Cinta Lama yang Tak Terlupakan
Cinta Lama yang Tak Terlupakan
Fang Yaqing berjalan ke depannya, memeluk lehernya dan mencium Ji Jinchuan. Kepalanya sedikit miring dan gerakan bibirnya lembut, dia tidak ingin menciumnya dengan terlalu ganas.
Kemudian Ji Jinchuan mendorong tubuh Fang Yaqing menjauh dan menatapnya dengan dingin, "Cukup!"
"Aku sudah berdandan seperti ini, tapi kenapa kamu masih tidak menginginkan aku? Apa aku tidak cukup cantik? Atau apa aku tidak cukup menarik?" tanya Fang Yaqing. Rona darah di wajahnya memudar sedikit demi sedikit.
"Aku sudah berjanji, hal seperti kemarin itu tidak akan terjadi lagi, jadi kamu tidak perlu melakukannya."
Fang Yaqing menertawakan dirinya sendiri dengan senyum sedih dan masam. Dia menjatuhkan diri ke bawah wastafel dan duduk di lantai. Kepalanya terkubur di tangannya dan dia mulai terisak.
Saat Fang Yaqing menjatuhkan diri ke lantai, ada seberkas cahaya lampu yang menyinari dadanya. Ji Jinchuan tidak membuang muka kali ini, tetapi pandangan matanya jatuh ke tempat lain, dia berkata, "Kamu istirahat saja yang baik."
Chen Youran sejak tadi membujuk Ji Nuo untuk tidur. Dia baru saja keluar dari kamar bayi setelah berhasil, kebetulan dia melihat Ji Jinchuan keluar dari kamar Fang Yaqing. Keduanya pun tercengang.
"Apa Nuonuo sudah tidur?" tanya Ji Jinchuan yang melangkah mendekatinya.
"Iya..." jawab Chen Youran. Pakaiannya di bagian dadanya basah karena memandikan Ji Nuo, sehingga melekat pada tubuhnya dan menunjukkan lekukan yang indah. "Apa yang kamu lakukan di kamar Yaqing?"
"Keran air di kamarnya rusak."
"Oh," jawab Chen Youran.
Ji Jinchuan kemudian merangkul bahu Chen Youran dan mereka kembali ke kamar untuk beristirahat.
***
Setelah diantar-jemput oleh Ji Jinchuan selama seminggu, Chen Youran bersikeras untuk pergi dan pulang sendiri dari tempat kerja. Ji Jinchuan tidak bisa mengalahkan argumen istrinya dan hanya bisa mengalah. Namun keesokan harinya, begitu keluar dari kantor Majalah Hongze, Chen Youran melihat Bentley hitam terparkir di pinggir jalan. Dia membalikkan badan untuk pergi, tetapi langsung dihentikan oleh Yan Hao.
"Nyonya Muda, Anda tidak perlu gugup. Tuan Muda Kedua hanya ingin mengatakan beberapa patah kata kepada Anda," ucap Yan Hao.
"Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan padanya." Chen Youran berkata dengan dingin.
"Nyonya Muda, jangan mengambil kesimpulan begitu cepat. Anda akan tertarik dengan apa yang ingin dikatakan oleh Tuan Muda Kedua kepada Anda," balas Yan Hao lagi.
***
Ji Jinchuan memasuki sebuah tempat minum teh dan pergi ke bilik pribadi di bawah bimbingan pelayan. Yan Hao berdiri di luar salah satu bilik pribadi. Ketika melihat Jo Jinchuan datang, dia menyapanya dengan hormat dan membukakan pintu untuknya. Ji Jinchuan pun masuk ke dalam bilik itu dan melihat Ji Shaoheng yang duduk di tatami (Semacam tikar yang berasal dari Jepang, yang dibuat secara tradisional), sedang menikmati teh yang harum dengan santai.
"Duduklah..." Ji Shaoheng melirik Ji Jinchuan dan mengangkat tangannya untuk menunjukkan posisi di seberangnya.
Ji Jinchuan berjalan mendekat dan duduk di seberangnya. Ji Shaoheng kemudian mengambil teko dan menuangkan secangkir teh untuknya, "Aku rasa kakak pasti sudah apa menebak tujuanku ingin menemuimu hari ini."
"Aku bukan cacing pita yang ada di perutmu. Aku tidak bisa menebak apa yang kamu pikirkan." Ekspresi di wajah Ji Jinchuan sangat tenang.
Ji Shaoheng meletakkan teko dan tersenyum, dia berkata, "Yaqing adalah istriku. Tolong kembalikan dia kepadaku."
"Tidak bisa," jawab Ji Jinchuan tanpa berpikir.
Jawaban Ji Jinchuan sesuai dengan tebakan Ji Shaoheng, jadi ia tidak terkejut sama sekali. Dia kemudian berkata, "Kakak membuat adik iparmu sendiri tinggal satu atap bersama istri dan anaknya. Apa kakak tidak takut ditertawakan oleh orang lain?"
Ji Jinchuan menyesap teh di cangkirnya dan berkata dengan tenang, "Perilakumu termasuk dalam kekerasan dalam rumah tangga. Sebagai kakak laki-laki, aku berhak mengatur keharmonisan keluarga."
"Itu berarti kakak telah memutuskan hubungan antara aku dan Yaqing sebagai suami istri." Wajah Ji Shaoheng menjadi dingin. Dengan jari-jari yang mengusap tepi cangkir teh, dia berkata, "Apa Kakak masih teringat dengan cinta lama yang tak terlupakan dan ingin melanjutkan ke depannya?"
"Terserah dengan apa pun yang kamu pikirkan." Ji Jinchuan tidak marah, sebaliknya wajahnya tenang seperti air.