak hangat dan lembut.     

"Baiklah." Ji Nuo pun hanya bisa pasrah. Dia pergi untuk meraih tangan Bibi Wu. Dan Bibi Wu pun membawanya ke lantai atas.     

Chen Youran mengambil tasnya dan hendak pergi. Begitu dia bangkit, Ji Jinchuan meraih pergelangan tangannya. Ji Jinchuan menariknya hingga Chen Youran jatuh ke pelukannya. Dahi Chen Youran menyentuh dagu Ji Jinchuan. Chen Youran dapat mendengar dengungan teredam dari kepalanya.     

Chen Youran lalu menopang di dada Ji Jinchuan dan mencoba untuk bangun. Namun, tubuhnya diikat erat oleh pria itu. Lengan kuat pria itu seperti tanaman merambat yang melilit pinggangnya. Melihat ini, dua pelayan lainnya pergi dengan sadar.     

"Apa yang kamu inginkan?" Wajah Chen Youran menjadi dingin.     

Ji Jinchuan mengangkat tangan kanannya untuk memegang dengan lembut rahang Chen Youran dan sedikit mengangkatnya. Dia membiarkan wanita itu melihat dirinya. Dia kemudian berkata, "Kamu barusan bertanya apa yang aku inginkan?"     

Chen Youran sedikit mengernyit dan ingat bahwa dia sepertinya baru saja mengatakan kalimat tersebut. Bagaimana aku bisa begitu bodoh untuk mengatakan apa yang aku pikirkan? Gumamnya dalam hati.     

"Lepaskan aku dulu," kata Chen Youran sambil sedikit memberontak.     

Posisi kedua orang itu sangat dekat satu sama lain. Napas yang mereka embuskan menembus kulit satu sama lain hingga ke dalam tubuh mereka masing-masing. Ji Jinchuan mencondongkan tubuh ke depan dan mendekati telinga Chen Youran.      

Udara panas memercik pada posisi paling sensitif di samping telinga Chen Youran. Seluruh tubuhnya pun menjadi tegang. Napas Ji Jinchuan memenuhi sekitar hidungnya dan dengan erat mengelilinginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.