Dia Sangat Mencintainya (7)
Dia Sangat Mencintainya (7)
Bibi Wu mengambil disinfektan dari kotak obat dan memberikannya padanya. Ji Jinchuan pertama-tama mengobati luka di dahi Chen Youran, kemudian luka di kakinya. Sementara itu, Bibi Wu berdiri dan mencoba membantu, tetapi dia tidak bisa langsung mengambil alih. Dia hanya memberikan apa yang diminta ketika Ji Jinchuan membutuhkan sesuatu.
Setelah selesai membalut luka Chen Youran, Ji Jinchuan membungkus tubuh wanita itu dengan selimut dan mengangkatnya. Bibi Wu pun dengan cepat mengganti seprai.
Ji Jinchuan meletakkan wanita di lengannya di tempat tidur lagi. Dia bergerak dengan hati-hati karena takut menyakitinya. Kemudian, dia pergi ke lemari dan membukanya. Ada setengah pakaian pria dan setengah pakaian wanita di dalamnya.
Ji Jinchuan mengambil piyama musim dingin dari bagian pakaian wanita dan membawanya ke tempat tidur. Setelah memakaikannya di tubuh Chen Youran, dia menutupi tubuhnya dengan selimut dan menyalakan pemanas ruangan.
Setelah Ji Jinchuan menyelesaikan pekerjaannya, Bibi Wu berkata, "Tuan Muda, Anda juga harus bergegas mengganti pakaian Anda. Hati-hati, jangan sampai masuk angin."
Seolah tidak mendengarnya, Ji Jinchuan mengeluarkan alat pengering rambut dari laci. Dia berjalan mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Setelah menghubungkannya ke stop kontak, dia mengeringkan rambut Chen Youran sedikit demi sedikit.
"Telepon Dokter Huang lagi."
"Saya akan pergi sekarang." Bibi Wu pun keluar dari ruangan.
Setelah Ji Jinchuan selesai mengeringkan rambut Chen Youran dan sebelum Bibi Wu kembali, dia mengambil pakaian kering, membawanya ke kamar mandi, dan mengguyur tubuhnya menggunakan air hangat dengan cepat.
Bibi Wu baru saja mendorong pintu dengan membawa secangkir air rebusan jahe di tangannya yang masih hangat ketika Ji Jinchuan keluar dari kamar mandi. Dia berkata, "Tuan Muda, minum ini untuk mencegah flu."
"Bibi taruh saja dulu," ujar Ji Jinchuan sambil menyeka rambutnya dengan santai menggunakan handuk.
"Minumlah selagi hangat," balas Bibi Wu. Dia lalu menghela napas berat. Kalau saja dia bisa memiliki setengah dari kasih sayangnya pada Chen Youran untuk dirinya sendiri… Batinnya.
Ji Jinchuan melemparkan handuk ke samping dan mengambil cangkir yang Bibi Wu berikan padanya. Air rebusan jahe itu masih sangat hangat. Dia menyesapnya sebanyak dua tegukan dan meletakkannya lagi.
"Apa ada yang lain?"
Bibi Wu tahu apa yang akan Ji Jinchuan katakan. Dia lalu berkata, "Saya sudah menyimpan bagian Nona Chen untuk diberikan kepadanya."
Ji Jinchuan menganggukkan kepala. Rambut hitamnya tampak berantakan karena diusap sembarangan olehnya barusan tanpa melihatnya. Mungkin karena dia terkena hujan, sudut bibirnya sedikit pucat.
"Apa bibi sudah menelepon Dokter Huang?"
"Sudah, dia dalam perjalanan ke sini. Tapi, hujannya sangat deras sehingga mungkin akan sedikit terlambat."
Tirai pada jendela tidak ditutup, derai hujan badai di luar sana terdengar seperti drum. Beberapa tetes hujan mengalir ke jendela kaca seperti uap air. Ji Jinchuan berdiri di ujung tempat tidur, menatap Chen Youran yang terbaring di atasnya. Hatinya yang kebingungan tadi berangsur-angsur menjadi tenang.
Melihat Chen Youran terluka, Ji Jinchuan menjadi sangat panik. Jadi, ketika dia pertama kali memeriksa lukanya, dia tidak menyadari bahwa tidak ada tanda ciuman di tubuh wanita itu. Kemudian, dia memperhatikan hal tersebut ketika dia membatu wanita itu mengenakan piyama. Jadi, hari ini saat Ji Nuo menelepon Chen Youran dan Lin Mo'an mengatakan bahwa wanita itu masih tidur karena terlalu lelah, dia memiliki dugaan yang salah atas alasan kelelahannya.
Ji Jinchuan tahu bahwa Chen Youran adalah istri Lin Mo'an sekarang. Tidak peduli apa yang mereka lakukan, itu seharusnya adalah hal yang normal. Namun, selama dia berpikir bahwa Chen Youran berada di bawah pria lain, dia akan menjadi gila dan ingin merobek Lin Mo'an. Ternyata, dia sangat mencintainya sampai-sampai hanya ingin wanita itu menjadi miliknya secara jiwa dan raga.
Bibi Wu menatap Ji Jinchuan, kemudian beralih melirik Chen Youran. Dia membawakannya air rebusan jahe dengan suhu yang sesuai dan meletakkannya di atas meja. Setelah Ji Jinchuan selesai minum, dia mengambil cangkir kosong itu dan berjalan pergi.
Ji Jinchuan melangkah maju dengan langkah kaki kaku. Dia duduk di tepi tempat tidur dan matanya terus tertuju pada wajah Chen Youran. Beberapa menit kemudian, pandangannya jatuh di bibir wanita itu yang pucat. Dia membungkuk dan dengan lembut menciumnya.
Ji Jinchuan hanya menyentuh bibir Chen Youran dengan bibirnya dan kembali menarik diri. Dia tidak memanfaatkan keadaan, apalagi memiliki nafsu untuk bercinta dengannya. Ciuman yang diberikannya barusan itu sangat lembut dan suci, seolah dia ingin menuangkan semua perasaan dan kelembutannya ke dalamnya.