Menjauh Darinya
Menjauh Darinya
Ji Shaoheng menggenggam tangan Chen Youran, menundukkan kepalanya, dan mencium punggung tangannya. Tekstur lembut yang terasa dari kulit wanita itu saat diciumnya membuatnya mati rasa.
"Ji Shaoheng, kamu…" Hati Chen Youran dipenuhi amarah saat ini.
Kemudian, Ji Shaoheng mengendurkan tangannya. Dia mengangkat pandangannya, menatap Chen Youran sambil tersenyum, dan berkata padanya, "Terima kasih, kakak ipar..."
Chen Youran pun segera menarik kembali tangannya. Dia menggosok-gosok tempat yang baru saja dicium oleh Ji Shaoheng dan menatapnya dengan dingin.
"Kakak ipar, kamu sudah melupakan etiket di luar negeri dalam waktu kurang dari setahun sejak kamu kembali ke Tiongkok?" tanya Ji Shaoheng sambil tersenyum.
"Tindakanmu barusan itu terlalu mendadak. Aku belum siap untuk meresponsnya," jawab Chen Youran sambil menatapnya dengan dingin. Dia tidak yakin apakah Ji Shaoheng benar-benar berterima kasih padanya dengan etiket luar negeri atau hanya memanfaatkannya. Dia tahu jika dia menjawab bahwa saat ini mereka sedang berada di Tiongkok dan bukan di luar negeri, pria itu pasti akan mengatakan bahwa dirinya baru saja kembali dan belum beradaptasi dengan kebiasaan saat ini.
"Oh, benarkah? Aku pikir kakak ipar akan membenciku." Ji Shaoheng memandang wanita yang jelas-jelas tengah marah itu, namun dia tetap acuh tak acuh dan tersenyum.
Chen Youran pun tidak membalas ucapannya lagi. Dia segera membersihkan piring dan sumpit yang digunakannya tadi, lalu naik ke kamarnya. Sementara itu, Ji Shaoheng menggigit pangsit di piringnya. Dia tidak pernah suka makan makanan beku siap saji seperti ini. Dia hanya menggigitnya sekali, lalu meletakkan piring dan sumpitnya.
Tak berapa lama kemudian, sebuah suara datang dari pintu ruang tamu. Ji Shaoheng dapat menebak bahwa Ji Jinchuan sudah pulang. Dia lalu mengambil sumpitnya dan kembali makan perlahan. Ketika kakaknya itu memasuki ruang tamu, dia menyapanya, "Kakak..."
Ji Jinchuan baru saja kembali dari bekerja, mantel hitam miliknya tampak bertengger di lengannya. Pandangannya terlihat dingin di malam hari. Dia hanya mengangguk dengan tenang dan berkata, "Kamu belum tidur?"
"Kakak ipar baru saja memasak makanan ringan untukku dan pergi tidur setelah selesai makan," kata Ji Shaoheng sambil tersenyum puas.
"Jauhi dia..." balas Ji Jinchuan sambil melonggarkan dasinya dan menatap adiknya itu. Ada jejak ketidakpedulian di dasar matanya yang dalam.
"Kenapa kamu mengatakan itu? Para pelayan sedang tidur dan aku tidak bisa melakukannya sendiri, jadi kakak iparku memasak semangkuk untukku. Apa kamu keberatan dengan ini?" tanya Ji Shaoheng dengan wajah yang tampak polos.
"Kamu tahu apa yang aku bicarakan." Ji Jinchuan berkata dengan hangat.
Ji Shaoheng lalu meletakkan piring dan sumpit. Kemudian, dia berkata, "Kakak, aku sudah melupakannya selama bertahun-tahun. Bisakah kamu melupakannya juga?"
Namun, Ji Jinchuan malah menatap Ji Shaoheng tanpa ekspresi. Matanya yang tajam seolah bisa membunuhnya kapan saja. Sementara itu, bagian bawah matanya yang gelap tampak seperti sedang menindasnya. Ji Shaoheng sendiri hanya menatap Ji Jinchuan dengan tatapan datar. Ekspresi malasnya terlihat sangat biasa, yang membuat orang tidak dapat secara akurat menilai kebenaran dalam kata-katanya untuk sesaat.
Ji Jinchuan mengumpulkan pandangannya, dia berkata, "Tidur lebih awal…"
Setelah itu, Ji Jinchuan naik ke lantai atas. Suara langkahnya yang mantap perlahan menghilang di ujung tangga. Melihat bagian belakang pria yang berjalan di tangga itu, senyum di wajah Ji Shaoheng menghilang sejenak dan ada lapisan kesuraman di mata elang miliknya.
***
Chen Youran hanya berbaring di ranjang dan tidak bisa tidur untuk waktu yang lama. Dia kemudian mendengar bahwa pintu kamar tidur dibuka oleh seseorang. Dia pun segera duduk dengan memegang selimut di tangannya.
"Kenapa kamu pulang begitu larut?" tanya Chen Youran pada suaminya.
Ji Jinchuan melepas dasi di lehernya dan berkata dengan suara hangat, "Aku sangat sibuk selama seminggu terakhir ini."
"Oh begitu…" jawab Chen Youran. Saat ini, hanya lampu tidur di kepala tempat tidur yang menyala di kamar itu, sehingga wajah putih Chen Youran dipenuhi dengan warna kuning yang tampak hangat.
Ji Jinchuan mematikan lampu tidur di kepala tempat tidur. Lalu, dia duduk di tepi tempat tidur itu, memegang rahang istrinya, dan mencium bibirnya. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulut wanita itu dan mencicipi rasa manis mint dari pasta gigi. Dia pun tidak bisa menahan untuk terus menciumnya. Ciuman yang mendadak itu membuat Chen Youran sedikit syok dan tampak tertegun sejenak. Ketika istrinya bersiap untuk merespons, dia sudah menarik bibirnya.
"Kamu baru saja makan malam?" tanya Ji Jinchuan.
Bibir indah Chen Youran menjadi lebih halus dan berkilau, seolah-olah dilapisi dengan madu. Dia lalu menjawab, "Iya… Apa kamu mau makan pangsit beku instan? Masih ada di lemari es, aku akan memasaknya untukmu."