Nuo Bao adalah Ji Nuo (2)
Nuo Bao adalah Ji Nuo (2)
Chen Youran menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak ingin dipengaruhi oleh Ji Jinchuan seperti sebelumnya. Selama aku tidak menganggapnya sebagai anakku, dia tidak akan menjadikan Ji Nuo sebagai kelemahanku."
***
Dalam perjalanan pulang, Ji Jinchuan tidak berbicara. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini. Setelah begitu lama hening, Ji Nuo pun merasa bosan. Dia meraih bagian belakang kursi pengemudi dan berbisik, "Paman Xiao, apa ayahku mengalami menopause dini?"
Xiao Cheng terkekeh dan berkata dengan suara yang rendah, "Tuan Kecil, Presiden Ji mungkin terlalu lelah bekerja."
"Dia melakukan pekerjaannya sepanjang hari. Kalau dia tidak kunjung mencari istri, dia akan menjadi bujangan tua," ujar Ji Nuo dengan bergumam.
Kalimat itu bisa didengar oleh Ji Jinchuan. Dia pun sedikit mengernyit dan memanggil anaknya dengan suara yang sedikit kencang, "Ji Nuo!"
Mendengar teriakan ayahnya, Ji Nuo menggigil, seketika wajah kecilnya menjadi cemberut. Dia berkata kepada Xiao Cheng dengan tatapan serius, "Paman Xiao, aku salah mengatakan itu. Ayahku kaya dan tampan, bagaimana mungkin dia menjadi bujangan tua? Dia akan menemukan ibu yang lembut dan cantik untukku, seperti Ranran."
"..." Xiao Cheng hanya terdiam. Dia ingin menangis, tetapi air matanya tidak keluar. Tuan Kecil, jangan menyulitkan aku seperti ini. Tetapi bukankah guru mengajari kalau anak-anak tidak bisa berbohong, batinnya.
"Ji Nuo…" Terdengar suara rendah dan hangat Ji Jinchuan yang terkesan malas.
"Ayah, ke mana kita akan pergi hari ini?" Ji Nuo duduk dengan benar dan tersenyum pada Ji Jinchuan.
Setelah mereka sampai di Teluk Nanhai, Ji Jinchuan langsung memasuki ruang kerja. Sesaat kemudian, pintu ruang kerja didorong terbuka dan tampak sebuah kepala kecil yang menyembul dari pintu.
"Ayah, pinjamkan aku ponselmu. Aku ingin menelepon Ranran."
Ji Jinchuan meliriknya dan bertanya, "Bukannya ada telepon rumah?"
"Aku tidak bisa menggapainya," kata Ji Nuo.
"Ponselku tidak bisa digunakan untuk menelepon." Ji Jinchuan berkata dengan lembut.
Ji Nuo tidak mengerti apa yang Ji Jinchuan katakan dan berkata dengan menyedihkan, "Ayah, berikan saja ponselmu padaku."
Ji Jinchuan mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan meletakkannya di mejanya. Ji Nuo segera berlari dan mengambilnya. Nomor ponsel Chen Youran sudah dihafal olehnya, jadi dia memasukkan nomor itu dan kata 'Youyou' ditampilkan di layar. Dia tercengang dan menatap pria di belakang meja.
"Ayah, kenapa kamu menyimpan telepon Ranran bukan dengan namanya, tetapi dengan nama Youyou?"
Ji Jinchuan meliriknya dengan ringan, "Bagaimana menurut pendapatmu?"
Ji Nuo tidak tahu apa maksud dari gumaman Ji Jinchuan. Dia hanya menekan tombol telepon, namun teleponnya ditolak setelah berdering hanya beberapa detik. Ketika dia menelepon lagi, ada suara wanita otomatis yang menandakan bahwa telepon ditolak lagi. Dia pun tidak menyerah dan terus menelepon.
Ji Jinchuan mengerutkan kening. Tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya. Dengan muka datar, perlahan dia berkata, "Jangan berusaha terlalu keras. Nomor teleponku sepertinya sudah di-block."
"Kenapa begitu?" tanya Ji Nuo yang merasa bingung.
"Sepertinya dia berpikir kalau itu adalah panggilan yang tidak penting," jawab Ji Jinchuan dengan tatapan yang tampak lembut.
Ji Nuo memercayai Ji Jinchuan dan mengembalikan ponselnya kepadanya sambil berkata, "Ayah, aku kembali ke kamarku dulu."
"Nuonuo…" Ji Jinchuan tiba-tiba memanggilnya. Ji Nuo pun menatapnya. Tenggorokan Ji Jinchuan tiba-tiba tercekat, dia berkata dengan suara yang dalam, "Apa kamu merindukan ibumu?"
Mata hitam dan putih Ji Nuo berkedip beberapa kali. Kemudian, dia menundukkan kepalanya, mengatupkan mulut kecilnya dan tidak berbicara. Ji Jinchuan berjalan dengan langkah panjang, keluar dari belakang meja, dan berjongkok di depannya. Dia berbicara sambil memegang bahu putra kecilnya dengan tangannya. Suaranya terdengar halus dan lembut, "Nuonuo, beri tahu Ayah, apa kamu merindukan ibumu?"