Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia Sangat Mencintainya (1)



Dia Sangat Mencintainya (1)

2Keesokan harinya…     

Chen Youran bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuh. Dia merasa sangat nyaman. Ini adalah tidur paling nyaman yang dia rasakan di beberapa hari terakhir ini. Dia bangun dan turun dari tempat tidur. Setelah mandi, dia keluar dari kamar. Lin Mo'an masih membaca buku di sofa, sama seperti kemarin.     

"Kamu tidak begadang semalaman, kan?" tanya Chen Youran dengan curiga.     

Lin Mo'an mengangkat lengannya yang menggunakan jam tangan. Chen Youran pun melangkah maju dan melihat lengannya. Ketika dia melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum jam, dia pikir kesadarannya belum pulih sepenuhnya karena baru bangun tidur. Dia menggelengkan kepalanya dan melihat jam itu lagi. Jarum jam masih dalam posisi yang sama. Dia menggosok matanya dan hasilnya masih sama. Ternyata ini sudah jam satu siang.      

Chen Youran menepuk dahinya dengan keras. Dia tidak bangun hingga siang hari. Dia sangat heran dengan dirinya sendiri.     

"Kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanya Chen Youran.     

"Akhir-akhir ini, kamu terlalu lelah dan kamu kurang tidur. Kamu bahkan tidak pernah tidur siang. Tidak ada salahnya kalau hari ini kamu bangun begitu siang," jawab Lin Mo'an yang menarik tangannya. Dia tampak sangat santai dengan pakaian rumahnya.     

"Makanannya ada di laci penyimpanan," tambah Lin Mo'an.     

"Aku akan menelepon Nuonuo dulu," kata Chen Youran. Kali ini, dia akan terlambat datang. Dia khawatir si kecil diam-diam akan menyelinap untuk keluar rumah lagi.     

"Dia sudah meneleponmu. Aku sudah bilang padanya kamu akan datang nanti," tutur Lin Mo'an.     

Setelah membuat sarapan di pagi hari, Lin Mo'an tidak kunjung melihat Chen Youran bangun, jadi dia pergi ke kamarnya untuk melihatnya. Wanita itu ternyata sedang tidur nyenyak. Memikirkan teman baiknya itu yang bolak-balik ke perusahaan dan rumah sakit selama akhir-akhir ini, dia berpikir bahwa Chen Youran benar-benar lelah, dia pun memilih untuk tidak membangunkannya.     

Lin Mo'an mengambil ponsel yang ditaruh Chen Youran di meja samping tempat tidur dan mengaturnya ke mode mute. Ketika dia menemukan bahwa ponselnya akan mati secara otomatis karena kehabisan daya, dia membawa ponsel itu ke ruang tamu untuk mengisinya.     

Sekitar pukul 11 siang, Ji Nuo menelepon. Awalnya, Lin Mo'an tidak berencana untuk menjawab. Tetapi, setelah panggilan pertama tertutup otomatis, kurang dari satu menit kemudian, ponsel berdering lagi, Ji Nuo kembali menelepon.     

Takut ada sesuatu yang mendesak, Lin Mo'an akhirnya menghubungkan telepon dengan ragu-ragu. Ji Nuo membuka mulut dan berteriak 'Ranran' begitu telepon tersambung. Si kecil juga bertanya kapan Chen Youran akan datang ke rumahnya.     

"Dia masih tidur. Mungkin dia akan terlambat menemuimu," tutur Lin Mo'an.     

Ji Nuo mendengar suara Lin Mo'an dan dengan terampil menyapanya, "Paman Lin…"     

 "Yah, Nuonuo yang baik."     

"Saat ini sudah siang, tapi kenapa Ranran belum bangun?" tanya Ji Nuo.     

"Dia terlalu lelah," kata Lin Mo'an dengan suara hangat.     

***     

Setelah sarapan, Ji Nuo menunggu Chen Youran. Namun, wanita itu tak kunjung datang. Dia bertanya pada pria yang sedang membaca koran di sebelahnya, "Ayah, apa Ranran tidak akan datang hari ini?"     

Mata Ji Jinchuan terus tertuju pada koran dan menjawab tanpa mendongakkan kepala, "Kamu bisa meneleponnya."     

Ji Nuo mengangkat lengan kirinya dan memperlihatkan jam tangan digital yang bisa digunakan untuk menelepon di pergelangan tangannya. Ji Shaoheng memberitahunya bahwa ponsel Ji Jinchuan adalah panggilan cepat yang pertama dan dia bisa meneleponnya hanya dengan sekali klik. Sedangkan nomor telepon Chen Youran adalah yang kedua. Jika dia ingin meneleponnya, dia perlu menekannya dua kali.     

Setelah menelepon, tidak ada yang menjawab. Beberapa saat kemudian, telepon tertutup secara otomatis. Dia menatap pria dengan wajah pucat yang sedang membaca koran. Dia berkata, "Ayah, Ranran tidak menjawab teleponku."     

Ji Jinchuan membalik koran dan berkata, "Mungkin dia mengira itu panggilan iseng, jadi dia tidak menjawab."     

Kemarin, Ji Nuo sudah menelepon Chen Youran langsung di depannya dengan jam tangan itu. Dia juga meminta wanita itu untuk menyimpan nomornya. Jadi, dia berkata dengan tegas, "Tidak mungkin."     

"Mungkin dia tidak mendengarnya. Coba telepon lagi," balas Ji Jinchuan. Meskipun dia masih memegang koran di tangannya, tetapi dia tidak membaca sepatah kata pun.     

Ji Nuo dengan ragu-ragu bergumam, "Baiklah…"     

Lalu Ji Nuo menelepon Chen Youran lagi. Kali ini, telepon hanya berdering beberapa detik dan terhubung. Dia pun segera berkata, "Ranran! Kapan kamu akan datang menemuiku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.