Aku Harus Pulang
Aku Harus Pulang
Setelah Su Xi mengawasinya sebentar, dia merasa kalau Leng Shuang bukan cucu Kepala Keluarga Feng. Dia melihat sekelilingnya. Kemudian, pandangannya tertuju pada pemuda berbaju merah. Dia memandang pemuda itu dari atas sampai bawah, tapi dia tidak tahu apakah pemuda itu adalah seorang wanita. Dia akhirnya bertanya. "Kakak, aku dengar dari San Yuan kalau Feng Kecil ada di sini. Dia... yang mana?"
"Haha, kamu juga tidak tahu? Gadis ini menyamar menjadi laki-laki. Bahkan aku tidak mengetahuinya!" Lin Bo Heng tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana dengan San Yuan? Apa yang sedang terjadi padanya? Cucunya datang tapi dia justru bersembunyi. Apakah ada Kakek yang seperti itu?"
"Ketika dia melihat cucunya datang, dia langsung mondar-mandir dengan panik. Dia hanya perlu menggali lubang untuk bersembunyi." Su Xi tersenyum lembut. Dia menatap Feng Jiu. "Apakah kamu adalah Feng Kecil? Kamu terlihat lebih tampan daripada laki-laki sungguhan. Aku benar-benar tidak bisa membedakannya."
"Bibi Su Xi." Feng Jiu menyapa sambil tersenyum. "Bibi Su Xi terlihat lebih cantik dibandingkan dengan gambar yang ada di lukisan."
Su Xi terkejut. "Lukisan?"
"Benar! Saya melihat lukisan Bibi Su Xi di kamar Kakek. Itulah mengapa saya datang ke sini." Feng Jiu mengedipkan matanya. "Kakek sangat menghargai lukisan wanita cantik."
Ketika Su Xi mendengarnya, dia mengerutkan bibirnya dan tersenyum dengan lembut. "Wajar saja Kakekmu bilang kalau kamu adalah orang yang pintar dan nakal. Aku baru mengetahuinya hari ini." Su Xi bisa merasakan keramahan Feng Jiu dari kata-katanya. Dia merasa gembira.
"Saya akan menemui Kakek lebih dulu. Saya datang jauh-jauh ke sini, tapi dia justru sangat ketakutan. Dia bahkan ingin bersembunyi. Sikapnya membuat saya sakit hati." Feng Jiu berbicara sambil tersenyum. Kemudian, dia masuk dan melihat pria tua yang sedang bersembunyi. Pria tua itu akhirnya menoleh ke arah Feng Jiu dan merasa sangat malu.
"Feng, Feng Kecil! Kenapa kamu ada di sini?" Karena Kepala Keluarga Feng tidak bisa melarikan diri dan bersembunyi, dia hanya bisa menghadapi cucunya. Dia tidak menduga bahwa cucunya mengetahui kisah asmaranya. Hal itu agak memalukan.
"Apakah Kakek tidak senang melihatku?" Senyuman Feng Jiu menghilang. Kali ini, dia terlihat sedih. "Atau Kakek hanya ingin menyayangi Bibi Su Xi dan mulai mengabaikan Feng Kecil?"
"Tidak, tidak, tidak! Bukan begitu." Kepala Keluarga Feng melambaikan tangannya dan mulai mengeluarkan keringat.
"Pfft!"
Ketika Feng Jiu melihat tingkah Kakeknya, dia tertawa terbahak-bahak. "Tidak apa-apa, Kakek. Aku hanya sedang menggodamu! Aku sudah tahu hubungan Kakek dan Bibi Su Xi. Kali ini, aku ingin tahu apakah Kakek baik-baik saja. Apa yang ingin Kakek lakukan selanjutnya? Aku tahu Kakek baik-baik saja dan sehat-sehat saja. Tapi Ayah masih merasa khawatir!"
Meskipun Feng Jiu sudah memberitahu Ayahnya bahwa Kakek akan baik-baik saja, mana mungkin Ayahnya bisa tenang tanpa bertemu secara langsung dengannya?
Kepala Keluarga Feng tersenyum malu. Dia melirik orang-orang yang ada di sana. Kemudian, dia memandang Feng Jiu dan menjawab. "Feng Jiu, aku berencana ingin pulang dua hari ke depan. Aku tidak menyangka bahwa kamu akan datang ke sini."
Mata Feng Jiu tampak melengkung karena tersenyum. "Lalu, Kakek akan pulang? Atau Kakek akan tinggal di sini lebih dulu? Haruskah aku pulang lebih awal dan meminta Ayah untuk membuat persiapan?"
"Tidak. Tidak. Aku harus pulang." Kepala Keluarga Feng segera menjawabnya. Kemudian, dia melirik Su Xi. "Aku harus pulang dan mengurusnya sendiri."