Ternyata Mereka Sudah Punya Anak (1)
Ternyata Mereka Sudah Punya Anak (1)
Bibi Zhao melangkah maju dan menepuk bahu Su Ning, "Nona Su..."
Su Ning tidak tidur sampai larut malam sehingga saat ini dia sedang tidur dengan nyenyak. Tadi malam, dia mengenakan pakaian tipis dan tidur dengan posisi duduk di lantai, jadi seluruh tubuhnya meringkuk. Dia mengeluarkan suara gerutu yang menunjukkan bahwa dirinya terganggu. Mata dan alisnya berkerut, tapi tidak ada tanda-tanda dia akan bangun. Melihat hal itu, Bibi Zhao kembali menepuk Su Ning dua kali lagi dan meneriakkan kata 'Nona Su' lebih keras dari sebelumnya.
"Lalat bau menyebalkan…" gumam Su Ning dalam tidurnya dan berbalik. Tapi, dia merasakan bahwa ini bukan tempat tidurnya yang besar. Dia pun jatuh dan tergeletak di lantai dengan benturan di kepalanya, seketika dia terbangun sepenuhnya.
Su Ning memegang kepalanya dengan satu tangan dan menatap Bibi Zhao dengan wajah muram. Kemudian, pandangan matanya bergeser dan jatuh pada Xie Suling, "Bibi…"
Ketika Xie Suling melihat bahwa insiden yang diharapkannya tidak terjadi semalam, dia merasa sedikit marah. Namun, karena di sangat memahami temperamen putranya membuatnya tidak bisa melampiaskannya pada Su Ning. Dia berkata dengan lembut, "Di lantai pasti dingin. Bangunlah…"
Su Ning mengangguk dengan sedih dan berdiri di tepi tempat tidur. Dia berkata dengan terbata-bata, "Bibi, tadi malam Presiden Ji… Dia…"
Melihat kesedihan di wajah Su Ning, Xie Suling melangkah maju untuk memegang tangannya dan menepuknya. Tangannya sangat dingin dan tidak ada suhu hangat sama sekali.
"Bibi tahu kalau kamu telah dianiaya, tetapi pikirkanlah, kesedihan ini hanya sementara. Setelah kamu menikah dengan Keluarga Ji, kesedihan itu tidak akan ada artinya."
Su Ning akhirnya merasa lebih baik. Dia mengangguk dan tersenyum, "Aku tahu itu, bibi…"
***
Ji Jinchuan meninggalkan Teluk Nanhai dan pergi ke perusahaan. Sekitar pukul 8.10, Xiao Cheng memasuki kantor presiden dan melaporkan jadwal hari ini kepadanya. Xiao Cheng melirik pakaian bosnya yang kusut dan menebak bahwa pria itu pasti telah tinggal di rumah sakit sepanjang malam kemarin kemudian langsung datang ke perusahaan tanpa pulang dulu di pagi hari.
Ji Jinchuan menopang dahinya dengan wajah lelah. Lingkaran hitam tercetak di kelopak matanya. Suaranya yang serak dan lemas terdengar, "Apa kamu sudah menemukan donor sumsum tulang belakang yang cocok?"
"Belum." Xiao Cheng menjawab dengan gemetaran.
"Gunakan waktu sebaik mungkin dan lakukan apapun yang kamu bisa untuk menemukannya," tutur Ji Jinchuan sambil bersandar di kursinya dan tidak ada ekspresi di wajahnya yang dingin.
"Baik…" ucap Xiao Cheng pamit undur diri, kemudian meninggalkan kantor Ji Jinchuan.
Setelah beberapa saat, ponsel Ji Jinchuan berdering. Dia tidak melihat siapa yang menelepon dan langsung mengusap layar ponselnya untuk menghubungkannya.
"Ayah, kamu tidak datang ke rumah sakit kemarin. Apa kamu pergi untuk menyewa seorang wanita?"
Ji Jinchuan mengusap dahinya dengan satu tangan. Mendengar suara lembut dan halus Jin Nuo, rasa depresi dalam dirinya berangsur-angsur memudar. Dia berkata dengan suara hangat, "Ayah terlalu lelah tadi malam. Ayah akan pergi ke rumah sakit untuk menemanimu sore hari ini."
"Ayah, tolong jangan berkhianat." Kata-kata dan suara tegas Ji Nuo datang dari ujung telepon.
"Tidak," jawab Ji Jinchuan.
"Kalau kamu menyakiti Ranran, aku akan kabur dari rumah."
"Ji Nuo…" Ji Jinchuan memanggil namanya. Dia dengan sabar menjelaskan bahwa dia tidak melakukan hal yang salah. "Kamu bisa menelepon ke rumah dan bertanya di mana ayah tadi malam. Ayah ada di rumah sepanjang malam. Kalau kamu tidak percaya apa yang dikatakan orang lain, tapi kamu selalu percaya apa yang dikatakan Nenek Wu, kan?"
Ji Nuo duduk di tempat tidur pasien dengan posisi kedua kaki kecilnya yang menyatu, "Tapi, Ranran juga tidak datang tadi malam."
Ji Jinchuan sedikit mengernyit, dia mengangkat tangannya dan menekan bagian tengah alisnya. Dia berkata, "Dia mungkin juga memiliki sesuatu untuk dilakukan."
"Aku khawatir kalau dia pergi berkencan. Jadi, ayah harus sedikit bergegas dan mengejar Ranran sesegera mungkin."
"Hmm." Suara lelah Ji Jinchuan terdengar.
"Kalau tidak, setelah Paman Lin dan Ranran bercerai, dia akan lari dengan pria lain."
"Dia tidak akan melakukan itu," balas Ji Jinchuan dengan santai. Chen Youran bukan orang seperti itu. Kalau tidak, wanita itu pasti sudah akan hidup bersama Gu Jinchen sejak beberapa tahun yang lalu.