Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Kamu akan Menyesalinya



Kamu akan Menyesalinya

2Ji Jinchuan sedikit mengernyit. Dengan sedikit ketidaksabaran di antara matanya yang dingin, dia mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan berencana untuk memblokir nomor pengirim pesan itu. Di layar yang menyala itu tertera pesan terakhir yang berisi, 'Kalau kamu tidak datang, kamu akan menyesalinya'.     

Mata Ji Jinchuan berubah menjadi suram. Dia membuka kunci layar ponselnya dan membaca kotak pesan. Rupanya, Bai Shiyan telah mengirimkan pesan padanya sebanyak tiga kali.     

'Angkat telepon. Ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu. Ini tentang Yaqing'.     

'Kami telah berhubungan sejak dia pergi. Dia memiliki buku harian yang ada padaku. Kamu pasti ingin tahu apa yang dia tulis. Pukul 8 malam, aku akan menunggumu di kamar 6066 Hotel Jinhao'.     

'Kalau kamu tidak datang, kamu akan menyesalinya'.     

Ada cahaya mengambang di bagian bawah mata Ji Jinchuan yang dalam. Dia memegang ponsel dengan beberapa jari-jarinya, lalu mencari nomor telepon Bai Shiyan dan menghubunginya. Sepertinya, pemilik telepon memang sedang menunggu panggilan darinya, seolah yakin bahwa dia pasti akan menghubunginya. Setelah dua kali berdering, sambungan telepon tersebut terhubung.     

"Presiden Ji…" sapa Bai Shiyan.     

Suara Bai Shiyan terdengar sangat datar, namun ketika didengarkan dengan seksama, Ji Jinchuan masih bisa mendengar kegembiraan yang sengaja ditekan. Dia lalu bertanya dengan dingin, "Kenapa buku hariannya ada di kamu?"     

Ji Jinchuan mengetahui bahwa Fang Yaqing memang memiliki kebiasaan menulis buku harian. Kebiasaan ini sudah ada sejak mereka saling mengenal. Suatu hari, dia pernah mencibirnya dengan berkata, "Berapa usiamu, kenapa masih suka menulis buku harian?"     

Saat itu, Fang Yaqing berkata sambil tersenyum, "Semakin aku tua, semakin buruk ingatanku. Aku akan menyimpan setiap buku harian yang aku tulis. Ketika aku sudah tua, aku bisa mengeluarkannya dan mengingatnya kembali dengan cermat."     

"Dia memintaku membantunya untuk membakar semuanya sebelum dia pergi. Aku lupa itu… Aku secara tidak sengaja menemukannya lagi kemarin," jawab Bai Shiyan.     

Fang Yaqing dan Bai Shiyan tinggal di asrama yang sama ketika mereka masih kuliah. Mereka memiliki hubungan yang baik, jadi setelah lulus mereka tinggal bersama. Jika Bai Shiyan berkata bahwa Fang Yaqing memintanya untuk membantu membakarnya, Ji Jinchuan percaya bahwa perkataannya itu benar.     

Tidak lama kemudian, Chen Youran keluar dari kamar mandi dan melihat ada yang salah dengan ekspresi wajah Ji Jinchuan. Dia pun bertanya, "Ada apa?"     

"Tidak ada apa-apa." Ji Jinchuan berkata dengan lemah.     

Chen Youran kembali menyantap makanan penutup miliknya. Ketika dia sudah merasa kenyang dan meletakkan sendoknya, Ji Jinchuan memanggil pelayan untuk membayar tagihan. Mereka pun keluar dari restoran tersebut. Butiran salju yang jatuh di luar menjadi lebih deras dari sebelumnya. Salju-salju itu turun dan jatuh di pundak para pejalan kaki.     

Dalam perjalanan pulang, Chen Youran mengobrol dengan Ji Jinchuan. Namun, tidak peduli apa yang dikatakannya, suaminya itu hanya memberinya berdeham dengan ringan dan menjawab dengan acuh tak acuh. Dia merasa bahwa suaminya itu sedang linglung.     

Akhirnya, mereka sampai di Teluk Nanhai. Maybach hitam tersebut berhenti di halaman, Chen Youran melepaskan sabuk pengamannya dan bersiap untuk turun. Namun, pria di kursi pengemudi berkata padanya, "Aku masih memiliki beberapa hal yang harus ditangani. Aku tidak akan masuk ke dalam."     

Karena merasa kedatangannya ke perusahaan hari ini mengganggu suaminya, sehingga tidak bisa bekerja dengan baik, Chen Youran berpikir bahwa itu benar-benar masalah pekerjaan. Jadi, dia mengangguk dan berkata, "Pulanglah lebih awal…"     

"Oke…" Ji Jinchuan meletakkan tangan kirinya pada setir mobil. Jari-jarinya yang ramping sedikit ditekuk dan tatapan matanya yang dalam tampak tenang. Dia kembali berkata, "Kalau aku pulang terlambat, tidurlah sendiri dulu…"     

Setelah itu, Chen Youran membungkuk dan mencium pipi Ji Jinchuan. Dia lalu turun dari mobil dengan membawa tasnya.     

Ketika mobil sudah meninggalkan area Teluk Nanhai, Ji Jinchuan menginjak rem dan berhenti di pinggir jalan. Dia mengambil kotak rokok dari laci penyimpanan, mengeluarkan sebatang rokok, dan menyalakannya. Kemudian, dia menurunkan sebagian kaca jendela dan merokok dengan perlahan.     

Fang Yaqing…      

Dalam 6 tahun terakhir, tidak ada yang berani menyebut nama wanita itu di depannya. Kenangan dan nama itu tersegel di pikirannya. Jadi, setiap kali ada yang menyebut namanya, Ji Jinchuan seolah merasa seperti terdapat sebuah klip film perlahan berputar di pikirannya. Dia mengisap rokok dan mengembuskan kepulan asap selama beberapa detik. Beberapa lingkaran asap memasuki paru-parunya dan seluruh organ tubuhnya tampak lumpuh dalam sekejap. Angin dingin yang bercampur dengan beberapa butiran salju mengalir masuk dari jendela yang setengah diturunkan. Dia meniup abu di bagian depan puntung rokok.     

Setelah mengisap setengah bungkus rokok, Ji Jinchuan menyalakan mesin dan melaju menuju hotel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.