Dia Menantu Wanitaku
Dia Menantu Wanitaku
Chen Youran menoleh ke belakang dan kembali berkata, "Terima kasih…"
Setelah pengurus rumah pergi, Chen Youran mengelilingi kamar Ji Jinchuan selama beberapa saat dan menunda tidur siang. Dia pun merasa lelah dan menguap beberapa kali setelah melihat-lihat kamar itu. Dia pun berbaring di tempat tidur dan akhirnya tertidur.
***
Di sisi lain, Ji Jinchuan langsung menuju ke kediaman utama Keluarga Ji dari perusahaan setelah bekerja. Saat tiba di sana, dia berjalan memasuki ruang tamu. Dia menyerahkan mantel di lengannya kepada pengurus rumah.
Pengurus rumah itu mengambil alih mantel tersebut. Lalu, dia beranjak hendak menggantungkannya. Saat itu, Ji Jinchuan tiba-tiba bertanya, "Di mana Nyonya Muda?"
Pengurus rumah melongo selama beberapa saat. Sebutan Nyonya Muda membuatnya tidak bereaksi dan melamun sejenak. Setelah kembali ke kesadarannya, dia menjawab, "Dia ada di kamar Anda…"
Mendengar jawaban itu, Ji Jinchuan segera berjalan menaiki tangga. Tiba-tiba, terdengar suara pengurus rumah dari arah belakangnya berkata, "Tuan Muda, Tuan meminta Anda untuk pergi ke ruang kerjanya ketika Anda datang."
Namun, Ji Jinchuan langsung naik ke lantai tiga tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia datang ke kamarnya, membuka pintu, dan melihat kondisi di dalamnya. Wanita yang dicarinya berada di atas tempat tidur dan sedang terlelap. Dia dengan lembut menutup pintu lagi dan pergi ke ruang kerja Ji Yangkun di lantai dua.
Tadi, Ji Yangkun melihat mobil Ji Jinchuan memasuki halaman kediaman utama dari jendela. Dia sudah menunggunya untuk datang. Ketika mendengar ketukan di pintu luar, dia berkata dengan tenang, "Masuk…"
Ji Jinchuan mendorong untuk membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan itu setelah mendengar jawaban dari ayahnya. Dia lalu menutup pintu dengan perlahan-lahan. Suaranya yang hangat terdengar ketika menyapa pria yang ada di dalam ruangan, "Ayah…"
Saat ini, Ji Yangkun sedang duduk di belakang mejanya sambil mengisap cerutu. Ruangan itu pun dipenuhi dengan bau asap yang samar. Dia berdeham pelan, dengan wajah yang tampak tidak senang. Ada beberapa sisi yang menunjukkan bahwa kedua pria itu sangat mirip.
"Ada apa ayah menyuruhku datang ke rumah ini?" Suara Ji Jinchuan terdengar dalam dan ringan.
"Kamu sendiri yang pulang ke rumah ini," jawab Ji Yangkun sambil meletakkan cerutu yang berada di antara jari-jarinya.
"Ayah menyuruh Chen Youran untuk datang, jadi bukankah itu juga berarti ayah menyuruhku untuk pulang?" Mata hitam Ji Jinchuan tampak gelap dan pekat hingga tidak terlihat dasarnya. Senyum di bibir dinginnya yang tipis seolah memiliki arti yang dingin.
Ji Yangkun kembali mengisap cerutu dan menatap anaknya. Dia lalu berkata, "Apa aku tidak boleh memintanya datang ke kediaman utama ini untuk mengajaknya berbicara?"
"Dia tidak memiliki kewajiban untuk berbicara denganmu," kata Ji Jinchuan dengan nada suara yang lembut.
"Dia adalah menantu wanitaku. Kenapa dia tidak memiliki kewajiban berbicara denganku?" Ji Yangkun juga merendahkan nada suaranya.
"Apa kamu pernah menganggapnya sebagai menantu wanitamu?" Tatapan mata Ji Jinchuan sangat dalam dan suaranya terdengar sedikit dingin.
"Kamu…" Ji Yangkun tercengang dengan perkataan Ji Jinchuan. Putranya itu tidak hanya berbicara dengan dingin, tetapi juga langsung menyodok ke inti maksudnya. Wajah marahnya tampak pucat. "Aku ini ayahmu, apa kamu harus berbicara kepadaku seperti ini?"
Ji Jinchuan tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk berdebat dengan ayahnya tentang masalah itu. Dia berjalan ke arah jendela, mengeluarkan sebatang rokok, mengapitnya di mulutnya, lalu menyalakannya. Dia menarik napas dalam-dalam dan perlahan mengembuskan asap putih. Kemudian, dia bertanya dengan nada santai, "Ada apa? Silakan katakanlah…"
"Bantu perusahaan Keluarga Xue." Ji Yangkun berkata terus terang.
"Tidak bisa…" Ji Jinchuan menolak secara tegas.
"Bibi Jian dan ibumu adalah teman baik. Putrinya, Xue Ling, terserang penyakit mental karena peristiwa yang terjadi di hari pertunangannya. Perusahaan Xue akan segera hancur. Akhir-akhir ini, Bibi Jian sering menangis sepanjang hari…"
Ji Jinchuan menyandarkan tubuhnya di jendela. Ada emosi yang begitu rumit untuk dijelaskan di matanya yang gelap, sehingga orang yang melihatnya tidak akan bisa memahaminya. Dia lalu bertanya, "Bagaimana kamu tahu dia menangis sepanjang hari akhir-akhir ini?"
Cerutu Ji Yangkun sudah terbakar setengah. Karena dia tidak mengisapnya lagi, tidak terlihat api merah di ujungnya. Cerutu itu hanya memiliki sepotong abu yang terbakar yang akan segera jatuh. Dia lalu menjawab, "Aku mendengar dari ibumu."
"Benarkah?" cibir Ji Jinchuan.
Ji Yangkun mengenali sarkasme dalam nada Ji Jinchuan, lalu bertanya dengan tenang, "Apa maksudmu?"