Dia Masih Peduli Padanya (3)
Dia Masih Peduli Padanya (3)
Mendengar dari kata-kata Chen Youran, Xiao Cheng menyadari bahwa Ji Jinchuan belum makan. Jadi, dia meletakkan kembali cangkir air dan obatnya lalu berkata, "Aku akan membelikannya makan sekarang."
"Ada bubur di wadah bekal pengawet panas," tutur Chen Youran.
Xiao Cheng kemudian menuangkan semangkuk bubur dan memberi Ji Jinchuan sedikit. Setengah jam kemudian, dia memberikan obat untuknya. Ji Jinchuan pun secara bertahap tertidur.
Melihat bahwa dirinya sudah tidak memiliki urusan lagi, Xiao Cheng berkata, "Tuan Muda Kedua, kalau tidak ada yang bisa saya lakukan, saya akan pergi dulu."
Kamu seharusnya tidak usah datang, kata Ji Shaoheng mengutuk dalam hati.
"Pergilah," balas Ji Shaoheng.
"Dokumen di atas meja sangat penting dan perlu ditinjau oleh Presiden Ji secara pribadi. Saya akan mengambilnya besok pagi. Tolong beri tahu Presiden Ji," tutur Xiao Cheng meninggalkan pesan.
"Aku tahu." Ji Shaoheng melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar Xiao Cheng bergegas pergi. Dia merasa terganggu oleh suara itu.
Chen Youran melirik pria dewasa yang terbaring di tempat tidur pasien di sebelah Ji Nuo. Meskipun pria itu tidak tampak kesakitan seperti tadi, tetapi alisnya masih berkerut. Dia tiba-tiba merasa sedikit beruntung. Untungnya Nuonuo lebih sering bersama Ji Shaoheng dan Xie Suling. Ji Jinchuan bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana dia bisa merawat seorang anak? Batinnya.
Tubuh Ji Nuo masih sangat lemah dan dia segera tertidur. Chen Youran tidak pergi sampai anaknya itu tertidur. Malam itu, Ji Shaoheng tinggal di rumah sakit untuk merawat ayah dan anaknya sekaligus.
***
Setelah tinggal di rumah sakit selama setengah bulan, Ji Nuo akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit dan pulang. Pada hari itu, semua orang datang ke rumah sakit.
"Ranran, aku akan pergi ke rumahmu untuk menemuimu besok," kata Ji Nuo yang meraih ujung pakaian Chen Youran.
Chen Youran melepaskan pakaian pasien yang masih dikenakan Ji Nuo dan menggantinya dengan pakaiannya sendiri. Dia kemudian membalas, "Tubuhmu belum sepenuhnya sehat. Kamu harus istirahat dengan baik ketika kamu pulang."
"Ranran, aku sudah lama tidak melihatmu." Ji Nuo tampak cemberut.
"Aku bisa mengunjungimu di rumahmu," tutur Chen Youran tanpa sadar. Kemudian, dia sendiri tercengang.
Sebelum Chen Youran bisa mengubah kata-kata yang baru saja diucapkannya, dia mendengar Ji Nuo bertepuk tangan dan berkata dengan gembira, "Baiklah, kamu harus datang."
Semua orang di kamar pasien pun memandang mereka. Xie Suling dan Ji Yangkun memiliki ekspresi kompleks di wajah mereka, sementara bibir Ji Jinchuan terlihat melengkung.
Su Ning, yang merasa seolah dilupakan, mengambil kesempatan untuk menunjukkan keberadaannya dengan berkata, "Nuonuo, Bibi Su juga akan mengunjungimu."
Wajah Ji Nuo seolah menuliskan kalimat, 'Aku tidak suka padamu'. Dia melengkungkan bibirnya dan berkata, "Aku hanya ingin Ranran yang mengunjungiku."
Senyum di wajah Su Ning membeku, tapi itu tidak terlalu jelas. Dia masih tersenyum lembut dan berkata, "Bibi Su akan membawakanmu banyak makan yang lezat dan mainan yang menarik."
Ji Nuo tidak tertarik dengan rayuan Su Ning, dia kembali membalas, "Bukan hanya ayah dan Paman Kedua yang akan membelikannya untukku, tetapi Ranran juga akan membelikannya."
Senyum di wajah Su Ning tidak bisa dipaksakan lagi. Dia menyematkan rambutnya yang terurai di dadanya ke belakang telinganya. Dia tersenyum canggung dan berdiri di samping Xie Suling.
Setelah itu, Ji Nuo berkata kepada Fang Sitong, "Tongtong, kamu juga harus mengunjungiku."
"Oke." Fang Sitong mengangguk.
Mendengar percakapan ini, ekspresi setiap orang sangat kompleks, termasuk Chen Youran. Dia melirik Fang Sitong dan hatinya sangat tidak senang.
Setelah Ji Shaoheng pergi untuk menjalani prosedur pemulangan, dia mengemasi barang-barang dan bersiap untuk pergi. Ji Jinchuan kemudian berniat menggendong Ji Nuo, tetapi anaknya itu segera menolak, "Aku ingin Ranran yang menggendongku."
Tiba-tiba, Su Ning berjalan maju dan berkata sambil tersenyum, "Nuonuo, maukah kamu digendong oleh Bibi Su?"
"Kenapa kamu ada di mana-mana?" Ji Nuo memelototinya dengan pandangan sedikit kesal.
Xie Suling langsung memarahinya, "Nuo Bao, jangan kasar begitu!"
Air yang memenuhi mata Ji Nuo yang sudah siap untuk jatuh. Mulutnya yang berkerut menunjukkan bahwa dia hampir menangis. Dia mengeluh, "Nenek, kamu kejam padaku."