Kisah Cintanya Menjadi Menyedihkan
Kisah Cintanya Menjadi Menyedihkan
Chen Youran pun mengambil alis piyama tersebut dan berjalan perlahan ke kamar mandi. Mendengar suara air yang datang dari kamar mandi, wajah Gu Jinchen berangsur-angsur tenggelam dan alisnya menjadi tegang. Kalau itu hanya masalah kecil, Youyou tidak akan menangis dengan begitu sedih. Ketika dia mengatakan tidak punya rumah, dia seperti anak terlantar, begitu tak berdaya, dan putus asa, batinnya.
Ponsel di saku Gu Jincheng tiba-tiba berdering. Itu adalah telepon dari Chen Shuna. Dia segera menghubungkan teleponnya dan meletakkannya di telinganya, "Shuna…"
"Apa kamu sudah menemukannya?" tanya Chen Shuna.
"Iya…" jawab Gu Jinchen dengan suara yang dalam.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Chen Shuna lagi. Ketika meneleponnya tadi, Chen Youran terdengar sedang menangis. Tidak peduli apa yang ditanyakan olehnya, adiknya itu hanya menangis dan tidak menjawab. Dia tidak bisa pergi menemuinya, jadi dia terpaksa meminta Gu Jinchen untuk menjemputnya.
"Dia..." Gu Jinchen melihat ke arah kamar mandi suaranya sedikit linglung, "Tidak terlalu baik."
***
Setengah jam kemudian. Chen Youran keluar dari kamar mandi. Penampilannya tidak menyedihkan seperti sebelumnya ketika selesai membersihkan dirinya. Pipinya sudah kembali memerah karena uap panas dari air hangat. Bibi Wang menyajikan makan malam, namun Chen Youran menggelengkan kepalanya dan duduk di ujung tempat tidur dengan sedih.
"Nona Chen, apa pun yang terjadi, Anda harus lebih terbuka," kata Bibi Wang yang menasihati Chen Youran. Dalam ingatannya, Chen Youran akan selalu menjadi gadis kecil yang naif dan lincah, yang akan memegang tangannya dan bertingkah seperti anak manja.
Chen Youran tidak berbicara sama sekali. Dia hanya diam seperti patung. Bibi Wang yang tidak berdaya menatap Gu Jinchen. Sementara Gu Jinchen lalu memberikan isyarat padanya, Bibi Wang pun dengan sadar meletakkan makan malam di atas meja dan keluar dari ruangan itu.
Pada malam hari, Chen Youran mengalami mimpi buruk. Dia terbangun dan tiba-tiba bangkit dari tidurnya. Saat menoleh, dia melihat sosok Gu Jinchen yang menjaganya di samping tempat tidur. Pria itu tertidur dengan lengan sebagai bantal. Chen Youran membuka selimut, turun dari tempat tidur, dan pergi untuk mengambil tasnya. Kemudian dia mengeluarkan setumpuk benda dari dalamnya, membawa korek api, lalu pergi ke kamar mandi.
Gu Jinchen menyipitkan mata sebentar. Ketika bangun, dia menemukan tidak ada seorang pun di tempat tidur tersebut. Dia pun langsung panik dan hendak keluar dari kamar untuk mencari Chen Youran. Namun saat dia baru saja tiba di pintu, dia mencium aroma benda terbakar. Dia mengikuti aroma tersebut dan pergi ke kamar mandi. Di sana, dia melihat Chen Youran sedang duduk di lantai membakar sesuatu. Nyala api itu berwarna hijau muda.
"Apa yang kamu bakar?" tanya Gu Jinchen.
Chen Youran mengangkat tangannya dan menyeka air mata di wajahnya. Dia menjawab dengan suara rendah, "Bukan apa-apa."
Meskipun Chen Youran memunggungi Gu Jinchen, tindakan menyeka wajahnya terlihat sangat jelas di matanya. Dia melangkah maju dan memperhatikan wajah wanita itu dengan cermat. Seperti yang sudah diduga, wanita itu baru saja menangis dan wajahnya sangat pucat. Dia kemudian meraih foto-foto di tangannya dan melihatnya satu per satu, dengan ekspresi tercengang di wajahnya. Foto itu diambil saat Ji Jinchuan dan Fang Yaqing masuk dan keluar dari hotel. Fang Yaqing tampak mengenakan mantel Ji Jinchuan.
"Siapa wanita ini?" tanya Gu Jinchen sambil mengepalkan jarinya dan meremas foto itu menjadi tak berbentuk.
Chen Youran memeluk lututnya dan menggelengkan kepalanya dengan air mata berlinang. Foto-foto tersebut diberikan kepadanya oleh Ji Shaoheng. Malam kejadian itu, Ji Jinchuan tidak pulang ke rumah dan keesokan paginya, pria itu keluar dari hotel bersama Fang Yaqing. Ketika melihat foto-foto ini, dia tidak percaya pada awalnya. Namun ketika Ji Jinchuan secara pribadi mengakui bahwa bayi di perut Fang Yaqing adalah anaknya, bantahan dan sumpah serapahnya kepada Ji Shaoheng seolah terasa menjadi lelucon. Foto-foto yang dilemparkan ke dalam api telah terbakar dan menjadi tumpukan abu. Lalu beberapa saat kemudian, api secara bertahap padam.