Dia Tidak Akan Percaya (5)
Dia Tidak Akan Percaya (5)
Zhou Hong mengangguk dan menjawab, "Aku dengar sesuatu terjadi padanya, jadi aku datang untuk menjenguknya. Apa kamu juga datang untuk menemuinya?"
"Tidak." Chen Youran menjawab dengan lemah.
***
Saat pintu kamar pasien ditutup, ekspresi di wajah Ji Jinchuan menjadi dingin dan sunyi. Dia meletakkan kotak makan siang di atas meja dan membawa kotak rokoknya ke balkon.
Fang Yaqing berbisik lembut kepada Fang Sitong, "Kamu makanlah dengan tenang. Ibu akan pergi untuk berbicara dengan paman dulu."
Fang Yaqing pun bangkit dan berjalan ke balkon. Dia melihat Ji Jinchuan merokok dengan menyandarkan tubuhnya pada pagar di balkon itu. Wajah pria itu tampak dipenuhi dengan lapisan depresi. Terlihat dari gestur tubuhnya saat merokok, pria itu tampak sangat kesepian.
"Apa kamu tidak memberitahunya apa yang terjadi saat itu?" tanya Fang Yaqing.
Pupil gelap Ji Jinchuan menyembunyikan kemarahan yang dalam. Suaranya yang rendah terdengar serak juga frustrasi, "Tidak ada gunanya mengatakannya, dia tidak akan memercayainya."
Hal itu sama seperti ketika Ji Jinchuan mengatakan kepada Chen Youran bahwa dia hanya mencintainya. Namun, wanita itu malah menganggap seolah sedang mendengarkan lelucon.
***
Ketika Ji Nuo bangun, hari sudah senja. Fang Yaqing dan Fang Sitong sudah pulang. Di kamar pasien itu, selain Chen Youran dan Ji Jinchuan, ada Ji Shaoheng.
Ji Shaoheng datang sebelum makan malam karena disuruh oleh Ji Yangkun dan Xie Suling. Ketika datang, dia melihat ada makanan, tetapi masih utuh. Tutup bekal pengawet panas sama sekali belum dibuka.
Setelah Ji Nuo bangun, dia memanggil ayahnya. Ji Jinchuan pun melangkah maju dengan cepat dan hendak duduk di tepi tempat tidur pasien. Chen Youran, yang akan tertidur, bergerak lebih cepat dari Ji Jinchuan.
Chen Youran mendekat ke tempat tidur pasien dan menatap Ji Nuo yang sudah bangun. Matanya dipenuhi kabut kegembiraan dan air mata, tetapi dia perlahan-lahan menekannya. Mata hitamnya tampak jernih.
"Nuonuo…" panggil Chen Youran.
"Ranran…" Ji Nuo menyeringai padanya.
"Aku di sini." Chen Youran menganggukkan kepala.
Melihat Ji Nuo telah bangun, Ji Shaoheng pergi ke balkon untuk menelepon kediaman utama Keluarga Ji. Telepon dijawab oleh pengurus rumah, kemudian dialihkan ke tangan Xie Suling. Mendengar Ji Nuo sudah bangun, Xie Suling sangat bersemangat. Dia bahkan tidak menutup telepon dan langsung meminta pengurus rumah untuk bergegas menyiapkan mobil.
"Bu, ini sudah larut. Tolong istirahat dan datang ke rumah sakit besok saja," ujar Ji Shaoheng.
Ji Shaoheng mencoba membujuk Xie Suling. Alasan pertama adalah karena dia merasa bahwa orang tuanya sudah cukup tua untuk pergi saat larut malam. Alasan kedua adalah karena Chen Youran masih di sini. Sementara itu, Xie Suling tidak ingin melihat Chen Youran. Itu terlihat jelas bagi semua orang. Jika bukan karena Ji Nuo yang melekat pada Chen Youran, Xie Suling pasti tidak akan membiarkannya melihat Ji Nuo.
Ketika kembali ke kamar pasien, Ji Shaoheng melihat Ji Jinchuan dan Chen Youran mengelilingi tempat tidur pasien. Ji Jinchuan berdiri di ujung tempat tidur menghadap mereka. Dia tiba-tiba melihat tangan kiri Ji Jinchuan yang memegang perutnya. Wajahnya tampak seputih kertas dan seluruh tubuhnya hampir tidak stabil. Dia membungkuk dan melengkungkan tubuhnya. Sementara itu, tangannya yang lain berpegangan pada rangka besi tempat tidur pasien.
"Kakak!" Ji Shaoheng melangkah maju dengan cepat.
Chen Youran sedang memberi Ji Nuo makan bubur. Mendengar teriakan Ji Shaoheng yang tidak biasa, dia menoleh ke belakang dan melihat ekspresi Ji Jinchuan yang tampak kesakitan. Wajah pria itu seputih salju dan keringat dingin tipis memenuhi dahinya. Tanpa sadar dia berdiri, memikirkan sesuatu setelah mengambil langkah, dia menarik kembali kakinya.
Ji Shaoheng berjalan cepat ke Ji Jinchuan. Dia memegangi tubuh kakaknya yang gemetar dan kesakitan. Dia lalu bertanya, "Apa kamu sudah makan siang?"
Ji Jinchuan hanya menggigit bibirnya. Keringat dingin di dahinya menjadi semakin padat dan bagian belakang pakaiannya basah oleh keringat itu.
Ji Shaoheng membantu Ji Jinchuan berjalan dan berbaring di tempat tidur pasien lain milik Fang Sitong tadi. Melihat ekspresi kesakitan yang teramat sangat pada wajah Ji Jinchuan, dia tidak bisa menahan kemarahannya, dia pun membentak, "Kalau kamu terus seperti ini, kamu akan mati cepat atau lambat!"