Pantas
Pantas
Duan Linlin tercengang ketika dia mendengarnya, terutama setelah dia melihat pelayan mengeluarkan Hukuman Keluarga. Dia pun duduk di tanah dengan pasrah. Apa yang disebut Hukuman Keluarga adalah sebuah penggaris yang dibuat khusus dan telah diturunkan dari nenek moyang mereka.
Ada paku tajam pada penggaris tersebut. Setiap kali penggaris mendarat di tubuh seseorang, tubuhnya akan menderita rasa sakit yang luar biasa. Bisa dibilang bahwa Hukuman Keluarga Duan adalah sesuatu yang ditakuti oleh setiap anggota Keluarga Duan. Hukuman Keluarga jarang digunakan karena tidak ada yang berani melanggar aturan dan menanggung konsekuensi dari Hukuman Keluarga.
"Bawa dia ke sini!" Penguasa Kota berteriak dengan suara yang dalam.
"Ayah… aku tidak mau…" Kakinya sangat lemah. Dia tidak bisa berdiri karena ketakutan. Kedua penjaga segera menyeretnya untuk berlutut di depan ayahnya.
Penguasa Kota memandang putrinya yang berlutut dengan wajah pucat karena merasa ketakutan. Dia pun mengambil penggaris dan mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu memukulkannya dengan keras.
'Plak!'
"Ahhhhh!"
Pukulan keras dari penggaris itu jatuh di punggungnya. Darah mengalir melalui gaun merah mudanya, disertai dengan teriakan nyaring yang menyebar ke seluruh Kediaman. Orang-orang di Kediaman terkejut dan segera datang untuk menyaksikannya secara diam-diam.
'Plak! Plak! Plak!'
"Ahhh! Jangan pukul aku lagi, Ayah! Jangan, jangan pukul aku lagi… itu… sangat menyakitkan, Ayah!" Tubuh Duan Linlin jatuh ke tanah ketika meratap dan menjerit. Dia tidak dapat melarikan diri karena dia ditahan oleh dua penjaga, jadi dia hanya bisa menangis minta ampun.
Hukum Keluarga terus menimpanya, suara retakan dan tangisannya membuat kulit kepala mati rasa. Mereka sangat terkejut ketika mereka melihat darah mengalir dari punggung Duan Linlin.
Sudah lama sekali sejak Hukuman Keluarga dieksekusi di Kediaman. Tanpa diduga, orang yang menerima Hukuman Keluarga kali ini adalah putri kesayangan Penguasa Kota. Pemandangan itu membuat semua orang bertanya-tanya, kejahatan macam apa yang dilakukan Duan Linlin sehingga Penguasa Kota sangat marah dan memutuskan untuk menggunakan Hukuman Keluarga?
Penggaris terus menimpa putrinya, sementara Penguasa Kota memandangi tubuhnya yang berlumuran darah dengan getir. Hanya saja, saudara kedua sedang mengawasi mereka dan putrinya benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Jika dia berhenti begitu saja, maka dia khawatir reputasinya akan rusak. Dia tidak bisa mengangkat kepalanya dengan bangga di depan saudara kedua. Oleh karena itu, dia terus memukul putrinya.
Duan Mubai meminum tehnya dengan tenang di dalam. Sampai akhirnya, orang yang ada di luar berteriak hingga dia tidak tahan lagi. Dia pun berdiri dan berjalan keluar. "Kakak, tidak masalah untuk memberi pelajaran pada anak-anakmu, tapi jangan bunuh dia. Aku rasa Kakak bisa berhenti sekarang! Dia pasti sudah mengingat apa yang Kakak ajarkan!"
Setelah Penguasa Kota mendengarnya, dia segera berhenti dan melihat putrinya yang tergeletak di tanah. Dia bertanya dengan suara yang tegas, "Apa kamu sudah mengingat pelajaran dariku?"
"Ya, sudah." Duan Linlin tergeletak di tanah sambil menggigit bibirnya. Suaranya gemetar dan wajahnya sangat pucat. Tubuhnya yang berlumuran keringat dan darah membuatnya terlihat sangat menyedihkan.
"Cepat beli obat untuk Nona Muda!" Penguasa Kota berteriak. Dia memerintahkan kedua penjaga untuk menggendong Duan Linlin dan berkata, "Panggil Dokter Keluarga untuk segera memeriksanya!"
"Baik!" Para penjaga menjawab dan membawa Nona Muda kembali ke halaman rumahnya. Pada saat yang bersamaan, mereka juga memanggil Dokter Kediaman.
"Kakak, aku akan berangkat besok. Aku ingin mengunjungi Ayah lebih dulu dan mengobrol lagi dengannya." Duan Mubai berbicara sambil menatap Penguasa Kota.
"Tentu, kamu bisa pergi!" Penguasa Kota mengangguk. Setelah dia melihatnya pergi, dia bergegas ke halaman putri bungsunya untuk memeriksa apakah lukanya serius.