Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Pasangan Suami Istri Simbolis (5)



Pasangan Suami Istri Simbolis (5)

3Chen Youran akhirnya kembali ke rumah. Dia pergi untuk mengambil ponsel di atas meja dan mengingat tanggal ketika Nuo Bao terakhir kali menghubungi paman keduanya itu menggunakan ponselnya. Dia pun melihat catatan panggilan tiga hari yang lalu, menemukan nomor telepon tak dikenal yang dihubungi oleh ponselnya, kemudian menekan ikon untuk meneleponnya lagi.     

Setelah beberapa saat, telepon akhirnya terhubung. Tanpa menunggu orang yang ada di seberang telepon berbicara, dia langsung berkata, "Halo, apa Anda Paman Kedua Nuo Bao?"     

Ji Shaoheng dengan sengaja mengubah suaranya dan hanya mengucapkan sepatah kata, "Iya."     

"Maaf, Tuan, Nuo Bao barusan bersamaku, tetapi dia tiba-tiba pergi begitu saja sekarang." Chen Youran berkata dengan suara yang hangat.     

"Aku akan menemukannya. Jangan khawatir…" ucap Ji Shaoheng. Khawatir suaranya akan dikenali oleh Chen Youran, dia pun langsung menutup telepon.     

Chen Youran ingin mengambil kesempatan ini untuk menanggapi Paman Kedua Nuo Bao tentang disiplin. Tetapi, sebelum dia bisa berbicara, pria itu sudah menutup telepon dan terdengar bunyi bip dari ponselnya. Dia pun menjauhkan ponsel dari telinganya, berpikir sejenak, dan memutuskan untuk mengirim pesan teks.     

Meskipun tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan Nuo Bao dan Chen Youran tidak berhak memarahi orang lain yang bermasalah dengan kedisiplinan, tetapi dia menyukai anak itu. Setelah berulang kali dihapus dan dimodifikasi, dia akhirnya berhasil menulis pesan teks. Setelah memastikan bahwa kalimatnya sudah benar, dia menekan ikon kirim.     

Mobil Bentley hitam melaju di jalan utama. Ji Shaoheng melihat anak kecil yang marah di sampingnya dan mengangkat ponselnya, "Ranran-mu sangat mengkhawatirkanmu."     

"Dia masih memiliki sedikit hati nurani," ujar Ji Nuo.     

Alis Ji Shaoheng terangkat. Ekspresi bahagia anak itu sama persis seperti ayahnya. Dia lalu bertanya, "Kamu pergi begitu saja. Apa kamu tidak takut kalau Ranran tidak menyukai perbuatanmu ini?"     

Ji Nuo meremas-remas jarinya, seolah menyadari kesalahannya. Dengan wajah yang sedih, dia meminta bantuan Ji Shaoheng, "Apa yang harus aku lakukan?"     

Tepat pada saat itu, terdengar bunyi notifikasi masuk dari ponsel Ji Shaoheng. Itu adalah nada dari pesan teks masuk yang dikirim oleh Chen Youran. Dia pun menekan ikon baca.     

Chen Youran: 'Mohon maaf sebelumnya, Tuan. Sebenarnya, saya tadi ingin berbicara tentang disiplin yang Anda ajarkan terhadap Nuo Bao. Saya harap Anda tidak marah. Nuo Bao baru berusia 6 tahun. Anda seharusnya tidak mendidiknya dengan pemikiran tentang orang dewasa. Ajarkan dia mengenai dunia anak-anak…'     

Pesan yang tersirat adalah Chen Youran mengungkapkan ketidakpuasannya dengan cara didikan yang diberikan Ji Shaoheng kepada Nuo Bao dan menunjukkan di mana letak kesalahannya dengan jelas. Ji Shaoheng melihat pidato Chen Youran yang panjang dan mengangkat senyum di sudut bibirnya.     

"Paman Kedua, pesan cinta apa yang masuk ke ponselmu?" tanya Ji Nuo yang melihat Ji Shaoheng tersenyum.     

Yan Hao yang berada di kursi pengemudi terkekeh mendengarnya. Sementara Ji Shaoheng mengerutkan alisnya. Dia mengangkat tangannya dan mengelus kepala mungil Ji Nuo, "Dari siapa kamu belajar kata ini?"     

"Dari teman sekelasku, Lu Taiyang." Ji Nuo menjawab dengan sangat cerdik.     

Di sisi lain, setelah mengirim pesan teks, Chen Youran kembali ke kamarnya dan berganti pakaian. Dia keluar untuk melihat ponselnya. Paman Kedua Nu Bao ternyata tidak membalas pesan teksnya. Apa karena aku berbicara terlalu keras, sehingga Paman Kedua Nuo Bao marah? Batinnya.     

Chen Youran membaca pesan teks itu lagi. Dia merasa bahwa bahasa bicaranya sudah sangat santai. Namun, sikap pria itu terlalu seperti anak kecil jika marah dan tidak membalas pesan seperti ini.     

Tiba-tiba, terdengar suara seseorang membuka kunci pintu, lalu kenop pintu berputar. Lin Mo'an mendorong pintu dan masuk ke dalam rumah. Chen Youran segera melangkah maju untuk mengambil laptop dan mantel yang dibawa pria itu. Dia lalu berkata dengan tatapan hangat, "Makanannya sudah siap. Aku hanya menunggumu pulang."     

Ketika Lin Mo'an membungkuk untuk mengganti sepatunya, dia melihat sepasang sandal anak-anak baru di lemari sepatu. Bahkan, labelnya belum dirobek. Dia pun bertanya, "Apa ini untuk anak laki-laki itu?"     

Chen Youran membeli sepatu itu ketika dia pergi berbelanja tadi. Tetapi, dia mungkin tidak akan membutuhkannya lagi di masa depan.     

"Dia datang hari ini." Setelah jeda, Chen Youran menambahkan, "Anak itu sangat lucu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.