Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia Sangat Berhati-hati (4)



Dia Sangat Berhati-hati (4)

0Chen Youran memandang Bibi Wu dan berkata dengan nada dingin, "Apa tidak lelah membawa begitu banyak barang?"     

Bibi Wu menurunkan pandangan matanya dan menjawab dengan lancar, "Apa kedatangan kami mengganggu Anda? Tuan Kecil merindukan Anda, jadi dia merengek untuk bertemu."     

"Apa dia yang ingin datang atau ada seseorang yang memintamu untuk datang?" Wajah Chen Youran tampak pucat dan dingin.     

Sebelum Bibi Wu berbicara, Ji Nuo berlari ke depan dan memeluk kaki Chen Youran. Dia mengenakan topi beludru di kepalanya. Topi itu memiliki dua bola bundar yang tampak seperti telinga di atasnya. Dia kemudian berkata dengan lembut, "Ranran, aku merindukanmu. Aku memohon untuk waktu yang lama agar Nenek Wu mau membawaku ke sini."     

Melihat sikap genitnya, walaupun mengetahui Ji Nuo sedang berbohong, tetapi Chen Youran tidak bisa marah. Dia mencondongkan tubuh ke samping dan berkata, "Ayo, masuklah…"     

Ji Nuo pun melangkahkan kakinya setengah melompat ke ruang tamu, sementara Bibi Wu mengikutinya. Dia membawa barang-barang ke dapur, mencuci beberapa buah yang dibawanya, dan memasukkan sisanya ke dalam lemari es bersamaan dengan makanan bernutrisi lainnya. Sementara itu, Chen Youran menurunkan ransel kecil Ji Nuo dan meletakkannya di samping.     

Bibi Wu keluar dari dapur dan meletakkan buah di atas meja teh. Setelah itu, dia berkata, "Nona Chen, saya akan membeli sayuran dan memasak."     

Sekarang ini hampir tiba waktunya makan malam dan kepalanya masih sedikit sakit sehingga Chen Youran tidak bisa memasak. Ada Ji Nuo bersamanya saat ini, dia pun tidak ingin membuatnya merasa lapar. Tanpa mengatakan apa-apa, dia kembali ke kamarnya dan mengambil dompet. Dia lalu mengambil sejumlah uang dari dalam dompet dan memberikannya kepada Bibi Wu.     

"Tidak usah, Nona Chen. Saya ada uang," ucap Bibi Wu sambil melambaikan tangan.     

"Dia sangat berhati-hati. Dia bahkan memberimu uang untuk membeli sayuran." Chen Youran melengkungkan bibirnya dan tersenyum dingin.     

Napas Bibi Wu tertahan. Dia terpaksa mengambil alih uang itu dengan ragu. Matanya melirik raut wajah Chen Youran yang tampak tenang. Melihat raut wajah itu, dia menghela napas lega, kemudian keluar dari rumah tersebut.     

Chen Youran menyalakan televisi dan memindahkan saluran ke program anak-anak, agar Ji Nuo yang ada di sampingnya dapat menontonnya. Dia lalu bertanya, "Nuonuo, katakan padaku dengan jujur, apa kamu benar-benar merindukanku dan ingin melihatku?"     

Mata Ji Nuo melayang ke sana kemari. Dia menjawab tanpa menatap Chen Youran, "Iya..."     

"Pembohong akan memiliki hidung yang panjang," kata Chen Youran yang bersandar di sofa. "Dan aku tidak suka anak-anak yang suka berbohong."     

Ji Nuo menggoyangkan jarinya dan menjelaskan dengan jujur, "Nenek Wu ingin membawaku menemuimu."     

Jika tebakan Chen Youran benar, Ji Jinchuan lah yang meminta Bibi Wu untuk datang. Akan tetapi, Ji Jinchuan takut dia akan marah, jadi Bibi Wu membawa Ji Nuo bersamanya.     

"Di mana ayahmu?" tanya Chen Youran.     

Saat ini, sudah seminggu sejak Ji Nuo keluar dari rumah sakit. Wajahnya pun berangsur-angsur pulih dari penampilannya yang lemah sebelumnya. Dia tidak lagi tampak sakit-sakitan dan pucat.     

Mata Ji Nuo melirik pada Chen Youran. Melihat bahwa wanita itu tidak marah, dia menjawab, "Ayah sedang bekerja."     

Chen Youran sedikit mengernyit. Dia sangat sakit kemarin. Dia bahkan tidak mengambil cuti? Batinnya.     

"Apa dia sibuk setiap hari?" Chen Youran kembali bertanya.     

Ji Nuo mengangguk dan menjawab, "Dia sangat sibuk sehingga dia bahkan tidak pergi ke pertemuan orang tua untukku. Paman Kedua yang pergi. Orang-orang bahkan mengira aku adalah putra Paman Kedua."     

"Apa dia pernah pergi ke rumah sakit karena penyakit perut?" Ekspresi wajah Chen Youran menjadi gelap. Sorot matanya juga tampak gelap, dalam, dan dingin.     

"Berkali-kali," jawab Ji Nuo. Dia berbohong sebelumnya dan Chen Youran tidak suka anak yang suka berbohong. Jadi, sekarang tidak peduli apa yang ditanyakan, dia menjawab dengan jujur. "Suatu kali, dia pernah menginap di rumah sakit selama seminggu. Kakek dan nenek sudah menyarankan agar ayah mengutamakan kesehatan tubuhnya."     

"Dia…" Chen Youran menekan bibirnya dengan keras sehingga menjadi sedikit putih. "Kenapa dia bisa begitu?"     

"Aku mendengarnya sekali, sepertinya itu karena ibuku," ucap Ji Nuo. Setelah itu, dia menatap Chen Youran. Apa Ranran akan marah ketika aku menyebut ibuku? Bagaimana kalau dia marah dan tidak mau menikahi ayahku? Gumamnya dalam hati.     

Mendengar ini, Chen Youran terdiam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.